Selasa, 21 September 2010

Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah(2), ayat: 267


Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah(2), ayat: 267

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (٢٦٧)
267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.




Imâm at-Tirmidzî meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/77):

“Telah bercerita kepada kami(at-Tirmidzî) ‘Abdullâh bin ‘Abdurrahmân, katanya (Abdullâh bin ‘Abdurrahmân): “ telah mengabarkan kepada kami(Abdullâh bin ‘Abdurrahmân) ‘Ubaidullâh bin Musa dari Israil dari as-Suddî dari Abi Malik(al-Ghifari/namanya: Ghazwan) dari al-Barra’ tentang ayat:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (٢٦٧)
267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

“Katanya(al-Barra’): “ayat ini turun tentang kami(kaum Anshar). Kami (kaum Anshar) adalah pemilik kebun kurma. Dan setiap orang membawa dari kurmanya sesuai kadar banyak dan sedikitnya. Ada yang membawa setandan atau dua tandan lalu menggantungkannya di Masjid. Sementara itu penghuni shuffah(pelataran Masjid/ta’mir Masjid) tidak memiliki makanan, lalu salah seorang dari mereka (Ta’mir Masjid) jika ada yang membawa setandan kurma dia(salah seorang dari Ta’mir Masjid) memukulnya dengan tongkatnya, maka berguguranlah busr(kurma yang belum matang) dan tamr(kurma matang) kemudian dia(salah seorang dari penghuni Ta’mir Masjid) memakannya. Ada juga mereka(kaum Anshar) yang termasuk dari kalangan orang-orang yang tidak menyukai kebaikan membawa setandan kurma jelek dan sangat buruk atau setandan kurma yang sudah rusak/patah, lalu menggantungnya. Maka Allah turunkan:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (٢٦٧)
267. Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu menafkahkan daripadanya, Padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.

“Kata beliau(al-Barra’) dalam at-Tuhfatu: “seandainya salah seorang dari kamu dihadiahkan sesuatu yang sama seperti yang dia berikan(orang yang memberikan kurma yang jelek) tentulah dia(salah seorang Ta’mir Masjid) tidak mau menerimanya kecuali dengan memicingkan mata atau malu. Katanya(orang yang memberikan kurma yang jelek): “kemudian sesudah itu salah seorang dari kami(yang membawa kurma yang jelek) mulai membawa yang baik yang ada padanya(yang ia miliki)”.




KETERANGAN:
Kata at-Tirmidzî: Hadis di atas berkualitas shahih hasan gharib. Ibnu Majah juga meriwayatkan dalam Sunan Abî Dâwudnya(1822). Ibnu Jarîr juga meriwayatkan dalam Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âninya(3/82). Ibnu Katsîr juga menisbakan dalam Tafsîr al-Qur’ân al-‘Adzîmnya(1/320) kepada Ibnu Abî Hâtim dan al-Hâkim(2/285) dan kata beliau(Ibnu Katsîr): “shahih menurut syarat Muslim”, dan disetujui oleh adz-Dzahabî dalam Mîzan al-I’tidalnya.








BIBLIOGRAFI

Al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî(at-Tirmidzî/al-Imâm al-Hâfidz Abî ‘Îsâ Muhammad bin ‘Îsâ bin
       Saurah at-Tirmidzî).

Al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahîhain(al-Hâkim/Muhammad bin ‘Abdullah Abu ‘Abdullah al-Hâkim
       an-Naisâbûrî ).

Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âni(Ibnu Jarîr/Abu Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin
       Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).

Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli(as-Suyûthî/Imâm Jalâludin ash-Suyûthî).

Mîzan al-I’tidal(adz-Dzahabî).

Sunan Abî Dâwud(Abû Dâwud/al-Imâm al-Hâfidz al-Mushannif al-Mutqan Abî Dâwud Sulaimân Ibnu
       al-‘Asy’ats as-Sijistânî al-Azadî).

Tafsîr al-Qur’ân al-‘adhîm(Ibnu Katsîr/Abû al-Fidâ-i Isma’îlu bin ‘Amr bin Katsîr al-Qurasyî ad-Dimasyqî).

Tafsîr Ibnu Abî Hâtim(Ibnu Abî Hâtim).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar