Rahasia Membentuk Keimanan
(Penulis: Jati Sarwo Edi)
A.
Pendahuluan
Saya
menemukan formula ini ketika saya duduk di bangku SMA melalui berbagai pengkajian,
perenungan dan pergumulan pemikiran, kemudian saya praktekkan dan dengan izin
Allah SWT. alhamdulillâh berhasil. Yang dapat mengetahui apakah kita
berhasil (mempraktekkan) ataukah tidak, hanyalah Allah dan diri kita sendiri.
Menurut
saya: “Iman itu bagaikan benteng dan Tauhid itu bagaikan pondasi
(pilar/tiang), apabila pondasinya runtuh (roboh) tentu bentengnya akan
mudah runtuh dan mudah pula untuk dirobohkan. Oleh karena itu perkuatlah
pondasinya (Tauhid), agar kokoh pula bentengnya (Iman)”.
B.
Rahasia dalam membentuk keimanan
1. Membentuk dan memperkokoh Tauhid.
Caranya:
1) Mengkaji,
memahami dan mempraktekkan apa yang ada di dalam al-Quran mengenai tauhidullâh.
2) Mengkaji,
memahami dan mempraktekkan apa yang ada di dalam Hadis Nabi SAW. mengenai tauhidullâh;
tentu Hadis Nabi yang Mutawâtir dan yang Shahîh. Sumber-sumber
Hadis Mutawâtir terdapat dalam:
a) Al-Azhâr
al-Mutanâtsirah fî al-Akhbâr al-Mutawâtirah, karya
Imam Jalaluddîn as-Suyuthî.
b) Qathf
al-Azhâr, karya Imam Jalaluddîn as-Suyuthî,
yang merupakan resume buku di atas.
c) Nazhm
al-Mutanâtsir min al-Hadîts al-Mutawâtir, karya
Muhammad bin Ja’far al-Kattanî.
d) Al-La’âlî
al-Mutanâtsirah fî al-Ahâdîts al-Mutawâtirah,
karya Muhammad bin Thulun ad-Dimasyqî.
Adapun sumber-sumber Hadis Shahîh terdapat dalam:
a)
Al-Jâmi’
ash-Shahîh li al-Bukhârî, karya Imâm
Bukhârî.
b)
Al-Jâmi’
ash-Shahîh li Muslim, karya Imâm
Muslim.
c) Shahîh
Ibn Khuzaymah, karya Ibnu
Khuzaymah. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh.
d) Al-Musnad
ash-Shahîh ‘alâ at-Taqâsim wa al-Anwâ’,
karya Ibnu Hibbân. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya
benar-benar shahîh.
e) Al-Mustadrak
‘alâ ash-Shahîhayn, karya
al-Hâkim. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh.
f) Shahîh
Ibn as-Sakan, karya Ibnu
as-Sakan. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh.
g) Shahîh
al-Albânî, karya Nâshiruddîn al-Albânî. Anda
harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh; dan
lain-lain.
2. Menjalankan segala perintah Allah, dan menjauhi serta tidak
melanggar segala larangan-Nya.
Dalam
hal ini harus berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah al-Maqbûlah (baik
sunnah yang shahîh maupun yang hasan). Adapun sumber-sumber Hadis
Shahîh dan Hasan terdapat dalam:
a) Shahîh
Ibn Khuzaymah, karya Ibnu
Khuzaymah. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh
ataupun hasan.
b) Al-Musnad
ash-Shahîh ‘alâ at-Taqâsim wa al-Anwâ’,
karya Ibnu Hibbân. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya
benar-benar shahîh ataupun hasan.
c) Al-Mustadrak
‘alâ ash-Shahîhayn, karya
al-Hâkim. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh
ataupun hasan.
d) Shahîh
Ibn as-Sakan, karya Ibnu
as-Sakan. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh
ataupun hasan.
e) Shahîh
al-Albânî, karya Nâshiruddîn al-Albânî. Anda
harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun
hasan.
f) Al-Jâmi’
ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî, karya
Imâm at-Tirmidzî. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya
benar-benar shahîh ataupun hasan.
g) Sunan
Abî Dâwûd, karya Imâm Abû Dâwûd. Anda harus
melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
h) Sunan
an-Nasâ-î al-Kubrâ, karya Imâm an-Nasâ-î.
Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh
ataupun hasan.
i) Sunan
Ibn Mâjah, karya Imâm Ibnu Mâjah. Anda harus
melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
j) Al-Muwaththa’, karya Imâm Malik bin Anas. Anda harus melakukan penelitian apakah
hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan; dan lain-lain.
3. Memperbanyak membaca dan mengkaji sejarah Nabi SAW. para Sahabatnya
dan para Salaf ash-shâlih, kemudian mencontoh keluhuran budi pekerti
mereka.
Dalam
hal ini kita meneladani Nabi SAW sebagai uswah yang utama. Para Sahabat Nabi
SAW. yang patut kita teladani sangatlah banyak, di antaranya:
1) 10
Sahabat Nabi SAW. yang dijamin masuk surga yaitu: Abû Bakar ash-Shiddîq, ‘Umar
bin al-Khaththâb, ‘Utsmân bin ‘Affan, ‘Alî bin Abî Thâlib, Sa’d bin Abî
Waqqash, Sa’îd bin Zaid, Thalhah bin ‘Ubaidillâh, az-Zubair bin ‘Awwâm,
‘Abdurrahmân bin ‘Auf, Abû ‘Ubaidah Amir bin al-Jarrah.
2) Para
Sahabat Nabi SAW. yang lebih dahulu masuk Islam yaitu: dari kalangan laki-laki
dewasa yaitu Abû Bakar ash-Shiddîq, dari kaum wanita yaitu Khadijah (Umm
al-Mu’minîn), dari kalangan anak-anak yang masih kecil yaitu ‘Alî bin Abî
Thâlib, dari kalangan budak yang telah dimerdekakan yaitu Zaid bin Haritsah,
dan dari kalangan budak yaitu Bilâl bin Rabah.
3) Para
Sahabat Nabi SAW. yang paling banyak meriwayatkan hadis yaitu: Abû Hurairah
(meriwayatkan 5.374 hadis), ‘Abdullâh bin ‘Umar (meriwayatkan 2.630 hadis),
Anas bin Malik (meriwayatkan 2.286 hadis), ‘Âisyah Umm al-Mu’minîn
(meriwayatkan 2.210 hadis), ‘Abdullâh bin ‘Abbâs (meriwayatkan 1.660 hadis),
dan Jâbir bin ‘Abdullâh (meriwayatkan 1.540 hadis).
4) Para
Sahabat Nabi SAW. yang paling banyak memberikan fatwa yaitu: ‘Abdullâh bin
‘Abbâs.
5) Enam
orang Sahabat senior yaitu: ‘Umar bin al-Khaththâb, ‘Alî bin Abî Thâlib, ‘Abdullâh
bin Mas’ûd, Ubay bin Ka’b, Zaid bin Tsâbit dan Abû ad-Darda’.
6) Para
Sahabat Nabi SAW. yang ahli dalam bidang Tafsîr yaitu: ‘Abdullâh bin
‘Abbâs dan ‘Abdullâh bin Mas’ûd.
7) Para
Sahabat Nabi SAW. yang ahli dalam bidang Farâidh (pembagian harta
warisan) yaitu: Zaid bin Tsâbit.
8) Para
Sahabat Nabi SAW. yang terjun dalam politik praktis yaitu: Abû Bakar
ash-Shiddîq, ‘Umar bin al-Khaththâb, ‘Utsmân bin ‘Affan, ‘Alî bin Abî Thâlib,
dan lain-lain.
9) Para
Sahabat Nabi SAW. yang aktif dalam kegiatan periwayatan hadis yaitu: Abû
Hurairah, ‘Âisyah Umm al-Mu’minîn, ‘Abdullâh bin ‘Umar, ‘Abdullâh bin
‘Abbâs, ‘Abdullâh bin Mas’ûd, Anas bin Mâlik, ‘Abdullâh bin Hârits, ‘Abdullâh
bin ‘Amr bin al-Âsh, ‘Abdullâh bin Sa’d, Abû Sa’îd al-Khudrî, Zaid bin Tsâbit, Mu’âdz
bin Jabal, Abû ad-Darda’, ‘Uqbah bin Amir Khârijah bin Hudzayfah, ‘Abdurrahmân
bin Samurah, Ma’qil bin Yasar, ‘Ubadah bin ash-Shâmit, Masrûq, ‘Utbah, ‘Imran
bin Husain, Abû Barzah, Abû Bakrah, dan lain-lain.
Adapun sumber-sumber mengenai sejarah Nabi SAW. para Sahabat dan
para Salaf ash-Shâlih terdapat dalam:
a)
Al-Ishâbah
fî Tamyîz ash-Shahâbah, karya
al-Hâfizh Ibnu Hajar al-Asqalanî.
b)
Usud
al-Ghâbah fî Ma’rifah ash-Shahâbah, karya
Ibnu al-Atsîr.
c)
Al-Istî’âb
fî Asmâ’ ash-Ashhâb, karya Ibnu
‘Abd al-Barr.
d)
Sîrah
Ibn Hisyâm, karya Ibnu Hisyâm.
e)
Ath-Thabaqât
al-Kubrâ, karya Ibnu Sa’d.
f)
Thabaqât
al-Qurrâ, karya Abû ‘Amr ad-Danî.
g)
Thabaqât
asy-Syâfi’îyah al-Kubrâ, karya ‘Abd
al-Wahhâb as-Subkî.
4. Istiqamah dalam melaksanakan ketiga hal di atas (ketiga hal
sebelumnya).
Menurut
saya hal terakhir inilah yang paling sulit. Di samping harus istiqamah, kita
juga harus bersabar, tabah dan tetap tenang mempraktekkan ketiga hal di atas.
Dan dengan izin Allah apapun dapat terwujud. Selamat mencoba!!
C.
Penutup
Demikianlah
rahasia membentuk keimanan telah saya utarakan secara panjang lebar dalam
pembahasan di atas. Tentu langkah-langkah yang harus ditempuh membutuhkan
perjuangan ekstra keras, sebagaimana dalam sebuah syair: “Iman adalah
mutiara, di dalam hati manusia, yang meyakini Allah, Maha Esa, Maha
Kuasa,.......................Walau apapun caranya juga, engkau mendaki gunung
yang tinggi, engkau berantas lautan api, namun tak dapat juga di
miliki......... Jika tidak kembali pada Allah.... Jika tidak kembali pada Allah”.
D.
Kesimpulan
Rahasia
dalam membentuk Keimanan itu ada empat langkah:
1. Membentuk
dan memperkokoh Tauhid.
2. Menjalankan
segala perintah Allah, dan menjauhi serta tidak melanggar segala larangan-Nya.
3. Memperbanyak
membaca dan mengkaji sejarah Nabi SAW; para Sahabatnya dan para Salaf
ash-Shâlih, kemudian mencontoh keluhuran budi pekerti mereka.
4. Istiqamah
dalam melaksanakan ketiga hal di atas (ketiga hal sebelumnya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar