Sabtu, 11 September 2010

Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah(2), ayat: 231


Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah(2), ayat: 231

وَإِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَبَلَغْنَ أَجَلَهُنَّ فَأَمْسِكُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ أَوْ سَرِّحُوهُنَّ بِمَعْرُوفٍ وَلا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِتَعْتَدُوا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ وَلا تَتَّخِذُوا آيَاتِ اللَّهِ هُزُوًا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَمَا أَنْزَلَ عَلَيْكُمْ مِنَ الْكِتَابِ وَالْحِكْمَةِ يَعِظُكُمْ بِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ (٢٣١)
231. “Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu mereka mendekati akhir iddahnya, maka rujukilah mereka dengan cara yang ma'ruf, atau ceraikanlah mereka dengan cara yang ma'ruf (pula). Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka. Barangsiapa berbuat demikian, maka sungguh ia telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. Janganlah kamu jadikan hukum-hukum Allah permainan, dan ingatlah nikmat Allah padamu, dan apa yang telah diturunkan Allah kepadamu yaitu al Kitab dan al Hikmah(as Sunnah). Allah memberi pengajaran kepadamu dengan apa yang diturunkan-Nya itu. Dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwasanya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”.

Ibnu Jarîr meriwayatkan dalam Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âninya:

“Dari ‘Abdullâh bin ‘Abbâs: “bahwa seorang lelaki mentalak istrinya dan meruju’nya sebelum habis masa ‘iddah, kemudian mentalaknya kembali dan demikianlah seterusnya dengan maksud hendak menyakiti dan mempersulit. Lalu turunlah ayat ini:

 وَلا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِتَعْتَدُوا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ……………………
………………………………………………………………………………………………
“…………………Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka…………………………………………………..”.



As Suddy juga meriwayatkan dalam kitabnya:

“Bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan seorang lelaki dari kalangan Anshar bernama Sabit Ibnu Yasar. Ia mentalak istrinya hingga ‘iddahnya tinggal dua atau tiga hari, kemudian meruju’nya dan mentalaknya lagi dengan tujuan menyakitinya. Lalu turunlah ayat ini:

وَلا تُمْسِكُوهُنَّ ضِرَارًا لِتَعْتَدُوا وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَقَدْ ظَلَمَ نَفْسَهُ……………………
………………………………………………………………………………………………
“…………………Janganlah kamu rujuki mereka untuk memberi kemudharatan, karena dengan demikian kamu menganiaya mereka…………………………………………………..”.


KETERANGAN:
Kedua Hadis di atas dikuatkan dengan riwayat Ahmad Musthafâ al-Marâghî dalam Tarjamah Tafsir al-Marâghînya(halaman: 307). Sehingga kita dapat menjadikan kedua Hadis di atas sebagai hujjah(dalil/landasan/pedoman) dalam beragama.








BIBLIOGRAFI

As-Suddy.



Jâmi’ul Bayâni Fit Ta’wîlil Qur’âni(Ibnu Jarîr/Abu Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin
       Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).


Tarjamah Tafsîr al-Marâghî(Ahmad Musthafâ al-Marâghî).

1 komentar: