Asbâbun Nuzûl Surat an-Nisâ’ (4), Ayat: 102 (Bagian
Pertama)
وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ
فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاةَ ........................... (١٠٢)
102. Dan apabila kamu berada di tengah-tengah
mereka (sahabatmu), lalu kamu (Nabi SAW.) hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka (bersama para
Sahabat Nabi SAW.)...........................................
Imâm Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad
al-Imâm Ahmad Ibn
Hanbalnya (4/59):
حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ قَالَ حَدَّثَنَا
الثَّوْرِيُّ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ مُجَاهِدٍ عَنْ أَبِي عَيَّاشٍ الزُّرَقِيِّ قَالَ
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعُسْفَانَ فَاسْتَقْبَلَنَا
الْمُشْرِكُونَ عَلَيْهِمْ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ وَهُمْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقِبْلَةِ
فَصَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الظُّهْرَ فَقَالُوا
قَدْ كَانُوا عَلَى حَالٍ لَوْ أَصَبْنَا غِرَّتَهُمْ ثُمَّ قَالُوا تَأْتِي عَلَيْهِمْ
الْآنَ صَلَاةٌ هِيَ أَحَبُّ إِلَيْهِمْ مِنْ أَبْنَائِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ قَالَ فَنَزَلَ
جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام بِهَذِهِ الْآيَاتِ بَيْنَ الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ: {وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ فَأَقَمْتَ لَهُمُ
الصَّلَاةَ..................} (١٠٢). قَالَ فَحَضَرَتْ فَأَمَرَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخَذُوا السِّلَاحَ قَالَ فَصَفَفْنَا خَلْفَهُ
صَفَّيْنِ قَالَ ثُمَّ رَكَعَ فَرَكَعْنَا جَمِيعًا ثُمَّ رَفَعَ فَرَفَعْنَا جَمِيعًا
ثُمَّ سَجَدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالصَّفِّ الَّذِي يَلِيهِ
وَالْآخَرُونَ قِيَامٌ يَحْرُسُونَهُمْ فَلَمَّا سَجَدُوا وَقَامُوا جَلَسَ الْآخَرُونَ
فَسَجَدُوا فِي مَكَانِهِمْ ثُمَّ تَقَدَّمَ هَؤُلَاءِ إِلَى مَصَافِّ هَؤُلَاءِ وَجَاءَ
هَؤُلَاءِ إِلَى مَصَافِّ هَؤُلَاءِ قَالَ ثُمَّ رَكَعَ فَرَكَعُوا جَمِيعًا ثُمَّ
رَفَعَ فَرَفَعُوا جَمِيعًا ثُمَّ سَجَدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَالصَّفُّ الَّذِي يَلِيهِ وَالْآخَرُونَ قِيَامٌ يَحْرُسُونَهُمْ فَلَمَّا جَلَسَ
جَلَسَ الْآخَرُونَ فَسَجَدُوا فَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ ثُمَّ انْصَرَفَ قَالَ فَصَلَّاهَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّتَيْنِ مَرَّةً بِعُسْفَانَ
وَمَرَّةً بِأَرْضِ بَنِي سُلَيْمٍ.
“Telah bercerita kepada kami (Ahmad bin Hanbal) ‘Abdurrazzâq[1],
katanya (‘Abdurrazzâq): “Ats-Tsaurî[2]
telah bercerita kepada kami (‘Abdurrazzâq) dari Manshûr[3]
dari Mujâhid[4]
dari Abû ‘Iyyâsy az-Zuraqî[5],
katanya (Abû ‘Iyyâsy az-Zuraqî): “Dahulu kami (pasukan kaum Muslimîn) bersama
Rasûlullâh SAW. di ‘Usfân. Kami (pasukan kaum Muslimîn) bertemu dengan pasukan
(kaum) Musyrikîn yang dipimpin Khâlid bin al-Walîd. Mereka (pasukan kaum
Musyrikîn) ada di antara kami (di antara pasukan kaum Muslimîn) dengan kiblat. Lalu
Nabi SAW. shalat Zhuhûr bersama kami (bersama pasukan kaum Muslimîn). Mereka (pasukan
kaum Musyrikîn) pun berkata: “Mereka (pasukan kaum Muslimîn) sudah berada dalam
situasi seperti ini (situasi kekacauan dan menderita kekalahan), apabila kita (pasukan
kaum Musyrikîn) menyerang mereka (menyerang pasukan kaum Muslimîn)”. Kemudian
mereka (pasukan kaum Musyrikîn) berkata: “Sekarang tiba waktu shalat yang lebih
mereka (pasukan kaum Muslimîn) cintai daripada anak-anak dan diri mereka (diri pasukan
kaum Muslimîn) sendiri”. Kemudian turunlah (Malaikat) Jibrîl membawa Ayat
(Surat an-Nisâ’, Ayat: 102) ini antara (waktu) Zhuhûr dan (waktu) ‘Ashar:
وَإِذَا كُنْتَ فِيهِمْ
فَأَقَمْتَ لَهُمُ الصَّلاةَ ........................... (١٠٢)
102. Dan apabila kamu berada di tengah-tengah
mereka (sahabatmu), lalu kamu (Nabi SAW.) hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka (bersama para
Sahabat Nabi SAW.)..........................................”.
“Katanya (kata Abû ‘Iyyâsy az-Zuraqî): “Masuklah waktu shalat (‘Ashar),
lalu Rasûlullâh SAW. memerintahkan memegang senjata mereka (memegang senjata
masing-masing)”. Kata perawi (kata Abû ‘Iyyâsy az-Zuraqî) pula: “Kami (pasukan
kaum Muslimîn) pun menyusun shaf (barisan dalam shalat) di belakang beliau SAW.
dua baris. Kemudian beliau SAW. ruku’, kami (pasukan kaum Muslimîn yang berada
di shaf pertama dari Makmum) pun semuanya ruku’; kemudian beliau SAW.
mengangkat kepalanya (melakukan i’tidal), dan kami (pasukan kaum Muslimîn) pun
mengangkat kepala semua (i’tidal semua); kemudian beliau SAW. sujud, dan kami (pasukan
kaum Muslimîn) pun sujud, dan shaf yang ada di belakangnya yang terdapat di
shaf kedua dari Makmum (shalat bermakmum kepada Nabi SAW.), dan yang lainnya (pasukan
kaum Muslimîn yang telah mendirikan shalat satu raka’at) berdiri menjaga mereka
(menjaga Nabi SAW. dan pasukan kaum Muslimîn); ketika Nabi SAW. duduk di antara
dua sujud, maka yang lain (pasukan kaum Muslimîn yang sedang berjaga-jaga) juga
duduk di antara dua sujud; maka (kemudian) mereka (Nabi SAW. dan para Jama’ah
shalat ‘Ashar kaum Muslimîn) bersujud dan (setelah itu) salam. Kemudian
bubarlah (para Jamâ’ah shalat ‘Ashar kaum Muslimîn). Katanya (kata Abû ‘Iyyâsy
az-Zuraqî): “Maka Rasûlullâh SAW. shalat dua kali; sekali di ‘Usfân, dan sekali
lagi di kampung Bani Sulaim”.
KETERANGAN dan PENJELASAN (dari para Muhadditsîn):
‘Abdurrazzâq juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Mushannaf
‘Abd ar-Razzâqnya (2/505). Al-Hâkim juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di
atas dalam al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhaynnya (1/337), dan kata
al-Hâkim: “Hadis yang ia (al-Hâkim) riwayatkan berkualitas shahîh menurut
persyaratan shahîh Bukhârî dan Muslim”; dan disetujui oleh al-Hâfizh[6]
adz-Dzahabî. Al-Hâfizh Abû Dâwud juga meriwayatkan sebagaimana Hadis
di atas dalam Sunan Abî Dâwudnya (1/477), dan kata al-Hâfizh Abû
Dâwud: “Al-Hâfizh al-Bayhaqî juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas
dalam al-Ma’rifatnya; dan dalam periwayatan al-Hâfizh al-Bayhaqî terdapat
pernyataan tegas adanya sima’ (mendengar) Mujâhid dari Abû ‘Iyyâsy”. Al-Hâfizh
an-Nasâ-î juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Sunan
an-Nasâ-î al-Kubrânya (3/145).
Ath-Thayâlisî juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Musnad Abû
Dâwud ath-Thayâlisînya (1/150). Ibnu Jarîr juga meriwayatkan sebagaimana
Hadis di atas dalam Jâmi’ al-Bayân fî
at-Ta’wîl al-Qurânnya (5/246 dan 5/257).
Ad-Dâruquthnî juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Sunan ad-Dâruquthninya
(2/59). Al-Hâfizh Jalâluddîn as-Suyûthî juga mengeluarkan sebagaimana
Hadis di atas dalam Lubâb an-Nuqûl fî
Asbâb an-Nuzûlnya (Juz. 5, 4/an-Nisâ’), dengan menisbahkan kepada Imâm Ahmad bin Hanbal dalam Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbalnya (4/59);
serta menisbahkan kepada al-Hâkim dalam
al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhaynnya (1/337); serta menisbahkan kepada
al-Bayhaqî dalam ad-Dalâilnya.
Al-Hâkim juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Mustadrak
‘alâ ash-Shahîhaynnya (3/30), akan tetapi melalui jalur sanad[7]
‘Abdullâh bin ‘Abbâs; dan kata al-Hâkim: “Hadis yang ia (al-Hâkim)
riwayatkan berkualitas shahîh menurut persyaratan shahîh Bukhârî”; dan
disetujui oleh al-Hâfizh adz-Dzahabî.
Ibnu Jarîr juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Jâmi’ al-Bayân fî at-Ta’wîl al-Qurânnya
(5/256), juga melalui jalur sanad ‘Abdullâh bin ‘Abbâs.
PENJELASAN (hadis di atas):
Hadis di atas semua rawinya tsiqqah[8],
kecuali Muammal bin Ismâ’îl, dia (Muammal bin Ismâ’îl) “shadûq wa sayyi-u al-Hifzhi”
(jujur dan hapalannya buruk). Akan tetapi riwayat Imâm Ahmad bin Hanbal di atas
dikuatkan ke-râjih-annya dengan riwayat-riwayat yang lain yang telah saya
kemukakan di atas.
Atsar[9] Abû
‘Iyyâsy di atas
digolongkan Mawqûf li hukmi Marfu’, maksudnya: hadis Mawqûf[10]
yang dihukumi Marfu’[11].
Karena para Muhadditsîn[12]
telah bersepakat bahwa: “Ada beberapa macam Mawqûf yang dihukumi Marfu’, dan
salah satunya yaitu: penafsiran para Sahabat yang berkaitan dengan sebab
turunnya (asbâb an-nuzûl) suatu ayat”.
Sebagaimana
penjelasan para Muhadditsîn tersebut, maka Atsar Abû
‘Iyyâsy di atas tergolong hadis Mawqûf yang
dihukumi Marfu’ oleh para Muhadditsîn, sehingga (hadis Abû
‘Iyyâsy di atas) dapat dijadikan sebagai hujjah
(pedoman/landasan) dalam hukum Syara’ (Islam).
BIBLIOGRAFI
Ad-Dalâil (al-Hâfizh
al-Bayhaqî).
Al-Mushannaf
‘Abd ar-Razzâq (‘Abdurrazzâq/’Abdurrazzâq bin Hammâm bin Nâfi’).
Al-Mustadrak
‘alâ ash-Shahîhayn (al-Hâkim/Abî ‘Abdullâh al-Hâkim an-Naisâbûrî).
Jâmi’
al-Bayân fî at-Ta’wîl al-Qurân (Ibnu Jarîr/Abû Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin
Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).
Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûl
(as-Suyûthî/Imâm Jalâluddîn as-Suyûthî).
Musnad
Abû Dâwûd ath-Thayâlisî
(Sulaimân bin Dâwûd ath-Thayâlisî).
Musnad
al-Imâm Ahmad Ibn Hanbal
(Imâm Ahmad bin Hanbal/Ahmad bin Hanbal Abû
‘Abdullâh asy-Syaibânî).
Sunan Abî Dâwud (Abû Dâwud/al-Imâm al-Hâfizh
al-Mushannif al-Mutqan Abî Dâwud
Sulaimân Ibnu al-‘Asy’ats
as-Sijistânî al-Azadî).
Sunan
ad-Dâruquthnî (ad-Dâruquthnî).
Sunan an-Nasâ-î
al-Kubrâ (an-Nasâ-î/al-Hâfizh Abû
‘Abdurrahmân Ahmad bin Syu’aib bin
‘Alî
bin Bahr bin Sunân bin Dînâr an-Nasâ-î).
[1] Nama lengkapnya yaitu: ‘Abdurrazzâq bin Hammâm bin Nâfi’. Ia (‘Abdurrazzâq bin Hammâm bin Nâfi’) merupakan seorang Tâbi’ Tâbi’în junior. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Humairî ash-Shan’ânî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Bakr. Tempat tinggalnya di Yaman. Ia (‘Abdurrazzâq bin Hammâm bin Nâfi) wafat di Yaman pada tahun 211 Hijriyah.
[2] Nama
lengkapnya yaitu: Sufyân bin Sa’îd bin Masrûq. Ia (Sufyân bin Sa’îd bin Masrûq)
merupakan seorang Tâbi’ Tâbi’în senior. Nasab (keturunan) nya
yaitu: ats-Tsaurî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Abdullâh.
Tempat tinggalnya di Kûfah. Ia (Sufyân bin Sa’îd bin Masrûq) wafat di Bashrah
pada tahun 161 Hijriyah.
[3] Nama
lengkapnya yaitu: Manshûr bin al-Mu’tamar. Ia (Manshûr bin al-Mu’tamar)
merupakan seorang Tâbi’în junior. Nasab (keturunan) nya yaitu: as-Salamî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Atâb. Tempat tinggalnya di Kûfah.
Ia (Manshûr bin al-Mu’tamar) wafat tahun 132 Hijriyah.
[4] Nama
lengkapnya yaitu: Mujâhid bin Jabar. Ia (Mujâhid bin Jabar) merupakan seorang
Tâbi’în pertengahan. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Makhzûmî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Hajjâj. Tempat tinggalnya
di Marwa ar-Rawadz. Ia (Mujâhid bin Jabar) wafat di Marwa ar-Rawadz
pada tahun 102 Hijriyah.
[5] Nama sebenarnya
yaitu: Zaid bin Shâmit. Ia (Zaid bin Shâmit) merupakan seorang Sahabat. Nasab
(keturunan) nya yaitu: az-Zarqî al-Anshârî. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû ‘Iyyâsy. Tempat tinggalnya di Madînah.
[6] Al-Hâfizh adalah:
Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan
hadis, dan dapat men-ta’dil-kan maupun men-jarh-kan para perawi
hadis.
[7] Sanad
adalah: Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan ke matan
(redaksi/isi) hadis.
[9] Atsar
adalah: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat dan Tâbi’în, baik berupa
perkataan dan perbuatan.
[10] Hadis Mawqûf
yaitu: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan dan persetujuan; baik bersambung sanadnya ataupun terputus sanadnya.
[11] Marfu’
maksudnya: Terangkatnya derajat hadis hingga ke Nabi SAW.
[12] Muhadditsîn
yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh,
hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan atara yang shahîh
dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari
sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya.
Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm Syâfi’î, Imâm Ahmad bin
Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwûd, an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah,
Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar