PERAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN DI SEKOLAH
Peran utama
bimbingan dan penyuluhan menurut Drs. Thohirin, M. Pd. adalah memberikan
pelayanan bimbingan dan penyuluhan di Sekolah ataupun Madrasah. Adapun
jenis-jenis pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah ataupun Madrasah
sebagai berikut:
A. Layanan Orientasi
1. Makna Layanan Orientasi
Menurut Prayitno (2004), orientasi bermakna tatapan ke
depan, ke arah yang lebih baik, dan tentang sesuatu yang baru. Berdasarkan arti
ini, layanan orientasi bisa bermakna suatu layanan terhadap siswa, baik di Sekolah
maupun di Madrasah yang berkenaan dengan tatapan ke depan, ke arah yang lebih
baik, dan tentang sesuatu yang baru.
2. Tujuan Layanan Orientasi
Tujuan layanan orientasi yaitu, untuk membantu
individu (siswa) agar mampu menyesuaikan diri terhadap lingkungan atau situasi
yang baru. Dengan kata lain agar individu dapat memperoleh manfaat
sebesar-besarnya dari berbagai sumber yang ada pada suasana atau lingkungan baru
tersebut.
Menurut Prayitno (2004), secara lebih khusus tujuan
layanan orientasi apabila dilihat dari Fungsi Pemahaman yaitu: bertujuan
untuk membantu individu (siswa) agar memiliki pemahaman tentang berbagai hal
yang penting dari suasana yang baru saja dijumpainya. Apabila dilihat dari Fungsi
Pencegahan yaitu: bertujuan untuk membantu individu (siswa) agar terhindar
dari hal-hal negativ yang dapat timbul apabila individu (siswa) tidak memahami
situasi atau lingkungan yang baru. Apabila dilihat dari Fungsi Pengembangan
yaitu: bertujuan agar individu (siswa) mampu menyesuaikan diri secara baik dan
mampu memanfaatkan secara konstruktif sumber-sumber yang ada pada situasi yang
baru.
3. Isi Layanan Orientasi
Isi layanan orientasi adalah berbagai hal berkenaan
dengan suasana, lingkungan, dan objek-objek yang baru bagi individu. Hal-hal
tersebut melingkupi bidang-bidang: pertama pengembangan pribadi; kedua
pengembangan hubungan sosial; ketiga pengembangan kegiatan belajar; keempat
pengembangan karir; kelima pengembangan kehidupan berkeluarga; dan keenam
pengembangan kehidupan beragama.
4. Teknik Layanan Orientasi
Adapun teknik-tekniknya sebagai berikut: pertama
penyajian, yaitu melalui ceramah, tanya jawab, dan diskusi. Kedua pengamatan,
yaitu melihat langsung objek-objek yang terkait dengan isi layanan. Ketiga
partisipasi, yaitu dengan melibatkan diri secara langsung dalam suasana dan kegiatan,
mencoba, dan mengalami sendiri. Keempat studi dokumentasi, yaitu dengan
membaca dan mempelajari berbagai dokumen yang terkait. Kelima kontemplasi,
yaitu dengan memikirkan dan merenungkan secara mendalam tentang berbagai hal
yang menjadi isi layanan.
5. Kegiatan Pendukung Layanan Orientasi
Kegiatan pendukung layanan orientasi dapat berupa: pertama
aplikasi instrumentasi dan himpunan data, yaitu dengan cara mengungkap masalah
individu (siswa) melalui instrumen tertentu. Kedua konferensi khusus,
yaitu dengan cara mengidentifikasi hal-hal yang dijadikan fokus atau isi
layanan; dengan melibatkan konselor, kepala sekolah, dan wakilnya, wali kelas,
guru-guru tertentu, bahkan orang tua juga bisa dilibatkan. Ketiga
kunjungan rumah, yaitu dengan cara melakukan kunjungan rumah untuk mendalami
data siswa atau untuk kroscek data sesuai dengan kebutuhan layanan. Keempat
alih tangan kasus, maksudnya apabila di luar wewenang konselor atau pembimbing,
maka dapat dialihkan ke pihak lain.
6. Pelaksanaan Layanan Orientasi
Pelaksanaan layanan orientasi dimulai dengan: pertama
perencanaan, yaitu dengan menetapkan objek orientasi yang akan dijadikan isi
layanan; menetapkan peserta layanan; menetapkan jenis kegiatan termasuk format
kegiatan; manyiapkan fasilitas termasuk penyaji, nara sumber dan media; serta
menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua pelaksanaan, yaitu dengan
mengorganisasikan kegiatan layanan; mengimplementasikan pendekatan tertentu
termasuk implementasi format layanan dan penggunaan media. Ketiga
evaluasi, yaitu dengan menetapkan materi evaluasi; menetapkan prosedur
evaluasi; menyususn instrumen evaluasi; mengaplikasikan instrumen evaluasi; serta
mengolah hasil aplikasi instrumen. Keempat analisis hasil evaluasi,
yaitu dengan menetapkan standar analisis; melakukan analisis; serta menafsirkan
hasil analisis. Kelima tindak lanjut, yaitu dengan menetapkan jenis dan
arah tindak lanjut; mengkomunikasikan rencana tindak lanjut kepada berbagai
pihak yang terkait; serta melaksanakan rencana tindak lanjut. Keenam
laporan, yaitu dengan cara menyusun laporan layanan orientasi; menyampaikan
laporan kepada pihak-pihak terkait (yaitu kepala sekolah atau madrasah), serta
mendokumentasikan laporan layanan.
B. Layanan Informasi
1. Makna layanan informasi
Menurut Winkel (1991), layanan informasi merupakan
suatu layanan yang berupaya memenuhi kekurangan individu akan informasi yang
mereka lakukan. Informasi juga bermakna usaha-usaha untuk membekali siswa
dengan pengetahuan serta pemahaman tentang lingkungan hidupnya dan tentang
proses perkembangan anak muda.
2. Tujuan layanan informasi
Tujuan layanan informasi yaitu agar siswa mengetahui
dan menguasai informasi, yang selanjutnya dimanfaatkan untuk keperluan hidup sehari-hari
dan perkembangan dirinya; serta agar siswa memahami berbagai informasi dengan
segala seluk-beluknya.
3. Isi layanan informasi
Isi layanan informasi yaitu: pertama, informasi
tentang perkembangan diri. Kedua, informasi tentang hubungan antar-pribadi,
sosial, nilai-nilai dan moral. Ketiga, informasi tentang
pendidikan, kegiatan belajar, ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat,
informasi tentang dunia karir dan ekonomi. Kelima, informasi tentang
sosial budaya, politik, dan kewarganegaraan. Keenam, informasi tentang
kehidupan keluarga. Ketujuh, informasi tentang agama dan kehidupan
beragama beserta seluk-beluknya.
4. Teknik layanan informasi
Teknik layanan informasi yaitu: pertama
ceramah, tanya jawab dan diskusi. Kedua melalui media seperti: alat
peraga, media tertulis, media gambar, poster maupun media elektronik dan
sebagainya. Ketiga acara khusus, misalnya “Hari Bebas Asap Rokok” atau
“Hari Kebersihan dan Lingkungan Hidup”, dan sebagainya. Keempat nara
sumber, contoh: informasi tentang obat-obat terlarang, psikotropika dan narkoba
dengan mengundang nara sumber dari Dinas Kesehatan, Kepolisian, dan sebagainya.
5. Kegiatan pendukung layanan informasi
Kegiatan pendukung layanan informasi di antaranya: pertama,
aplikasi instrumentasi dan himpunan data. Kedua, konferensi kasus. Ketiga,
kunjungan rumah. Keempat, alih tangan kasus.
6. Pelaksanaan layanan informasi
Tahapan-tahapan layanan informasi sebagai berikut: pertama
mengidentifikasi kebutuhan akan informasi bagi calon peserta layanan;
menetapkan materi informasi sebagai isi layanan; menetapkan subjek sasaran
layanan; menetapkan nara sumber; menyiapakan prosedur, perangkat dan media
layanan serta menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua
mengorganisasikan kegiatan layanan; mengaktifkan peserta layanan; serta mengoptimalkan
penggunaan metode dan media. Ketiga menetapkan materi evaluasi;
menetapkan prosedur evaluasi; menyusun instrumen evaluasi; serta mengaplikasikan
instrumen evaluasi dan mengolah hasil aplikasi instrumen. Keempat,
menetapkan standar evaluasi; serta melakukan analisis dan menafsirkan hasil
analisis. Kelima, menetapkan jenis dan arah tindak lanjut; serta mengkomunikasikan
rencana tindak lanjut kepada pihak terkait dan melaksanakan rencana tindak
lanjut. Keenam, menyusun laporan layanan informasi; menyampaikan laporan
kepada pihak terkait (yaitu kepala sekolah atau madrasah); serta mendokumentasikan
laporan.
C. Layanan Bimbingan Kelompok
1. Makna layanan bimbingan kelompok
Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara
memberikan bantuan (bimbingan) kepada siswa melalui kegiatan kelompok. Dalam
layanan bimbingan kelompok dibahas topik-topik umum yang menjadi kepedulian
bersama anggota kelompok. Masalah yang menjadi topik pembicaraan dalam layanan
bimbingan kelompok dibahas melalui suasana
dinamika kelompok secara intens dan konstruktif, diikuti oleh semua
anggota kelompok di bawah bimbingan pimpinan kelompok (pembimbing atau
konselor).
2. Tujuan layanan bimbingan kelompok
Secara umum layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk
mengembangkan kemampuan bersosialisasi, khususnya kemampuan berkomunikasi
siswa. Secara lebih khusus, layanan bimbingan kelompok bertujuan untuk mendorong
pengembangan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap yang menunjang
perwujudan tingkah laku yang lebih efektif, yaitu peningkatan kemampuan
berkomunikasi para siswa, baik verbal maupun nonverbal.
3. Isi layanan bimbingan kelompok
Isi layanan bimbingan kelompok yaitu membahas
topik-topik umum, baik topik tugas ataupun topik bebas. Topik tugas adalah
topik atau pokok bahasan yang diberikan oleh pembimbing (pimpinan kelompok) kepada
kelompok untuk dibahas bersama-sama. Sedangkan makna topik bebas yaitu suatu
topik atau pokok bahasan yang dikemukakan secara bebas oleh anggota kelompok.
Contoh dari topik bebas maupun topik tugas yaitu: membahas masalah pendidikan
yang mencakup masalah cara belajar, kesulitan belajar, gagal ujian dan
sebagainya.
4. Teknik layanan bimbingan kelompok
Adapun teknik yang terdapat dalam layanan bimbingan
kelompok yaitu: pertama teknik umum, secara garis besar teknik ini
meliputi (a.) Komunikasi multi arah secara efektif, dinamis dan terbuka. (b.) Pemberian
rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan, diskusi, analisis, dan
pengembangan argumentasi. (c.) Dorongan minimal untuk memantapkan respon dan aktivitas
angggota kelompok. (d.) Penjelasan, pendalaman dan pemberian contoh untuk lebih
memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan. (e.) Pelatihan untuk
membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki (Prayitno dan Erman Amti,
2004).
Kedua permainan kelompok, merupakan salah satu teknik dalam
layanan bimbingan kelompok, baik sebagai selingan maupun sebagai wahana yang
memuat materi pembinaan atau materi layanan tertentu. Dalam hal ini teknik permainan
kelompok harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut: (a.) Sederhana; (b.)
menggembirakan; (c.) menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan; (d.) meningkatkan
keakraban; (e.) diikuti oleh semua anggota kelompok.
5. Kegiatan pendukung layanan bimbingan kelompok
Pertama aplikasi instrumen, yaitu dengan cara menghimpun data
siswa melalui aplikasi instrumen. Kedua, data yang telah diperoleh
kemudian dihimpun (dikodifikasi) menjadi suatu data khusus yang dapat digunakan
dalam merencanakan dan mengisi kegiatan layanan bimbingan kelompok dengan
berlandaskan asas-asas tertentu yang relevan. Ketiga konferensi kasus, konferensi
kasus dapat dilakukan sebelum atau sesudah layanan bimbingan kelompok
dilakukan. Keempat kunjungan rumah, kunjungan rumah dilakukan sebagai
pendalaman dan penanganan lebih lanjut tentang masalah siswa yang dibahas atau
dibicarakan dalam layanan. Kelima alih tangan kasus, dalam arti
mengalihkan atau melimpahkan layanan bimbingan kelompok kepada konselor atau
petugas lain yang lebih mengetahui.
6. Pelaksanaan layanan bimbingan kelompok
Pertama, yaitu perencanaan yang meliputi identifikasi topik
yang akan dibahas; membentuk kelompok; menyusun jadwal kegiatan; menetapkan
prosedur layanan; menetapkan fasilitas layanan dan menyiapkan kelengkapan
administrasi. Kedua, pelaksanaan yang mencakup kegiatan: mengkomunikasikan
rencana bimbingan kelompok serta menyelenggarakan layanan bimbingan kelompok melalui
tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran.
D. Layanan Konseling Kelompok
1. Makna layanan konseling kelompok
Layanan konseling kelompok dapat diartikan dengan upaya
pembimbing atau konselor membantu memecahkan masalah-masalah pribadi yang
dialami oleh masing-masing anggota kelompok melalui kegiatan kelompok agar
tercapai perkembangan yang optimal. Dengan kata lain layanan konseling kelompok
dapat diartikan dengan upaya pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami
masalah-masalah pribadi melalui kegiatan kelompok agar tercapai perkembangan
yang optimal.
2. Tujuan layanan konseling kelompok
Menurut (Prayitno, 2004) secara umum tujuan bimbingan
kelompok yaitu mengembangkan kemampuan sosialisasi siswa khususnya kemampuan
berkomunikasi. Menurut Prayitno (2004) secara khusus tujuan layanan konseling
kelompok yaitu mengembangkan perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, sikap
terarah serta bersosialisasi dan berkomunikasi para siswa.
3. Isi layanan konseling kelompok
Isi layanan konseling kelompok yaitu membahas
masalah-masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok secara
bergiliran, kemudian anggota kelompok mengungkapkan masalah pribadinya secara
bebas dan selanjutnya memilih masalah yang akan dibahas terlebih dahulu.
4. Teknik layanan konseling kelompok
Pertama teknik umum (pengembangan dinamika kelompok), teknik
ini meliputi: komunikasi multi-arah secara efektif, dinamis dan terbuka; pemberian
rangsangan untuk menimbulkan inisiatif dalam pembahasan diskusi, analisis
maupun pengembangan argumentasi; dorongan minimal untuk memantapkan respon
aktivitas anggota kelompok; penjelasan, pendalaman dan pemberian contoh untuk
lebih memantapkan analisis, argumentasi dan pembahasan; serta pelatihan untuk
membentuk pola tingkah laku baru yang dikehendaki.
Kedua teknik permainan kelompok, dalam layanan konseling
kelompok dapat diterapkan teknik permainan, baik sebagai selingan maupun
sebagai wahana (media) yang memuat materi pembinaan tertentu. Adapun
kriteria-kriteria yang harus tercakup yaitu: sederhana, menggembirakan,
menimbulkan suasana rileks dan tidak melelahkan, serta meningkatkan keakraban
dan diikuti oleh semua anggota kelompok.
5. Kegiatan pendukung konseling kelompok
Pertama aplikasi instrumentasi. Kedua himpunan data. Ketiga
konferensi kasus. Keempat kunjungan rumah. Kelima alih tangan
kasus.
6. Pelaksanaan layanan konseling kelompok
Pertama perencanaan, yang mencakup kegiatan: membentuk
kelompok; mengidentifikasi dan meyakinkan siswa tentang pentingnya masalah
dibawa ke dalam konseling kelompok; menempatkan klien dalam kelompok; menyusun
jadwal kegiatan; menetapkan prosedur layanan; menetapkan fasilitas layanan dan
menyiapkan kelengkapan administrasi. Kedua pelaksanaan yang mencakup
kegiatan mengkomunikasikan rencana layanan konseling kelompok; mengorganisasikan
layanan kegiatan konseling kelompok dan menyelenggarakan layanan konseling
kelompok melalui tahap-tahap pembentukan, peralihan, kegiatan dan pengakhiran. Ketiga
evaluasi yang mencakup kegiatan: menetapkan materi evaluasi; menetapkan
prosedur evaluasi; menyusun instrumen evaluasi; mengoptimalisasikan instrument evaluasi,
serta mengolah hasil aplikasi instrumen. Keempat analisis hasil evaluasi
yang mencakup kegiatan: menetapkan standar analisis; melakukan analisis serta
menafsirkan hasil analisis. Kelima follow up (tindak lanjut) yang
mencakup kegiatan: menetapkan jenis dan arah tindak lanjut; mengkomunikasikan
rencana tindak lanjut kepada pihak-pihak terkait, serta melaksanakan rencana
tindak lanjut. Keenam yaitu laporan yang mencakup kegiatan: menyusun
laporan layanan konseling kelompok; menyampaikan laporan kepada Kepala Sekolah atau
Madrasah dan kepada pihak-pihak lain yang terkait; serta mengkomunikasikan
laporan layanan.
BIBLIOGRAFI
Djumhur dan Muhammad Surya. 1980. Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung:
CV. Ilmu
Bandung.
Hallen. A. 2005. Bimbingan dan Konseling.
Ciputat: PT. Ciputat Press.
Nurihsan, Ahmad Juntika. 2009. Bimbingan
dan Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Partowisastro, Kastur. 1982. Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta:
Penerbit
Erlangga.
Prayitno. 1983. Pengertian Dasar dan
Asas-asas Bimbingan dan Penyuluhan. Salatiga:
Universitas
Kristen Satya Wacana.
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Dasar-dasar
Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya:
Penerbit
Usaha Nasional.
. 1985. Pengantar Teori Konseling.
Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
Tohirin. 2011. Bimbingan dan Konseling
di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: PT.
Rajagrafindo
Persada.
Walgito, Bimo. 2006. Bimbingan dan
Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: C.V. Andi
Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar