PERBANDINGAN ANTARA BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
MENURUT PAKAR SERTA TEKNIK-TEKNIK BIMBINGAN DAN PENYULUHAN
A. Perbandingan antara Bimbingan dan Penyuluhan Menurut Pakar
Menurut Prof. Dr. Bimo Walgito: “Pertama, pengertian
bimbingan lebih luas daripada pengertian penyuluhan. Penyuluhan merupakan
bimbingan, akan tetapi tidak semua bimbingan dikategorikan penyuluhan. Kedua,
penyuluhan sudah terdapat masalah tertentu, yaitu masalah yang dihadapi individu
(klien); sedangkan pada bimbingan tidak demikian. Ketiga, bimbingan
lebih bersifat preventif atau pencegahan, sedangkan penyuluhan lebih bersifat
kuratif atau korektif. Keempat, bimbingan dapat diberikan sekalipun
tidak ada masalah, akan tetapi sebaliknya penyuluhan diberikan apabila terdapat
suatu masalah. Kelima, penyuluhan mayoritas dilakukan face to face
(bertatap muka secara langsung), akan tetapi bimbingan tidak harus face to face
(bertatap muka secara langsung)”.[1]
B. Teknik-teknik Bimbingan dan Penyuluhan
1. Konseling
Konseling merupakan bantuan yang bersifat terapeutik
yang diarahkan untuk mengubah sikap dan perilaku individu. Konseling dilaksanakan
melalui wawancara (konseling) langsung dengan klien. Konseling ditujukan kepada
individu yang normal, bukan yang mengalami gangguan jiwa; melainkan hanya
mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dalam pendidikan, pekerjaan, dan
kehidupan sosial.
Dalam konseling terdapat hubungan yang akrab dan
dinamis, yaitu: klien merasa diterima dan dimengerti oleh konselor, konselor
menerima klien secara pribadi dan tidak memberikan penilaian; klien juga merasa
bahwa ada orang yang mengerti masalah pribadinya, mau mendengar keluhan dan
curahan perasaannya.
Dalam konseling terdapat proses belajar yang bertujuan
agar klien dapat mengenal diri, menerima, mengarahkan, dan menyesuaikan diri
secara realistis dalam kehidupannya di kampus ataupun di luar kampus. Konseling
juga membantu klien agar lebih mengerti dirinya sendiri, mampu mengeksplorasi
dan memimpin dirinya sendiri, serta menyelesaikan tugas-tugas kehidupannya.
Proses konseling lebih bersifat emosional yang diarahkan kepada perubahan
sikap, perubahan pola-pola hidup. Sebab hanya dengan perubahan-perubahan
tersebut memungkinkan terjadi perubahan perilaku dan penyelesaian masalah.
2. Nasehat
Nasehat merupakan salah satu teknik bimbingan dan
penyuluhan yang dapat diberikan oleh konselor ataupun pembimbing. Pemberian
nasehat seyogyanya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Berdasarkan masalah atau kesulitan yang dihadapi klien (individu);
b. Diawali dengan menghimpun data yang berkaitan dengan masalah yang
dihadapi;
c. Nasehat yang diberikan bersifat alternatif yang dapat dipilih oleh
individu, walaupun ada kemungkinan kegagalan maupun keberhasilan;
d. Penentuan keputusan diserahkan kepada klien, alternatif mana yang harus
diambil;
e. Serta hendaknya klien mau dan mampu mempertanggungjawabkan keputusan
yang diambilnya.
3. Bimbingan Kelompok
Bimbingan kelompok merupakan bantuan terhadap individu
yang dilaksanakan dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok dapat berupa
penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok seperti: membahas
masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi dan sosial.
Bimbingan kelompok dapat diklasifikasikan menjadi empat
kelompok, yaitu:
a. Kelompok kecil (2-6 orang);
b. Kelompok sedang (7-12 orang);
c. Kelompok besar (13-20 orang);
d. Kelompok super (20-40 orang).
Pemberian
informasi dalam bimbingan kelompok bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
tentang kenyataan, aturan-aturan dalam kehidupan, dan cara-cara yang dapat
dilakukan untuk menyelesaikan tugas, serta meraih masa depan dalam studi, karir,
ataupun kehidupan. Aktivitas kelompok diarahkan untuk memperbaiki dan
mengembangkan pemahaman diri dan pemahaman lingkungan, penyesuaian diri serta
pengembangan diri.
Pemberian
informasi dapat menggunakan alat-alat dan media pendidikan, seperti: OHP, kaset
audio-video, film, buletin, brosur, majalah, buku dan lain-lain. Kadang kala konselor
mendatangkan ahli tertentu untuk memberikan informasi tentang hal-hal tertentu.
Pada umumnya
aktivitas kelompok menggunakan prinsip dan proses dinamika kelompok, seperti
dalam kegiatan diskusi, sosiodrama, bermaian peran, simulasi dan lain-lain. Bimbingan
melalui aktivitas kelompok lebih efektif, karena selain peran individu lebih
aktif, juga memungkinkan terjadinya pertukaran pemikiran, pengalaman, rencana, dan
penyelesaian masalah.
4. Konseling Kelompok
Konseling kelompok merupakan bantuan kepada individu
dalam situasi kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, serta
diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam perkembangan dan pertumbuhannya. Konseling
kelompok bersifat pencegahan dalam arti bahwa individu yang bersangkutan
memiliki kemampuan normal atau berfungsi secara wajar dalam masyarakat; akan
tetapi memiliki beberapa kelemahan dalam kehidupannya, sehingga mengganggu
kelancaran komunikasi dengan orang lain. Konseling kelompok bersifat memberi
kemudahan bagi pertumbuhan dan perkembangan individu dalam arti memberikan
kesempatan, dorongan, juga pengarahan kepada individu-individu yang
bersangkutan untuk mengubah sikap dan perilakunya hingga selaras dengan
lingkungannya.
Konseling kelompok merupakan proses antar pribadi yang
dinamis, terpusat pada pemikiran dan perilaku yang sadar, serta melibatkan
fungsi terapi seperti: sifat permisif, orientasi pada kenyataan, katarsis,
saling mempercayai, saling memperlakukan dengan hangat, saling pengertian,
saling menerima dan mendukung. Fungsi-fungsi terapi itu diciptakan dan
dikembangkan dalam suatu kelompok kecil melalui cara saling memperdulikan di
antara para peserta konseling kelompok.
Individu dalam konseling kelompok pada dasarnya adalah
individu normal yang memiliki berbagai kepedulian dan kemampuan, serta
persoalan yang dihadapi bukanlah gangguan kejiwaan yang tergolong sakit jiwa;
akan tetapi hanya kekeliruan dalam penyesuaian diri. Individu dalam konseling
kelompok menggunakan interaksi kelompok untuk meningkatkan pemahaman dan
penerimaan terhadap nilai-nilai dan tujuan-tujuan tertentu untuk mempelajari
atau menghilangkan sikap-sikap dan perilaku yang tidak tepat.
5. Belajar Bernuansa Bimbingan
Dosen dapat memberikan bimbingan waktu mengajar dengan
menjelaskan tujuan dan manfaat perkuliahan, cara belajar, mata kuliah yang
diberikan, dorongan untuk berprestasi, membantu mengatasi kesulitan yang
dihadapi individu, penyelesaian tugas, merencanakan masa depan, memberikan
fasilitas belajar, memberikan kesempatan untuk berprestasi, dan lain-lain.
Secara umum bimbingan yang dapat diberikan dosen atau
guru sambil mengajar adalah: pertama mengenal dan memahami individu
secara mendalam; kedua memperlakukan sesuai dengan perbedaan
masing-masing individu; ketiga memperlakukan individu secara manusiawi; keempat
memberi kemudahan untuk mengembangkan diri secara optimal; kelima menciptakan
suasana kelas yang menyenangkan.
Suasana kelas dan proses belajar-mengajar yang menerapkan
prinsip-prinsip bernuansa bimbingan akan tampak sebagai berikut:
a. Tercipta iklim kelas yang permisif, bebas dari ketegangan dan
menempatkan individu sebagai subjek pengajaran.
b. Adanya arahan atau orientasi agar terselenggaranya belajar yang efektif,
baik dalam bidang studi yang diajarkannya, maupun dalam keseluruhan
perkuliahan.
c. Menerima dan memperlakukan individu sebagai individu yang mempunyai
harga diri dengan memahami kekurangan, kelebihan dan masalah-masalahnya.
d. Mempersiapkan serta menyelenggarakan perkuliahan sesuai dengan kebutuhan
dan kemampuan individu.
e. Membina hubungan yang dekat dengan individu, menerima individu yang akan
berkonsultasi dan yang akan meminta bantuan.
f. Dosen atau guru berusaha mempelajari dan memahami individu untuk
menemukan kekuatan, kelemahan, kelebihan, kebiasaan, dan kesulitan yang
dihadapinya; terutama dalam hubungannya dengan bidang studi yang diajarkannya.
g. Memberikan bantuan kepada individu yang menghadapi kesulitan, terutama dengan
bidang studi yang diajarkannya.
h. Pemberian informasi tentang masalah pendidikan, pengajaran, dan jabatan
atau karir.
i.
Memberikan bimbingan kelompok di kelas.
j.
Membimbing individu agar mengembangkan
kebiasaan belajar yang baik.
k. Memberikan layanan perbaikan bagi individu yang memerlukannya.
l.
Bekerjasama dengan dosen, wali kelas,
konselor dan tenaga pendidik lainnya dalam memberikan bantuan yang dibutuhkan
oleh individu (klien).
m. Memberikan umpan balik atas hasil evaluasi.
n. Memberikan pelayanan rujukan (referal) bagi individu yang memiliki
kesulitan yang tidak dapat diselesaikan oleh dosen sendiri.[2]
BIBLIOGRAFI
Hallen. A. 2005. Bimbingan dan Konseling.
Ciputat: PT. Ciputat Press.
Nurihsan, Ahmad Juntika. 2009. Bimbingan
dan Konseling. Bandung: PT. Refika Aditama.
Partowisastro, Kastur. 1982. Bimbingan
dan Penyuluhan di Sekolah-sekolah. Jakarta:
Penerbit
Erlangga.
Prayitno. 1983. Pengertian Dasar dan
Asas-asas Bimbingan dan Penyuluhan. Salatiga:
Universitas
Kristen Satya Wacana.
Sukardi, Dewa Ketut. 1983. Dasar-dasar
Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Surabaya:
Penerbit
Usaha Nasional.
. 1985. Pengantar Teori Konseling.
Jakarta Timur: Ghalia Indonesia.
Walgito, Bimo. 2006. Bimbingan dan
Konseling (Studi dan Karir). Yogyakarta: C.V. Andi
Offset.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar