Rabu, 02 November 2011

Rahasia Membentuk Keimanan

Rahasia Membentuk Keimanan
(Penulis: Jati Sarwo Edi)

A.  Pendahuluan
Saya menemukan formula ini ketika saya duduk di bangku SMA melalui berbagai pengkajian, perenungan dan pergumulan pemikiran, kemudian saya praktekkan dan dengan izin Allah SWT. alhamdulillâh berhasil. Yang dapat mengetahui apakah kita berhasil (mempraktekkan) ataukah tidak, hanyalah Allah dan diri kita sendiri.
Menurut saya: “Iman itu bagaikan benteng dan Tauhid itu bagaikan pondasi (pilar/tiang), apabila pondasinya runtuh (roboh) tentu bentengnya akan mudah runtuh dan mudah pula untuk dirobohkan. Oleh karena itu perkuatlah pondasinya (Tauhid), agar kokoh pula bentengnya (Iman)”.

 
B.  Rahasia dalam membentuk keimanan
1.     Membentuk dan memperkokoh Tauhid.
Caranya:
1) Mengkaji, memahami dan mempraktekkan apa yang ada di dalam al-Quran mengenai tauhidullâh.
2)    Mengkaji, memahami dan mempraktekkan apa yang ada di dalam Hadis Nabi SAW. mengenai tauhidullâh; tentu Hadis Nabi yang Mutawâtir dan yang Shahîh. Sumber-sumber Hadis Mutawâtir terdapat dalam:
a) Al-Azhâr al-Mutanâtsirah fî al-Akhbâr al-Mutawâtirah, karya Imam Jalaluddîn as-Suyuthî.
b) Qathf al-Azhâr, karya Imam Jalaluddîn as-Suyuthî, yang merupakan resume buku di atas.
c) Nazhm al-Mutanâtsir min al-Hadîts al-Mutawâtir, karya Muhammad bin Ja’far al-Kattanî.
d)  Al-La’âlî al-Mutanâtsirah fî al-Ahâdîts al-Mutawâtirah, karya Muhammad bin Thulun ad-Dimasyqî.

Adapun sumber-sumber Hadis Shahîh terdapat dalam:
a)    Al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârî, karya Imâm Bukhârî.
b)   Al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslim, karya Imâm Muslim.
c)  Shahîh Ibn Khuzaymah, karya Ibnu Khuzaymah. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh.
d)  Al-Musnad ash-Shahîh ‘alâ at-Taqâsim wa al-Anwâ’, karya Ibnu Hibbân. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh.
e) Al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhayn, karya al-Hâkim. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh.
f)  Shahîh Ibn as-Sakan, karya Ibnu as-Sakan. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh.
g)  Shahîh al-Albânî, karya Nâshiruddîn al-Albânî. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh; dan lain-lain.



2. Menjalankan segala perintah Allah, dan menjauhi serta tidak melanggar segala larangan-Nya.
Dalam hal ini harus berlandaskan al-Quran dan as-Sunnah al-Maqbûlah (baik sunnah yang shahîh maupun yang hasan). Adapun sumber-sumber Hadis Shahîh dan Hasan terdapat dalam:
a)   Shahîh Ibn Khuzaymah, karya Ibnu Khuzaymah. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
b)  Al-Musnad ash-Shahîh ‘alâ at-Taqâsim wa al-Anwâ’, karya Ibnu Hibbân. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
c)    Al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhayn, karya al-Hâkim. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
d)   Shahîh Ibn as-Sakan, karya Ibnu as-Sakan. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
e)  Shahîh al-Albânî, karya Nâshiruddîn al-Albânî. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
f)   Al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî, karya Imâm at-Tirmidzî. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
g)   Sunan Abî Dâwûd, karya Imâm Abû Dâwûd. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
h)    Sunan an-Nasâ-î al-Kubrâ, karya Imâm an-Nasâ-î. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
i)     Sunan Ibn Mâjah, karya Imâm Ibnu Mâjah. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan.
j)     Al-Muwaththa’, karya Imâm Malik bin Anas. Anda harus melakukan penelitian apakah hadis-hadisnya benar-benar shahîh ataupun hasan; dan lain-lain.



3.   Memperbanyak membaca dan mengkaji sejarah Nabi SAW. para Sahabatnya dan para Salaf ash-shâlih, kemudian mencontoh keluhuran budi pekerti mereka.
Dalam hal ini kita meneladani Nabi SAW sebagai uswah yang utama. Para Sahabat Nabi SAW. yang patut kita teladani sangatlah banyak, di antaranya:
1)   10 Sahabat Nabi SAW. yang dijamin masuk surga yaitu: Abû Bakar ash-Shiddîq, ‘Umar bin al-Khaththâb, ‘Utsmân bin ‘Affan, ‘Alî bin Abî Thâlib, Sa’d bin Abî Waqqash, Sa’îd bin Zaid, Thalhah bin ‘Ubaidillâh, az-Zubair bin ‘Awwâm, ‘Abdurrahmân bin ‘Auf, Abû ‘Ubaidah Amir bin al-Jarrah.
2)    Para Sahabat Nabi SAW. yang lebih dahulu masuk Islam yaitu: dari kalangan laki-laki dewasa yaitu Abû Bakar ash-Shiddîq, dari kaum wanita yaitu Khadijah (Umm al-Mu’minîn), dari kalangan anak-anak yang masih kecil yaitu ‘Alî bin Abî Thâlib, dari kalangan budak yang telah dimerdekakan yaitu Zaid bin Haritsah, dan dari kalangan budak yaitu Bilâl bin Rabah.
3)  Para Sahabat Nabi SAW. yang paling banyak meriwayatkan hadis yaitu: Abû Hurairah (meriwayatkan 5.374 hadis), ‘Abdullâh bin ‘Umar (meriwayatkan 2.630 hadis), Anas bin Malik (meriwayatkan 2.286 hadis), ‘Âisyah Umm al-Mu’minîn (meriwayatkan 2.210 hadis), ‘Abdullâh bin ‘Abbâs (meriwayatkan 1.660 hadis), dan Jâbir bin ‘Abdullâh (meriwayatkan 1.540 hadis).
4)     Para Sahabat Nabi SAW. yang paling banyak memberikan fatwa yaitu: ‘Abdullâh bin ‘Abbâs.
5)    Enam orang Sahabat senior yaitu: ‘Umar bin al-Khaththâb, ‘Alî bin Abî Thâlib, ‘Abdullâh bin Mas’ûd, Ubay bin Ka’b, Zaid bin Tsâbit dan Abû ad-Darda’.
6)  Para Sahabat Nabi SAW. yang ahli dalam bidang Tafsîr yaitu: ‘Abdullâh bin ‘Abbâs dan ‘Abdullâh bin Mas’ûd.
7)   Para Sahabat Nabi SAW. yang ahli dalam bidang Farâidh (pembagian harta warisan) yaitu: Zaid bin Tsâbit.
8)  Para Sahabat Nabi SAW. yang terjun dalam politik praktis yaitu: Abû Bakar ash-Shiddîq, ‘Umar bin al-Khaththâb, ‘Utsmân bin ‘Affan, ‘Alî bin Abî Thâlib, dan lain-lain.
9)  Para Sahabat Nabi SAW. yang aktif dalam kegiatan periwayatan hadis yaitu: Abû Hurairah, ‘Âisyah Umm al-Mu’minîn, ‘Abdullâh bin ‘Umar, ‘Abdullâh bin ‘Abbâs, ‘Abdullâh bin Mas’ûd, Anas bin Mâlik, ‘Abdullâh bin Hârits, ‘Abdullâh bin ‘Amr bin al-Âsh, ‘Abdullâh bin Sa’d, Abû Sa’îd al-Khudrî, Zaid bin Tsâbit, Mu’âdz bin Jabal, Abû ad-Darda’, ‘Uqbah bin Amir Khârijah bin Hudzayfah, ‘Abdurrahmân bin Samurah, Ma’qil bin Yasar, ‘Ubadah bin ash-Shâmit, Masrûq, ‘Utbah, ‘Imran bin Husain, Abû Barzah, Abû Bakrah, dan lain-lain.

Adapun sumber-sumber mengenai sejarah Nabi SAW. para Sahabat dan para Salaf ash-Shâlih terdapat dalam:
a)      Al-Ishâbah fî Tamyîz ash-Shahâbah, karya al-Hâfizh Ibnu Hajar al-Asqalanî.
b)      Usud al-Ghâbah fî Ma’rifah ash-Shahâbah, karya Ibnu al-Atsîr.
c)      Al-Istî’âb fî Asmâ’ ash-Ashhâb, karya Ibnu ‘Abd al-Barr.
d)     Sîrah Ibn Hisyâm, karya Ibnu Hisyâm.
e)      Ath-Thabaqât al-Kubrâ, karya Ibnu Sa’d.
f)       Thabaqât al-Qurrâ, karya Abû ‘Amr ad-Danî.
g)      Thabaqât asy-Syâfi’îyah al-Kubrâ, karya ‘Abd al-Wahhâb as-Subkî.


4.     Istiqamah dalam melaksanakan ketiga hal di atas (ketiga hal sebelumnya).
Menurut saya hal terakhir inilah yang paling sulit. Di samping harus istiqamah, kita juga harus bersabar, tabah dan tetap tenang mempraktekkan ketiga hal di atas. Dan dengan izin Allah apapun dapat terwujud. Selamat mencoba!!



C.  Penutup
Demikianlah rahasia membentuk keimanan telah saya utarakan secara panjang lebar dalam pembahasan di atas. Tentu langkah-langkah yang harus ditempuh membutuhkan perjuangan ekstra keras, sebagaimana dalam sebuah syair: “Iman adalah mutiara, di dalam hati manusia, yang meyakini Allah, Maha Esa, Maha Kuasa,.......................Walau apapun caranya juga, engkau mendaki gunung yang tinggi, engkau berantas lautan api, namun tak dapat juga di miliki......... Jika tidak kembali pada Allah.... Jika tidak kembali pada Allah”.



D.  Kesimpulan
Rahasia dalam membentuk Keimanan itu ada empat langkah:
1.   Membentuk dan memperkokoh Tauhid.
2.   Menjalankan segala perintah Allah, dan menjauhi serta tidak melanggar segala larangan-Nya.
3. Memperbanyak membaca dan mengkaji sejarah Nabi SAW; para Sahabatnya dan para Salaf ash-Shâlih, kemudian mencontoh keluhuran budi pekerti mereka.
4.  Istiqamah dalam melaksanakan ketiga hal di atas (ketiga hal sebelumnya).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar