Sabtu, 18 Februari 2012

PERAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI SEKOLAH


PERAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI SEKOLAH

Peran utama bimbingan dan penyuluhan menurut Drs. Thohirin, M. Pd. adalah memberikan pelayanan bimbingan dan penyuluhan di Sekolah ataupun Madrasah. Adapun jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah ataupun Madrasah sebagai berikut:
A.  Layanan Orientasi
1.      Makna Layanan Orientasi
Menurut Prayitno (2004), orientasi bermakna tatapan ke depan, ke arah yang lebih baik, dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa, baik di Sekolah maupun di Madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan, ke arah yang lebih baik, dan tentang sesuatu yang baru.
2.      Tujuan Layanan Orientasi
Tujuan layanan orientasi yaitu, untuk membantu individu (siswa) agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi yang baru. Dengan kata lain agar individu dapat memperoleh manfaat sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru tersebut.
Menurut Prayitno (2004), secara lebih khusus tujuan layanan orientasi apabila dilihat dari Fungsi Pemahaman yaitu: bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal yang penting dari suasana yang baru saja dijumpainya. Apabila dilihat dari Fungsi Pencegahan yaitu: bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar terhindar dari hal-hal negativ yang dapat timbul apabila individu (siswa) tidak memahami situasi atau lingkungan yang baru. Apabila dilihat dari Fungsi Pengembangan yaitu: bertujuan agar individu (siswa) mampu menyesuaikan diri secara baik dan mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang baru.
3.      Isi Layanan Orientasi
Isi layanan orientasi adalah berbagai hal berkenaan dengan suasana, lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu. Hal-hal tersebut melingkupi bidang-bidang: pertama pengembangan pribadi; kedua pengembangan hubungan sosial; ketiga pengembangan kegiatan belajar; keempat pengembangan karir; kelima pengembangan kehidupan berkeluarga; dan keenam pengembangan kehidupan beragama.
4.      Teknik Layanan Orientasi
Adapun teknik-tekniknya sebagai berikut: pertama penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Kedua pengamatan, yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan. Ketiga partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam suasana dan kegiatan, mencoba, dan mengalami sendiri. Keempat studi dokumentasi, yaitu dengan membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait. Kelima kontemplasi, yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal yang menjadi isi layanan.
5.      Kegiatan Pendukung Layanan Orientasi
Kegiatan pendukung layanan orientasi dapat berupa: pertama aplikasi instrumentasi dan himpunan data, yaitu dengan cara mengungkap masalah individu (siswa) melalui instrumen tertentu. Kedua konferensi khusus, yaitu dengan cara mengidentifikasi hal-hal yang dijadikan fokus atau isi layanan; dengan melibatkan konselor, kepala sekolah, dan wakilnya, wali kelas, guru-guru tertentu, bahkan orang tua juga bisa dilibatkan. Ketiga kunjungan rumah, yaitu dengan cara melakukan kunjungan rumah untuk mendalami data siswa atau untuk kroscek data sesuai dengan kebutuhan layanan. Keempat alih tangan kasus, maksudnya apabila di luar wewenang konselor atau pembimbing, maka dapat dialihkan ke pihak lain.
6.      Pelaksanaan Layanan Orientasi
Pelaksanaan layanan orientasi dimulai dengan: pertama perencanaan, yaitu dengan menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi layanan; menetapkan peserta layanan; menetapkan jenis kegiatan termasuk format kegiatan; manyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber dan media; serta menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua pelaksanaan, yaitu dengan mengorganisasikan kegiatan layanan; mengimplementasikan pendekatan tertentu termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media. Ketiga evaluasi, yaitu dengan menetapkan materi evaluasi; menetapkan prosedur evaluasi; menyususn instrumen evaluasi; mengaplikasikan instrumen evaluasi; serta mengolah hasil aplikasi instrumen. Keempat analisis hasil evaluasi, yaitu dengan menetapkan standar analisis; melakukan analisis; serta menafsirkan hasil analisis. Kelima tindak lanjut, yaitu dengan menetapkan jenis dan arah tindak lanjut; mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai pihak yang terkait; serta melaksanakan rencana tindak lanjut. Keenam laporan, yaitu dengan cara menyusun laporan layanan orientasi; menyampaikan laporan kepada pihak-pihak terkait (yaitu kepala sekolah atau madrasah), serta mendokumentasikan laporan layanan.

B.  Layanan Informasi
1.      Makna layanan informasi
Menurut Winkel (1991), layanan informasi merupakan suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang mereka lakukan. Informasi juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang proses perkembangan anak muda.
2.      Tujuan layanan informasi
Tujuan layanan informasi yaitu agar siswa mengetahui dan menguasai informasi, yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari dan perkembangan dirinya; serta agar siswa memahami berbagai informasi dengan segala seluk-beluknya.
3.      Isi layanan informasi
Isi layanan informasi yaitu: pertama, informasi tentang perkembangan diri. Kedua, informasi tentang hubungan antar-pribadi, sosial, nilai-nilai dan moral. Ketiga, informasi tentang pendidikan, kegiatan belajar, ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat, informasi tentang dunia karir dan ekonomi. Kelima, informasi tentang sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan. Keenam, informasi tentang kehidupan keluarga. Ketujuh, informasi tentang agama dan kehidupan beragama beserta seluk-beluknya.
4.      Teknik layanan informasi
Teknik layanan informasi yaitu: pertama ceramah, tanya jawab dan diskusi. Kedua melalui media seperti: alat peraga, media tertulis, media gambar, poster maupun media elektronik dan sebagainya. Ketiga acara khusus, misalnya “Hari Bebas Asap Rokok” atau “Hari Kebersihan dan Lingkungan Hidup”, dan sebagainya. Keempat nara sumber, contoh: informasi tentang obat-obat terlarang, psikotropika dan narkoba dengan mengundang nara sumber dari Dinas Kesehatan, Kepolisian, dan sebagainya.
5.      Kegiatan pendukung layanan informasi
Kegiatan pendukung layanan informasi di antaranya: pertama, aplikasi instrumentasi dan himpunan data. Kedua, konferensi kasus. Ketiga, kunjungan rumah. Keempat, alih tangan kasus.
6.      Pelaksanaan layanan informasi
Tahapan-tahapan layanan informasi sebagai berikut: pertama mengidentifikasi kebutuhan akan informasi bagi calon peserta layanan; menetapkan materi informasi sebagai isi layanan; menetapkan subjek sasaran layanan; menetapkan nara sumber; menyiapakan prosedur, perangkat dan media layanan serta menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua mengorganisasikan kegiatan layanan; mengaktifkan peserta layanan; serta mengoptimalkan penggunaan metode dan media. Ketiga menetapkan materi evaluasi; menetapkan prosedur evaluasi; menyusun instrumen evaluasi; serta mengaplikasikan instrumen evaluasi dan mengolah hasil aplikasi instrumen. Keempat, menetapkan standar evaluasi; serta melakukan analisis dan menafsirkan hasil analisis. Kelima, menetapkan jenis dan arah tindak lanjut; serta mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak terkait dan melaksanakan rencana tindak lanjut. Keenam, menyusun laporan layanan informasi; menyampaikan laporan kepada pihak terkait (yaitu kepala sekolah atau madrasah); serta mendokumentasikan laporan.

C.  Layanan Bimbingan Kelompok
1.      Makna layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada siswa melalui kegiatan kelompok. Dalam layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian bersama anggota kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan bimbingan kelompok dibahas melalui suasana  dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok di bawah bimbingan pimpinan kelompok (pembimbing atau konselor).
2.      Tujuan layanan bimbingan kelompok
Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi siswa. Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan berkomunikasi para siswa, baik verbal maupun nonverbal.
3.      Isi layanan bimbingan kelompok
Isi layanan bimbingan kelompok yaitu membahas topik-topik umum, baik topik tugas ataupun topik bebas. Topik tugas adalah topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing (pimpinan kelompok) kepada kelompok untuk dibahas bersama-sama. Sedangkan makna topik bebas yaitu suatu topik atau pokok bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh anggota kelompok. Contoh dari topik bebas maupun topik tugas yaitu: membahas masalah pendidikan yang mencakup masalah cara belajar, kesulitan belajar, gagal ujian dan sebagainya.
4.      Teknik layanan bimbingan kelompok
Adapun teknik yang terdapat dalam layanan bimbingan kelompok yaitu: pertama teknik umum, secara garis besar teknik ini meliputi (a.) Komunikasi multi arah secara efektif, dinamis dan terbuka. (b.) Pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan pengembangan argumentasi. (c.) Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktivitas angggota kelompok. (d.) Penjelasan, pendalaman dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan. (e.) Pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki (Prayitno dan Erman Amti, 2004).
Kedua permainan kelompok, merupakan salah satu teknik dalam layanan bimbingan kelompok, baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang memuat materi pembinaan atau materi layanan tertentu. Dalam hal ini teknik permainan kelompok harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: (a.) Sederhana; (b.) menggembirakan; (c.) menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan; (d.) meningkatkan keakraban; (e.) diikuti oleh semua anggota kelompok.
5.      Kegiatan pendukung layanan bimbingan kelompok
Pertama aplikasi instrumen, yaitu dengan cara menghimpun data siswa melalui aplikasi instrumen. Kedua, data yang telah diperoleh kemudian dihimpun (dikodifikasi) menjadi suatu data khusus yang dapat digunakan dalam merencanakan dan mengisi kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan berlandaskan asas-asas tertentu yang relevan. Ketiga konferensi kasus, konferensi kasus dapat dilakukan sebelum atau sesudah layanan bimbingan kelompok dilakukan. Keempat kunjungan rumah, kunjungan rumah dilakukan sebagai pendalaman dan penanganan lebih lanjut tentang masalah siswa yang dibahas atau dibicarakan dalam layanan. Kelima alih tangan kasus, dalam arti mengalihkan atau melimpahkan layanan bimbingan kelompok kepada konselor atau petugas lain yang lebih mengetahui.
6.      Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
Pertama, yaitu perencanaan yang meliputi identifikasi topik yang akan dibahas; membentuk kelompok; menyusun jadwal kegiatan; menetapkan prosedur layanan; menetapkan fasilitas layanan dan menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan: mengkomunikasikan rencana bimbingan kelompok serta menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok melalui tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran.

D.  Layanan Konseling Kelompok
1.      Makna layanan konseling kelompok
Layanan konseling kelompok dapat diartikan dengan upaya pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal. Dengan kata lain layanan konseling kelompok dapat diartikan dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan yang optimal.
2.      Tujuan layanan konseling kelompok
Menurut (Prayitno, 2004) secara umum tujuan bimbingan kelompok yaitu mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa khususnya kemampuan berkomunikasi. Menurut Prayitno (2004) secara khusus tujuan layanan konseling kelompok yaitu mengembangkan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, sikap terarah serta bersosialisasi dan berkomunikasi para siswa.
3.      Isi layanan konseling kelompok
Isi layanan konseling kelompok yaitu membahas masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok secara bergiliran, kemudian anggota kelompok mengungkapkan masalah pribadinya secara bebas dan selanjutnya memilih masalah yang akan dibahas terlebih dahulu.
4.      Teknik layanan konseling kelompok
Pertama teknik umum (pengembangan dinamika kelompok), teknik ini meliputi: komunikasi multi-arah secara efektif, dinamis dan terbuka; pemberian rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan diskusi, analisis maupun pengembangan argumentasi; dorongan minimal untuk memantapkan respon aktivitas anggota kelompok; penjelasan, pendalaman dan pemberian contoh untuk lebih memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan; serta pelatihan untuk membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki.
Kedua teknik permainan kelompok, dalam layanan konseling kelompok dapat diterapkan teknik permainan, baik sebagai selingan maupun sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu. Adapun kriteria-kriteria yang harus tercakup yaitu: sederhana, menggembirakan, menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan, serta meningkatkan keakraban dan diikuti oleh semua anggota kelompok.
5.      Kegiatan pendukung konseling kelompok
Pertama aplikasi instrumentasi. Kedua himpunan data. Ketiga konferensi kasus. Keempat kunjungan rumah. Kelima alih tangan kasus.
6.      Pelaksanaan layanan konseling kelompok
Pertama perencanaan, yang mencakup kegiatan: membentuk kelompok; mengidentifikasi dan meyakinkan siswa tentang pentingnya masalah dibawa ke dalam konseling kelompok; menempatkan klien dalam kelompok; menyusun jadwal kegiatan; menetapkan prosedur layanan; menetapkan fasilitas layanan dan menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua pelaksanaan yang mencakup kegiatan mengkomunikasikan rencana layanan konseling kelompok; mengorganisasikan layanan kegiatan konseling kelompok dan menyelenggarakan layanan konseling kelompok melalui tahap-tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran. Ketiga evaluasi yang mencakup kegiatan: menetapkan materi evaluasi; menetapkan prosedur evaluasi; menyusun instrumen evaluasi; mengoptimalisasikan instrument evaluasi, serta mengolah hasil aplikasi instrumen. Keempat analisis hasil evaluasi yang mencakup kegiatan: menetapkan standar analisis; melakukan analisis serta menafsirkan hasil analisis. Kelima follow up (tindak lanjut) yang mencakup kegiatan: menetapkan jenis dan arah tindak lanjut; mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak terkait, serta melaksanakan rencana tindak lanjut. Keenam yaitu laporan yang mencakup kegiatan: menyusun laporan layanan konseling kelompok; menyampaikan laporan kepada Kepala Sekolah atau Madrasah dan kepada pihak-pihak lain yang terkait; serta mengkomunikasikan laporan layanan.




BIBLIOGRAFI

Djumhur dan Muhammad Surya. 1980. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung:
CV. Ilmu Bandung.
Hallen. A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Ciputat: PT. Ciputat Press.
Nurihsan, Ahmad Juntika. 2009. Bimbingan dan Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Partowisastro, Kastur. 1982. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Prayitno. 1983. Pengertian Dasar dan Asas-asas Bimbingan dan Penyuluhan. Salatiga:
Universitas Kristen Satya Wacana.
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya:
Penerbit Usaha Nasional.
                                     . 1985. Pengantar Teori Konseling. Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada.
Walgito, Bimo. 2006. Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: C.V. Andi
Offset.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar