Senin, 30 Januari 2012

Asbâbun Nuzûl Surat an-Nisâ’ (4), Ayat: 102 (bagian kedua)


Asbâbun Nuzûl Surat an-Nisâ’ (4), Ayat: 102 (bagian kedua)

..................... وَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى أَنْ تَضَعُوا أَسْلِحَتَكُمْ ......................... (١٠٢)
102. ……………………dan tidak ada dosa atas kalian (pasukan kaum Muslimîn) meletakkan senjata-senjata kalian, jika kalian memperoleh kesusahan karena hujan atau karena kalian memang sakit………….......................



Imâm Bukhârî meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (9/333):
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ مُقَاتِلٍ أَبُو الْحَسَنِ قاَلَ أَخْبَرَنَا حَجَّاجٌ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ أَخْبَرَنِي يَعْلَى عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: {.................إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى...............} (١٠٢). قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ وَكَانَ جَرِيحًا.
“Muhammad bin Muqâtil Abû al-Hasan[1] telah bercerita kepada kami (Bukhârî), katanya (Muhammad bin Muqâtil Abû al-Hasan): “Hajjâj[2] telah mengabarkan kepada kami (Muhammad bin Muqâtil Abû al-Hasan) dari Ibnu Juraij[3], katanya (Ibnu Juraij): “Ya’lâ[4] telah mengabarkan kepada saya (Ibnu Juraij), dari Sa’îd bin Jubair[5] dari ‘Abdullâh bin ‘Abbâs[6] (tentang Surat an-Nisâ’, Ayat: 102):
............ إِنْ كَانَ بِكُمْ أَذًى مِنْ مَطَرٍ أَوْ كُنْتُمْ مَرْضَى............ (١٠٢)
102. ………….….. jika kalian (pasukan kaum Muslimîn) memperoleh kesusahan karena hujan atau karena kalian memang sakit…................”.

“Dia (‘Abdullâh bin ‘Abbâs) berkata: “Dahulu ‘Abdurrahmân bin ‘Auf dalam keadaan terluka”.

KETERANGAN dan PENJELASAN (dari para Muhadditsîn):
Al-Hâkim juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhaynnya, dan kata al-Hâkim: “Hadis yang ia (al-Hâkim) riwayatkan berkualitas shahîh menurut persyaratan shahîh Bukhârî dan Muslim”; dan disetujui oleh al-Hâfizh[7] adz-Dzahabî (2/308). Ibnu Jarîr juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Jâmi’ al-Bayân fî at-Ta’wîl al-Qurânnya (5/259). Al-Hâfizh Jalâluddîn as-Suyûthî juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûlnya (Juz. 5, 4/an-Nisâ’), dengan menisbahkan kepada Imâm Bukhârî dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (9/333).
Al-Hâfizh Ibnu Hajar al-‘Asqalanî berkata dalam Fath al-Bâri bi Syarh Shahîh al-Imâm Abî ‘Abdullâh Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhârînya (Surat an-Nisâ’, Ayat: 102): “Abû Nu’aim meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Mustakhraj Abû Bakr al-Ismâ’îlî ‘alâ Shahîh al-Bukhârî melalui jalur sanad[8] Ibrâhîm bin Sa’îd al-Jauharî dari Hajjâj bin Muhammad dari Ibnu Juraij dari Ya’lâ dari ‘Abdullâh bin ‘Abbâs”.


PENJELASAN (hadis di atas):
Atsar[9] ‘Abdullâh bin ‘Abbâs di atas digolongkan Mawqûf li hukmi Marfu’, maksudnya: hadis Mawqûf[10] yang dihukumi Marfu’[11]. Karena para Muhadditsîn[12] telah bersepakat bahwa: “Ada beberapa macam Mawqûf yang dihukumi Marfu’, dan salah satunya yaitu: penafsiran para Sahabat yang berkaitan dengan sebab turunnya (asbâb an-nuzûl) suatu ayat”.
Sebagaimana penjelasan para Muhadditsîn tersebut, maka Atsar ‘Abdullâh bin ‘Abbâs di atas tergolong hadis Mawqûf yang dihukumi Marfu’ oleh para Muhadditsîn, sehingga (hadis ‘Abdullâh bin ‘Abbâs di atas) dapat dijadikan sebagai hujjah (pedoman/landasan) dalam hukum Syara’ (Islam).





BIBLIOGRAFI

Al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârî (Imâm Bukhârî/Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ismâ’îl bin
Ibrâhîm bin al-Mughîrah bin Bardizbah al-Ju’fî al-Bukhârî).
Fath al-Bâri bi Syarh Shahîh al-Imâm Abî ‘Abdullâh Muhammad bin Ismâ’îl al-Bukhârî
(al-Hâfizh Ibnu Hajar al-‘Asqalanî/Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-‘Asqalanî).
Al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhayn (al-Hâkim/Abî ‘Abdullâh al-Hâkim an-Naisâbûrî).
Jâmi’ al-Bayân fî at-Ta’wîl al-Qurân (Ibnu Jarîr/Abû Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin
Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).
Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûl (al-Hâfizh as-Suyûthî/Imâm Jalâluddîn as-Suyûthî).
















[1] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Muqâtil. Ia (Muhammad bin Muqâtil) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ senior. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Marwazî al-Kisâ-î. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Hasan. Laqab (gelar/titel) nya: Rakh. Tempat tinggalnya di Baghdâd. Ia (Muhammad bin Muqâtil) wafat di Marwa ar-Rawadz pada tahun 226 Hijriyah.

[2] Nama lengkapnya yaitu: Hajjâj bin Muhammad. Ia (Hajjâj bin Muhammad) merupakan seorang Tâbi’ Tâbi’în junior. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Mashîshî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhamad. Laqab (gelar/titel) nya: al-A’war. Tempat tinggalnya di Syâm. Ia (Hajjâj bin Muhammad) wafat di Baghdâd pada tahun 206 Hijriyah.

[3] Nama sebenarnya yaitu: ‘Abdul Malik bin ‘Abdul ‘Azîz bin Juraij. Ibnu Juraij merupakan seorang yang hidup bersama Tâbi’în (generasi setelah Sahabat) junior, akan tetapi Ibnu Juraij tidak bertemu dengan seorang Sahabat. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Umawî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Walîd. Tempat tinggalnya di Marwa ar-Rawadz. Ia (Ibnu Juraij) wafat pada tahun 150 Hijriyah.


[4] Nama lengkapnya yaitu: Ya’lâ bin Muslim bin Hurmuzi. Ia (Ya’lâ bin Muslim bin Hurmuzi) merupakan seorang yang hidup bersama Tâbi’în (generasi setelah Sahabat) junior, akan tetapi Ya’lâ tidak bertemu dengan seorang Sahabat. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Makkî. Tempat tinggalnya di Marwa ar-Rawadz.

[5] Nama lengkapnya yaitu: Sa’îd bin Jubair bin Hisyâm. Ia (Sa’îd bin Jubair) merupakan seorang Tâbi’în pertengahan. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Asadî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhamad. Tempat tinggalnya di Kûfah. Ia (Sa’îd bin Jubair) wafat di ‘Irâq pada tahun 94 Hijriyah.

[6] Nama lengkapnya yaitu: ‘Abdullâh bin ‘Abbâs bin ‘Abdul Muthallib bin Hâsyim. Ia (‘Abdullâh bin ‘Abbâs bin ‘Abdul Muthallib bin Hâsyim) merupakan seorang Sahabat dan juga seorang pakar Tafsîr, serta ia (‘Abdullâh bin ‘Abbâs bin ‘Abdul Muthallib bin Hâsyim) telah meriwayatkan 1.660 Hadîts. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Qurasyî al-Hâsyimî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-‘Abbâs. Tempat tinggalnya di Marwa ar-Rawadz. Ia (‘Abdullâh bin ‘Abbâs bin ‘Abdul Muthallib bin Hâsyim) wafat di Thâ-if pada tahun 68 Hijriyah.

[7] Al-Hâfizh adalah: Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan hadis, dan dapat men-ta’dil-kan maupun men-jarh-kan para perawi hadis.

[8] Sanad adalah: Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan ke matan (redaksi/isi) hadis.

[9] Atsar adalah: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat dan Tâbi’în, baik berupa perkataan dan perbuatan.

[10] Hadis Mawqûf yaitu: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan dan persetujuan; baik bersambung sanadnya ataupun terputus sanadnya.

[11] Marfu’ maksudnya: Terangkatnya derajat hadis hingga ke Nabi SAW.

[12] Muhadditsîn yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh, hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan atara yang shahîh dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya. Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm Syâfi’î, Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwûd, an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar