Jumat, 02 Maret 2012

Asbâbun Nuzûl Surat ‘Abasa (80), Ayat: 1-10

Asbâbun Nuzûl Surat ‘Abasa (80), Ayat: 1-10
عَبَسَ وَتَوَلَّى (١). أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى (٢). وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (٣). أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (٤). أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (٥). فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (٦). وَمَا عَلَيْكَ أَلا يَزَّكَّى (٧). وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (٨). وَهُوَ يَخْشَى (٩). فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (١٠).
1. Dia (Nabi Muhammad SAW.) bermuka masam dan berpaling; 2. Karena telah datang seorang buta[1] kepadanya. 3. Tahukah kamu (wahai Nabi Muhammad SAW.) barangkali ia (‘Abdullâh bin Ummi Maktûm) ingin membersihkan dirinya (dari dosa); 4. Atau Dia[2] (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?. 5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup[3]; 6. Maka kamu (Nabi Muhammad SAW.) malah melayaninya. 7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu (atas Nabi Muhammad SAW.) kalau Dia[4] tidak membersihkan diri (beriman). 8. Dan Adapun orang (yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm) yang datang kepadamu (kepada Nabi Muhammad SAW.) dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran); 9. Sedangkan ia (‘Abdullâh bin Ummi Maktûm) takut kepada (Allah); 10. Maka kamu (Nabi Muhammad SAW.) malah mengabaikannya (mengabaikan ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm).


 
Al-Hâfizh[5] at-Tirmidzî[6] meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/209):
حَدَّثَنَا سَعِيدُ بْنُ يَحْيَى بْنِ سَعيدٍ الْأَمَوِيُّ قَالَ, حَدَّثَنِي أَبِي قَالَ: هَذَا مَا عَرَضْنَا عَلَى هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ, عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ: أُنْزِلَ {عَبَسَ وَتَوَلَّى (١).........}, فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ الْأَعْمَى أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَعَلَ يَقُولُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرْشِدْنِي, وَعِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ عُظَمَاءِ الْمُشْرِكِينَ, فَجَعَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُعْرِضُ عَنْهُ وَيُقْبِلُ عَلَى الْآخَرِ وَيَقُولُ: أَتَرَى بِمَا أَقُولُ بَأْسًا؟. فَيَقُولُ: لَا. فَفِي هَذَا أُنْزِلَ: {عَبَسَ وَتَوَلَّى (١). أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى (٢). وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (٣). أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (٤). أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (٥). فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (٦). وَمَا عَلَيْكَ أَلا يَزَّكَّى (٧). وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (٨). وَهُوَ يَخْشَى (٩). فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (١٠)..................}.
قَالَ أَبُو عِيسَى: هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ, وَرَوَى بَعْضُهُمْ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَة,َ عَنْ أَبِيهِ قَالَ: أُنْزِل {عَبَسَ وَتَوَلَّى (١)..............}, فِي ابْنِ أُمِّ مَكْتُومٍ, وَلَمْ يَذْكُرْ فِيهِ عَنْ عَائِشَةَ.
“Sa’îd bin Yahyâ bin Sa’îd al-Umawî[7] telah bercerita kepada kami (kepada at-Tirmidzî), dia (Sa’îd bin Yahyâ bin Sa’îd al-Umawî) berkata: “Ayahku[8] telah bercerita kepada kami (kepada Sa’îd bin Yahyâ bin Sa’îd al-Umawî), dia[9] berkata: “Inilah riwayat yang kami ajukan kepada Hisyâm bin ‘Urwah[10] dari ayahnya[11], dari ‘Âisyah[12], dia (‘Âisyah) berkata: “Turunnya Ayat (Surat ‘Abasa, Ayat: 1):
عَبَسَ وَتَوَلَّى (١)..............
1. Dia (Nabi Muhammad SAW.) bermuka masam dan berpaling……………….”.

“(‘Âisyah melanjutkan perkataannya): “Tentang ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm[13] yang buta, dia (‘Abdullâh bin Ummi Maktûm) menemui Rasûlullâh SAW. lalu berkata: “Wahai Rasûlullâh SAW; bimbinglah aku (bimbinglah saya yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm)”. Padahal di dekat Rasûlullâh SAW. ada seorang pembesar (kaum Musyrikîn). Rasûlullâh SAW. berpaling darinya (dari ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm), dan menghadap ke yang lain dan beliau SAW. berkata: “Engkau (‘Abdullâh bin Ummi Maktûm) mengetahui (bahwa) yang aku (Nabi SAW.) katakan ini buruk[14]?”. Lalu ia (‘Abdullâh bin Ummi Maktûm) mengatakan: “Tidak”. Tentang inilah[15] diturunkan (Surat ‘Abasa, Ayat: 1-10):
عَبَسَ وَتَوَلَّى (١). أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى (٢). وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّى (٣). أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَى (٤). أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَى (٥). فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّى (٦). وَمَا عَلَيْكَ أَلا يَزَّكَّى (٧). وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَى (٨). وَهُوَ يَخْشَى (٩). فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّى (١٠).
1. Dia (Nabi Muhammad SAW.) bermuka masam dan berpaling; 2. Karena telah datang seorang buta kepadanya. 3. Tahukah kamu (wahai Nabi Muhammad SAW.) barangkali ia (‘Abdullâh bin Ummi Maktûm) ingin membersihkan dirinya (dari dosa); 4. Atau Dia (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberi manfaat kepadanya?. 5. Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup; 6. Maka kamu (Nabi Muhammad SAW.) malah melayaninya. 7. Padahal tidak ada (celaan) atasmu (atas Nabi Muhammad SAW.) kalau Dia tidak membersihkan diri (beriman). 8. Dan Adapun orang (yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm) yang datang kepadamu (kepada Nabi Muhammad SAW.) dengan bersegera (untuk mendapatkan pengajaran); 9. Sedangkan ia (‘Abdullâh bin Ummi Maktûm) takut kepada (Allah); 10. Maka kamu (Nabi Muhammad SAW.) malah mengabaikannya (mengabaikan ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm)”.

“Kata al-Hâfizh at-Tirmidzî: “Hadis ini hasan gharîb[16], dan sebagian mereka (para perawi hadis yang lain) meriwayatkan Hadis ini (sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Hâfizh at-Tirmidzî) dari Hisyâm bin ‘Urwah dari ayahnya (yaitu: ‘Urwah bin az-Zubair), dia (‘Urwah bin az-Zubair) berkata (mengenai Firman Allah SWT. Surat ‘Abasa, Ayat: 1):
عَبَسَ وَتَوَلَّى (١)..............
1. Dia (Nabi Muhammad SAW.) bermuka masam dan berpaling……………….”.

“(’Urwah bin az-Zubair melanjutkan perkataannya): “Diturunkan mengenai ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm, dan dia (’Urwah bin az-Zubair) tidak menyebut di dalamnya (di dalam hadis yang ‘Urwah bin az-Zubair riwayatkan, ia tidak meriwayatkan dari) ‘Âisyah”.

KETERANGAN (dari para Muhadditsîn[17]):
Al-Hâfizh[18] Ibnu Hibbân[19] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Mawârid Zham-an Zawâid Ibn Hibbânnya (hlm. 438). Imâm Ibnu Jarîr[20] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Jâmi’ al-Bayân fî Ta-wîl al-Qurânnya (30/50). Al-Hâfizh al-Hâkim juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhaynnya (2/514), dan kata al-Hâfizh al-Hâkim: “Hadis yang ia (al-Hâkim) riwayatkan berkualitas shahîh menurut persyaratan shahîh Bukhârî dan Muslim, akan tetapi keduanya (Bukhârî dan Muslim) tidak meriwayatkan Hadis yang al-Hâkim riwayatkan”. Imâm Mâlik[21] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Muwaththanya (No. Hadis: 426). Al-Hâfizh[22] Jalâluddîn as-Suyûthî[23] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûlnya (Juz. 30, 80/’Abasa), dengan menisbahkan kepada al-Hâfizh at-Tirmidzî dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/209); serta menisbahkan kepada al-Hâfizh al-Hâkim dalam al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhaynnya (2/514).
Hadis di atas di-mursal-kan oleh Jamâ’ah[24] dari Hisyâm bin ‘Urwah. Dan kata al-Hâfizh adz-Dzahabî[25]: “Inilah[26] yang tepat”.


PENJELASAN (dari al-Hâfizh al-‘Irâqî[27]):
Kata al-Hâfizh al-‘Irâqî dalam Takhrîj Ahâdîts Ihyâ’ Ulûm ad-Dînnya (4/244): “Rawi-rawinya (para perawi hadis riwayat at-Tirmidzî di atas) shahîh”.




Hadis di atas dikuatkan ke-râjih-annya dengan riwayat Imâm asy-Syaukânî[28] dalam Fath al-Qadîrnya (5/386)[29]:
أَخْرَجَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ, عَبْدُ بْنُ حُمَيْدِ, وَ أَبُوْ يَعْلَى: أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ، عَنْ قَتَادَةَ, عَنْ أَنَسٍ فِيْ قَوْلِهِ: {عَبَسَ وَتَوَلَّى (١).......}, قَالَ: جَاءَ ابْنُ أُمِّ مَكْتُوْمٍ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ يُكَلِّمُ أُبَيِّ بْنِ خَلَفٍ، فَأَعْرَضَ عَنْهُ. فَأَنْزَلَ اللهُ: {عَبَسَ وَتَوَلَّى (١). أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى (٢)......}. قَالَ: فَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدَ ذَالِكَ يُكْرِمُهُ.
“Dikeluarkan oleh ‘Abdurrazzâq[30], ‘Abd bin Humaid[31], dan Abû Ya’lâ[32]: “Ma’mar[33] telah mengabarkan kepada kami (‘Abdurrazzâq) dari Qatâdah[34], dari Anas bin Mâlik[35] mengenai Firman Allah SWT. (Surat ‘Abasa, Ayat: 1):
عَبَسَ وَتَوَلَّى (١)..............
1. Dia (Nabi Muhammad SAW.) bermuka masam dan berpaling……………….”.

“Dia (Anas bin Mâlik) berkata: “‘Abdullâh bin Ummi Maktûm[36] datang menemui Nabi SAW. yang sedang berbicara dengan Ubay bin Khalaf, lalu dia (Nabi SAW.) berpaling darinya (dari ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm). Maka Allah SWT. menurunkan (Surat ‘Abasa, Ayat: 1-2):
عَبَسَ وَتَوَلَّى (١). أَنْ جَاءَهُ الأعْمَى (٢).............
1. Dia (Nabi Muhammad SAW.) bermuka masam dan berpaling; 2. Karena telah datang seorang buta kepadanya…………………..”.

KETERANGAN:
Al-Hâfizh[37] Ibnu Katsîr[38] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîmnya (4/470), dengan menisbahkan kepada Abû Ya’lâ al-Mûshilî dalam Musnad Abî Ya’lâ al-Mûshilînya. Al-Hâfizh Jalâluddîn as-Suyûthî[39] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûlnya (Juz. 30, 80/’Abasa), dengan menisbahkan kepada Abû Ya’lâ al-Mûshilî dalam Musnad Abî Ya’lâ al-Mûshilînya.


PENJELASAN (dari al-Hâfizh Ibnu Katsîr[40]):
Al-Hâfizh Ibnu Katsîr berkata dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîmnya (4/470): “Para perawi Hadis di atas (yang dikeluarkan oleh Imâm asy-Syaukânî) adalah rawi Shahîh”.


PENJELASAN (kedudukan kedua hadis di atas):
Atsar[41] ‘Âisyah dan Anas bin Mâlik di atas digolongkan Mawqûf li hukmi Marfu’, maksudnya: hadis Mawqûf[42] yang dihukumi Marfu’[43]. Karena para Muhadditsîn[44] telah bersepakat bahwa: “Ada beberapa macam Mawqûf yang dihukumi Marfu’, dan salah satunya yaitu: penafsiran para Sahabat yang berkaitan dengan sebab turunnya (asbâb an-nuzûl) suatu Ayat”.
Sebagaimana penjelasan para Muhadditsîn tersebut, maka Atsar ‘Âisyah dan Anas bin Mâlik di atas tergolong hadis Mawqûf yang dihukumi Marfu’ oleh para Muhadditsîn, sehingga (hadis ‘Âisyah dan Anas bin Mâlik di atas) dapat dijadikan sebagai hujjah (pedoman/landasan) dalam hukum Syara’ (Islam).


KESIMPULAN
Kedua Hadis di atas saling menguatkan antara hadis yang pertama dengan hadis yang kedua, sehingga kokoh dan kuatlah kedua hadis di atas. Dan dapat dijadikan hujjah (pedoman/landasan) dalam Syara’ (Islam).



BIBLIOGRAFI

Al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî (at-Tirmidzî/al-Imâm al-Hâfizh Abû ‘Îsâ Muhammad
bin ‘Îsâ bin Saurah at-Tirmidzî).
Al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhayn (al-Hâfizh al-Hâkim/al-Hâfizh Abî ‘Abdullâh al-Hâkim
an-Naisâbûrî).
Al-Muwaththa’ (Imâm Mâlik bin Anas/Imâm al-Â-immah wa ‘Âlim al-Madînah Mâlik bin
Anas bin Mâlik bin Abî ‘Âmir).
Fath al-Qadîr (al-Imâm asy-syaukânî/Muhammad bin ‘Alî bin Muhammad bin ‘Abdullâh
asy-Syaukânî).
Jâmi’ al-Bayân fî Ta-wîl al-Qurân (Imâm Ibnu Jarîr/al-Imâm al-‘Âlim Muhammad bin Jarîr
bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî Abû Ja’far ath-Thabarî).
Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûl (al-Hâfizh as-Suyûthî/al-Imâm al-Hâfizh ‘Abdurrahmân
bin Abî Bakr Jalâluddîn as-Suyûthî).
Mawârid Zham-an Zawâid Ibn Hibbân (al-Hâfizh Ibnu Hibbân/al-Imâm al-Hâfizh
Muhammad bin Hibbân bin Ahmad bin Hibbân bin Mu’âdz bin Ma’bad at-Tamîmî
Abû Hâtim).
Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm (al-Hâfizh Ibnu Katsîr/Abû al-Fidâ’ Ismâ’îl bin ‘Amr bin Katsîr
al-Qurasyî ad-Dimasyqî).
Takhrîj Ahâdîts Ihyâ’ Ulûm ad-Dîn (al-Hâfizh al-‘Irâqî/al-Hâfizh al-Mutqan Abû al-Fadhl
Zainuddîn ‘Abdurrahîm bin al-Husain bin ‘Abdurrahmân bin Abî Bakr bin Ibrâhîm
al-Kardî ar-Râzanânî al-Ashl al-Mihrânî al-‘Irâqî).














[1] Namanya yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm. Kata al-Hâfizh at-Tirmidzî dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/91): “Ada yang berpendapat nama sebenarnya yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm, ‘Abdullâh bin Zâ-idah adalah nama ayahnya dan Ummi Maktûm adalah nama ibunya. Ada pendapat yang lain, nama sebenarnya yaitu: ‘Amrû bin Ummi Maktûm”. Dan kata ar-Râzî dalam Mafâtîh al-Ghaybnya (16/352): “Nama ayahnya Ibnu Ummi Maktûm yaitu: “’Abdullâh bin Syuraih bin Mâlik bin Rabî’ah al-Fahrî”. Serta kata Ahmad Mushthafâ al-Marâghî dalam Tafsîr al-Marâghînya (2/427): “Nama Ibunya Ibnu Ummi Maktûm yaitu: “’Âtikah binti ‘Âmir bin Makhzûm”.

[2] Kata “Dia” yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm.

[3] Maksudnya: Para Tokoh Kâfir Quraisy (Musyrikîn) yang sedang dihadapi oleh Nabi SAW; yang diharapkan Nabi SAW. mereka dapat masuk Islam. Dan kata ar-Râzî dalam Mafâtîh al-Ghaybnya (16/352): “Para Tokoh Kâfir Quraisy mereka adalah: ‘Utbah bin Rabî’ah, Syaibah bin Rabî’ah, Abû Jahal bin Hisyâm, ‘Abbâs bin ‘Abdul Muthallib, Umayyah bin Khalaf dan Wâlid bin al-Mughîrah”.

[4] Ibid.

[5] Al-Hâfizh adalah: Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan hadis, dan dapat men-ta’dîl-kan dan men-jarh-kan para perawi hadis, serta seorang Hâfizh itu harus mempunyai kapasitas menghafal 100.000 hadis. Contoh para Huffâzh: Zainuddîn ‘Abdurrahîm al-‘Irâqî, Syarafuddîn ad-Dimyathî, Ibnu Hajar al-‘Asqalanî, al-Mizzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Hibbân, adz-Dzahabî, al-Bayhaqî, al-Haitsamî, Ibnu ‘Adî, Ibnu ‘Abdul Bâr, Ibnu Katsîr, Jalâluddîn as-Suyûthî, dan sebagainya.

[6] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Îsâ bin Saurah bin Mûsâ bin adh-Dhahâk. Ia (at-Tirmidzî) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ junior. Dan ia (at-Tirmidzî) juga merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (at-Tirmidzî) juga seorang pakar hadîts (hadis) dan fiqh (fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: as-Sulamî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Îsâ. Laqab (gelar/titel) nya: at-Tirmidzî. Ia (at-Tirmidzî) lahir di Turmudzî pada tahun 209 atau 210 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Turmudzî. Ia (at-Tirmidzî) wafat pada tahun 279 Hijriyah di daerah Bugh, yaitu suatu daerah yang dekat dengan daerah Turmudzî.

[7] Nama lengkapnya yaitu: Sa’îd bin Yahyâ bin Sa’îd bin Abân bin Sa’îd bin al-‘Âsh. Ia (Abû ‘Utsmân) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ senior. Ia (Abû ‘Utsmân) adalah seorang yang tsiqqah (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Umawî al-Qurasyî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Utsmân. Tempat tinggalnya di Baghdâd. Ia (Abû ‘Utsmân) wafat di Baghdâd pada tahun 249 Hijriyah.

[8] Namanya yaitu: Yahyâ bin Sa’îd bin Abân bin Sa’îd bin al-‘Âsh bin Umayyah. Ia (Abû Ayyûb) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în junior. Ia (Abû Ayyûb) adalah seorang yang tsiqqah (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Umawî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Ayyûb. Tempat tinggalnya di Kûfah. Ia (Abû Ayyûb) wafat di Baghdâd pada tahun 194 Hijriyah.

[9] Ibid.

[10] Nama lengkapnya yaitu: Hisyâm bin ‘Urwah bin az-Zubair bin al-‘Awwâm. Ia (Hisyâm bin ‘Urwah) merupakan seorang Tâbi’în junior. Ia (Hisyâm bin ‘Urwah) adalah seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang kokoh/kuat). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Asadî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Mundzir. Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (Hisyâm bin ‘Urwah) wafat di Baghdâd pada tahun 145 Hijriyah.

[11] Namanya yaitu: ‘Urwah bin az-Zubair bin al-‘Awwâm bin Khuwailid bin Asad bin ‘Abdul ‘Izzî bin Qushay. Ia (‘Urwah bin az-Zubair) merupakan seorang Tâbi’în pertengahan. Ia (‘Urwah bin az-Zubair) adalah seorang yang tsiqqah (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Asadî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Abdullâh. Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (‘Urwah bin az-Zubair) wafat pada tahun 93 Hijriyah.

[12] Nama lengkapnya yaitu: ‘Âisyah binti Abû Bakar ash-Shiddîq. Semua Sahabat Nabi SAW. tsiqqah dan ‘âdl. Ia (‘Âisyah) merupakan salah satu isteri Nabi SAW; serta ia (‘Âisyah) telah meriwayatkan 2.210 Hadîts. Nasab (keturunan) nya yaitu: at-Taymiyyah. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Ummu ‘Abdullâh. Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (‘Âisyah) wafat di Madînah pada tahun 58 Hijriyah.

[13] Namanya yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm. Kata al-Hâfizh at-Tirmidzî dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/91): “Ada yang berpendapat nama sebenarnya yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm, ‘Abdullâh bin Zâ-idah adalah nama ayahnya dan Ummi Maktûm adalah nama ibunya. Ada pendapat yang lain, nama sebenarnya yaitu: ‘Amrû bin Ummi Maktûm”. Dan kata ar-Râzî dalam Mafâtîh al-Ghaybnya (16/352): “Nama ayahnya Ibnu Ummi Maktûm yaitu: “’Abdullâh bin Syuraih bin Mâlik bin Rabî’ah al-Fahrî”. Serta kata Ahmad Mushthafâ al-Marâghî dalam Tafsîr al-Marâghînya (2/427): “Nama Ibunya Ibnu Ummi Maktûm yaitu: “’Âtikah binti ‘Âmir bin Makhzûm”.

[14] Kata “Buruk” artinya: Sangat penting (krusial).

[15] Kata “Inilah” maksudnya yaitu: Tentang ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm-lah.

[16] Hasan Gharîb, maksudnya: Hadis riwayat at-Timidzî di atas berkualitas hasan, sedangkan sanad hadisnya gharîb, karena Yahyâ bin Sa’îd bin Abân bin Sa’îd bin al-‘Âsh bin Umayyah hanya meriwayatkan hadis dari Hisyâm bin ‘Urwah sendirian (tanpa ada jalur sanad lain yang juga meriwayatkan dari Hisyâm bin ‘Urwah). Dan Yahyâ bin Sa’îd bin Abân bin Sa’îd bin al-‘Âsh bin Umayyah juga sudah dikenal (masyhûr) meng-gharîb-kan hadis.

[17] Muhadditsîn yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh, hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan atara yang shahîh dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya. Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm Syâfi’î, Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.

[18] Al-Hâfizh adalah: Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan hadis, dan dapat men-ta’dîl-kan dan men-jarh-kan para perawi hadis, serta seorang Hâfizh itu harus mempunyai kapasitas menghafal 100.000 hadis. Contoh para Huffâzh: Zainuddîn ‘Abdurrahîm al-‘Irâqî, Syarafuddîn ad-Dimyathî, Ibnu Hajar al-‘Asqalanî, al-Mizzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Hibbân, adz-Dzahabî, al-Bayhaqî, al-Haitsamî, Ibnu ‘Adî, Ibnu ‘Abdul Bâr, Ibnu Katsîr, Jalâluddîn as-Suyûthî, dan sebagainya.

[19] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Hibbân bin Ahmad bin Hibbân bin Mu’âdz bin Ma’bad at-Tamîmî Abû Hâtim. Ia (Ibnu Hibbân) merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (Ibnu Hibbân) juga seorang pakar lughah (bahasa) hadîts (hadis) dan fiqh (fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: ad-Dârimî al-Bustî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Ibnu Hibbân. Ia (Ibnu Hibbân) wafat pada tahun 354 Hijriyah.

[20] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî Abû Ja’far ath-Thabarî. Ia (Ibnu Jarîr) merupakan seorang tsiqqah ‘âlim (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang ‘âlim). Ia (Ibnu Jarîr) juga seorang pakar tafsîr (tafsir) dan târîkh (sejarah). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Âmalî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: ath-Thabarî. Laqab (gelar/titel) nya: Abâ at-Tafsîr dan Abâ at-Târîkh. Ia (Ibnu Jarîr) lahir di Thabari Sittân pada tahun 224 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Baghdâd. Ia (Ibnu Jarîr) wafat di Baghdâd pada tahun 310 Hijriyah.

[21] Nama lengkapnya yaitu: Mâlik bin Anas bin Mâlik bin Abî ‘Âmir. Ia (Imâm Mâlik) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în senior. Dan ia (Imâm Mâlik) juga merupakan seorang tsiqqah al-Imâm (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm dan ‘Âlim al-Madînah). Ia (Imâm Mâlik) juga seorang pakar hadîts (hadis) dan fiqh (fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Ashbahî al-Madanî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya: Imâm Mâlik bin Anas. Ia (Imâm Mâlik) lahir di Madînah pada tahun 93 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (Imâm Mâlik) wafat di Madînah pada tahun 179 Hijriyah.

[22] Al-Hâfizh adalah: Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan hadis, dan dapat men-ta’dîl-kan dan men-jarh-kan para perawi hadis, serta seorang Hâfizh itu harus mempunyai kapasitas menghafal 100.000 hadis. Contoh para Huffâzh: Zainuddîn ‘Abdurrahîm al-‘Irâqî, Syarafuddîn ad-Dimyathî, Ibnu Hajar al-‘Asqalanî, al-Mizzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Hibbân, adz-Dzahabî, al-Bayhaqî, al-Haitsamî, Ibnu ‘Adî, Ibnu ‘Abdul Bâr, Ibnu Katsîr, Jalâluddîn as-Suyûthî, dan sebagainya.

[23] Nama lengkapnya yaitu: ‘Abdurrahmân bin Abî Bakr Jalâluddîn as-Suyûthî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Jalâluddîn as-Suyûthî. Ia (as-Suyûthî) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Serta ia (as-Suyûthî) juga seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts (hadis), Lughah (bahasa), adab (sastra), fiqh (fikih), târîkh (sejarah) dan sebagainya. Ia (as-Suyûthî) lahir di Qâhirah pada tahun 849 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Qâhirah. Ia (as-Suyûthî) wafat di Qâhirah pada tahun 911 Hijriyah.

[24] Yang dimaksud dengan “Jamâ’ah” mereka yaitu: At-Tirmidzî, an-Nasâ-î, Abû Dâwud, Ibnu Mâjah dan Imâm Ahmad bin Hanbal.

[25] Nama sebenarnya yaitu: Syamsuddîn Abû ‘Abdullâh Muhammad bin Ahmad bin ‘Utsmân bin Qâymâz  at-Tirkamânî al-Ashl al-Muqri’ adz-Dzahabî. Ia (adz-Dzahabî) merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (adz-Dzahabî) juga seorang pakar hadîts (hadis) dan târîkh (sejarah). Nasab (keturunan) nya yaitu: ad-Dimasyqî adz-Dzahabî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: adz-Dzahabî. Ia (adz-Dzahabî) lahir di Damsyiq (Damaskus) pada tahun 673 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Damsyiq (Damaskus). Ia (adz-Dzahabî) wafat di Damsyiq (Damaskus) pada tahun 748 Hijriyah.

[26] Kata “Inilah” maksunya yaitu: Pendapat Jamâ’ah yang memursalkan riwayat at-Tirmidzî di atas dari Hisyâm bin ‘Urwah adalah pendapat yang tepat yang disetujui oleh al-Hâfizh adz-Dzahabî.

[27] Nama lengkapnya yaitu: Abû al-Fadhl Zainuddîn ‘Abdurrahîm bin al-Husain bin ‘Abdurrahmân bin Abî Bakr bin Ibrâhîm al-Kardî ar-Râzanânî al-Ashl al-Mihrânî al-‘Irâqî. Ia (al-‘Irâqî) merupakan seorang tsiqqah al-Hâfizh al-Mutqan (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh yang kokoh/kuat). Ia (al-‘Irâqî) juga seorang pakar hadîts (hadis) fiqh (fikih) dan ushul fiqh (ushul fikih). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Mishrî asy-Syâfi’î. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: al-‘Irâqî. Ia (al-‘Irâqî) lahir di Mishrâ (Mesir) pada tahun 725 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Qâhirah (Mesir). Ia (al-‘Irâqî) wafat di Qâhirah (Mesir) pada tahun 806 Hijriyah.

[28] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin ‘Alî bin Muhammad bin ‘Abdullâh asy-Syaukânî. Ia (asy-Syaukânî) merupakan seorang tsiqqah al-Imâm (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm). Ia (asy-Syaukânî) juga seorang pakar hadîts (hadis) dan tafsîr (tafsir). Nasab (keturunan) nya yaitu: asy-Syaukânî al-Yamanî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: asy-Syaukânî. Ia (asy-Syaukânî) lahir di daerah Syaukân (Yaman) pada tahun 1173 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Shan’â’ (Yaman). Ia (asy-Syaukânî) wafat di Shan’â’ (Yaman) pada tahun 1250 Hijriyah.

[29] Yang saya (Jati Sarwo Edi) cantumkan ini adalah Matan al-Mushannaf ‘Abdurrazzâq ash-Shan’ânî.

[30] Nama lengkapnya yaitu: ‘Abdurrazzâq bin Hammâm bin Nâfi’. Ia (‘Abdurrazzâq) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în junior. Ia (‘Abdurrazzâq) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Humayrî ash-Shan’ânî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Bakr. Tempat tinggalnya di Yaman. Ia (‘Abdurrazzâq) wafat di Yaman pada tahun 211 Hijriyah.

[31] Nama sebenarnya yaitu: ‘Abd al-Humaid bin Humaid bin Nashr. Ia (‘Abd bin Humaid) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ pertengahan. Ia (‘Abd bin Humaid) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Kasyî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhammad. Laqab (gelar/titel) nya yaitu: ‘Abd. Tempat tinggalnya di Hamsh. Ia (‘Abd bin Humaid) wafat di Karbalâ pada tahun 249 Hijriyah.

[32] Nama sebenarnya yaitu: Ahmad bin ‘Alî. Ia (al-Mûshilî) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Mutsannâ al-Mûshilî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Ya’lâ.

[33] Nama lengkapnya yaitu: Ma’mar bin Râsyid. Ia (Ma’mar) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în senior. Ia (Ma’mar) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Azdî al-Bashrî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Urwah. Tempat tinggalnya di Yaman. Ia (Ma’mar) wafat di Yaman pada tahun 154 Hijriyah.

[34] Nama lengkapnya yaitu: Qatâdah bin Da’âmah bin Qatâdah. Ia (Qatâdah) hidup semasa (bersama) Tâbi’în pertengahan. Ia (Qatâdah) adalah seorang tsiqqah tsabat al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh yang kokoh/kuat). Nasab (keturunan) nya yaitu: as-Sudûsî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Khaththâb. Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Qatâdah) wafat di Hait pada tahun 117 Hijriyah.

[35] Nama lengkapnya yaitu: Anas bin Mâlik bin Nadhar bin Dhamdham bin Zaid bin Harâm. Semua Sahabat Nabi SAW. tsiqqah dan ‘âdl. Ia (Anas bin Mâlik) merupakan salah satu pakar hadîts (hadis); serta ia (Anas bin Mâlik) telah meriwayatkan 2.286 Hadîts. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Anshârî al-Madanî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Hamzah. Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Anas bin Mâlik) wafat di Bashrah pada tahun 91 Hijriyah.

[36] Namanya yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm. Kata al-Hâfizh at-Tirmidzî dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/91): “Ada yang berpendapat nama sebenarnya yaitu: ‘Abdullâh bin Ummi Maktûm, ‘Abdullâh bin Zâ-idah adalah nama ayahnya dan Ummi Maktûm adalah nama ibunya. Ada pendapat yang lain, nama sebenarnya yaitu: ‘Amrû bin Ummi Maktûm”. Dan kata ar-Râzî dalam Mafâtîh al-Ghaybnya (16/352): “Nama ayahnya Ibnu Ummi Maktûm yaitu: “’Abdullâh bin Syuraih bin Mâlik bin Rabî’ah al-Fahrî”. Serta kata Ahmad Mushthafâ al-Marâghî dalam Tafsîr al-Marâghînya (2/427): “Nama Ibunya Ibnu Ummi Maktûm yaitu: “’Âtikah binti ‘Âmir bin Makhzûm”.

[37] Al-Hâfizh adalah: Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan hadis, dan dapat men-ta’dîl-kan dan men-jarh-kan para perawi hadis, serta seorang Hâfizh itu harus mempunyai kapasitas menghafal 100.000 hadis. Contoh para Huffâzh: Zainuddîn ‘Abdurrahîm al-‘Irâqî, Syarafuddîn ad-Dimyathî, Ibnu Hajar al-‘Asqalanî, al-Mizzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Hibbân, adz-Dzahabî, al-Bayhaqî, al-Haitsamî, Ibnu ‘Adî, Ibnu ‘Abdul Bâr, Ibnu Katsîr, Jalâluddîn as-Suyûthî, dan sebagainya.

[38] Nama lengkapnya yaitu: Abû al-Fidâ’ Ismâ’îl bin ‘Amr bin Katsîr. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Qurasyî ad-Dimasyqî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Ibnu Katsîr. Ia (Ibnu Katsîr) adalah seorang tsiqqah mutqan al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh yang kokoh/kuat). Ia (Ibnu Katsîr) juga seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts (hadis) dan târîkh (sejarah). Ia (Ibnu Katsîr) lahir di Bashrah pada tahun 700 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Ibnu Katsîr) wafat di Bashrah pada tahun 774 Hijriyah, dan dikubur di Damsyiq (Damaskus).

[39] Nama lengkapnya yaitu: ‘Abdurrahmân bin Abî Bakr Jalâluddîn as-Suyûthî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Jalâluddîn as-Suyûthî. Ia (as-Suyûthî) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Serta ia (as-Suyûthî) juga seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts (hadis), Lughah (bahasa), adab (sastra), fiqh (fikih), târîkh (sejarah) dan sebagainya. Ia (as-Suyûthî) lahir di Qâhirah pada tahun 849 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Qâhirah. Ia (as-Suyûthî) wafat di Qâhirah pada tahun 911 Hijriyah.

[40] Nama lengkapnya yaitu: Abû al-Fidâ’ Ismâ’îl bin ‘Amr bin Katsîr. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Qurasyî ad-Dimasyqî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Ibnu Katsîr. Ia (Ibnu Katsîr) adalah seorang tsiqqah mutqan al-Hâfizh (kredibel ke-âdil-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh yang kokoh/kuat). Ia (Ibnu Katsîr) juga seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts (hadis) dan târîkh (sejarah). Ia (Ibnu Katsîr) lahir di Bashrah pada tahun 700 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Ibnu Katsîr) wafat di Bashrah pada tahun 774 Hijriyah, dan dikubur di Damsyiq (Damaskus).

[41] Atsar adalah: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat dan Tâbi’în, baik berupa perkataan dan perbuatan.

[42] Hadis Mawqûf yaitu: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan dan persetujuan; baik bersambung sanadnya ataupun terputus sanadnya.

[43] Marfu’ maksudnya: Terangkatnya derajat hadis hingga ke Nabi SAW.

[44] Muhadditsîn yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh, hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan atara yang shahîh dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya. Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm Syâfi’î, Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar