Asbâbun
Nuzûl Surat
al-Baqarah (2), Ayat: 220
فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَيَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلاَحٌ لَّهُمْ
خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ وَاللهُ يَعْلَمُ الْمُفْسِدَ مِنَ
الْمُصْلِحِ وَلَوْ شَاءَ اللهُ لَأَعْنَتَكُمْ إِنَّ اللهَ عَزِيْزٌ حَكِيْمٌ
(٢٢٠)
220. Tentang Dunia dan
Akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu (wahai Nabi Muhammad) tentang Anak Yatim,
katakalah (wahai Nabi Muhammad): "Mengasuh mereka (mengasuh Anak Yatim) secara
patut adalah suatu kebaikan, dan jika kalian bergaul dengan mereka (dengan Anak
Yatim), maka mereka (Anak Yatim) adalah saudara kalian; dan Allâh mengetahui
siapa yang membuat kerusakan dari yang mengadakan perbaikan. Dan jikalau Allâh
menghendaki, niscaya Dia (Allâh) dapat mendatangkan kesulitan kepada kalian.
Sesungguhnya Allâh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
حَدَّثَنَا
عُثْمَانُ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ, قَالَ: حَدَّثَنَا جَرِيْرٌ, عَنْ عَطَاءٍ, عَنْ سَعِيْدِ
بْنِ جُبَيْرٍ, عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ, قَالَ: لَمَّا أَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ:
(وَلَا تَقْرَبُوْا مَالَ الْيَتِيْمِ إِلَّا بِالَّتِيْ هِيَ
أَحْسَنُ..........). وَ (إِنَّ الَّذِيْنَ يَأْكُلُوْنَ
أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا..........), الْآيَةَ. انْطَلَقَ مَنْ كَانَ
عِنْدَهُ يَتِيْمٌ, فَعَزَلَ طَعَامَهُ مِنْ طَعَامِهِ, وَشَرَابَهُ مِنْ شَرَابِهِ.
فَجَعَلَ يَفْضُلُ مِنْ طَعَامِهِ, فَيُحْبَسُ لَهُ حَتَّى يَأْكُلَهُ أَوْ يَفْسُدَ,
فَاشْتَدَّ ذَالِكَ عَلَيْهِمْ. فَذَكَرُوْا ذَالِكَ لِرَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: (........وَيَسْأَلُوْنَكَ
عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلَاحٌ لَّهُمْ خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ..........).
فَخَلَطُوْا طَعَامَهُمْ بِطَعَامِهِ, وَشَرَابَهُمْ بِشَرَابِهِ.
"'Utsmân bin Abî
Syaibah[3]
telah bercerita kepada kami (kepada Abû Dâwud), dia ('Utsmân bin Abî Syaibah)
berkata: "Jarîr bin 'Abdul Hamîd[4]
telah bercerita kepada kami (kepada 'Utsmân bin Abî Syaibah), dari 'Athâ bin
as-Sâib[5],
dari Sa'îd bin Jubair[6], dari 'Abdullâh
bin 'Abbâs[7],
dia ('Abdullâh bin 'Abbâs) berkata: "Ketika Allâh SWT. menurunkan Surat al-Isrâ,
Ayat: 34:
وَلا
تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ .......... (٣٤)
34. Dan janganlah kalian
mendekati harta Anak Yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) ………….".
"('Abdullâh
bin 'Abbâs melanjutkan periwayatannya): "Dan Surat an-Nisâ, Ayat: 10:
إِنَّ
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا ........... (١٠)
10. Sesungguhnya
orang-orang yang memakan Harta Anak Yatim secara zalim……….…".
"('Abdullâh
bin 'Abbâs melanjutkan periwayatannya): "Lalu pergilah orang yang memiliki
Anak Yatim. Kemudian ia (orang yang memiliki Anak Yatim) memisahkan Makanannya
dari Makanan Anak Yatim (yang ia asuh); dan juga memisahkan Minumannya dari
Minuman Anak Yatim (yang ia asuh). Dan membiarkan saja sisa makanan Anak Yatim
(yang ia asuh) hingga ia memakannya kembali, ataupun hingga (sisa makanan Anak
Yatim tersebut menjadi) basi. Hal itu memberatkan mereka (memberatkan Kaum
Muslimîn yang memiliki Anak Yatim). Lalu mereka (Kaum Muslimîn yang memiliki
Anak Yatim) menceritakan (mengadukan) hal tersebut kepada Rasûllâh SAW. Maka Allâh
SWT. menurunkan Surat al-Baqarah, Ayat: 220:
فِي
الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَيَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الْيَتَامَى قُلْ إِصْلاَحٌ لَّهُمْ
خَيْرٌ وَإِنْ تُخَالِطُوْهُمْ فَإِخْوَانُكُمْ .............. (٢٢٠)
220. Tentang Dunia dan
Akhirat. Dan mereka bertanya kepadamu (wahai Nabi Muhammad) tentang Anak Yatim,
katakalah (wahai Nabi Muhammad): "Mengasuh mereka (mengasuh Anak Yatim)
secara patut adalah suatu kebaikan, dan jika kalian bergaul dengan mereka
(dengan Anak Yatim), maka mereka (Anak Yatim) adalah saudara kalian…….………".
"('Abdullâh
bin 'Abbâs melanjutkan periwayatannya): "Kemudian mereka (Kaum Muslimîn
yang memiliki Anak Yatim) mencampurkan (menyatukan) Makanan mereka dengan
Makanan Anak Yatim (yang mereka asuh); dan juga mencampurkan (menyatukan)
Minuman mereka (Kaum Muslimîn yang memiliki Anak Yatim) dengan Minuman Anak
Yatim (yang mereka asuh)".
- Al-Imâm al-Hâfizh an-Nasâ-î[11] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam as-Sunan ash-Shughrâ li an-Nasâînya (No. Hadis: 3609 dan 3610) atau (6/256 dan 6/257).
- Al-Imâm al-Hâfizh al-Hâkim[12] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhaynnya (No. Hadis: 2499, 3184, dan 3239), dan kata al-Imâm al-Hâfizh al-Hâkim: “Hadis yang ia (al-Hâkim) riwayatkan berkualitas shahîh menurut persyaratan shahîh Bukhârî dan Muslim, akan tetapi keduanya (Bukhârî dan Muslim) tidak meriwayatkan Hadis yang al-Hâkim riwayatkan”. Dan disepakati oleh al-Imâm al-Hâfizh adz-Dzahabî dalam at-Ta'lîq min Talkhîsh adz-Dzahabînya (No. Hadis: 2499).
- Al-Imâm al-Hâfizh al-Bayhaqî[13] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam as-Sunan al-Kubrânya (No. Hadis: 12671) atau (6/284).
- Al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim[14] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya (No. Hadis: 2081) atau (2/395).
- Al-Hâfizh Dhiyâuddîn al-Maqdisŷ[15] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Ahâdîts al-Mukhtârahnya (No. Hadis: 273).
- Al-Imâm Ibnu Jarîr[16] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta-wîl ay al-Qurânnya (3/699) atau (4/350).
- Al-Hâfizh Ibnu Katsir[17] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîmnya (1/581 dan 1/582)[18], dengan menyandarkan kepada Riwayat al-Imâm Ibnu Jarîr dalam Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta-wîl ay al-Qurânnya (3/699) atau (4/350).
- Al-Hâfizh Jalâluddîn as-Suyûthî[19] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam ad-Durr al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûrnya (1/255).
- Al-Imâm al-Wâhidî[20] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Asbâb Nuzûl al-Qurânnya (halaman: 49).
PENJELASAN (kedudukan hadis di
atas):
Atsar[21] 'Abdullâh bin 'Abbâs di atas digolongkan Mawqûf li hukmi Marfû’,
maksudnya: hadis Mawqûf[22] yang dihukumi Marfû’[23]. Karena para Muhadditsîn[24] telah bersepakat (ber-ijma') bahwa: “Ada beberapa macam Mawqûf
yang dihukumi Marfû’, dan salah satunya yaitu: penafsiran para Sahabat yang
berkaitan dengan sebab turunnya (asbâb an-nuzûl) suatu Ayat”.
Sebagaimana penjelasan
para Muhadditsîn tersebut, maka Atsar 'Abdullâh bin 'Abbâs di atas tergolong hadis Mawqûf yang dihukumi Marfû’ oleh
para Muhadditsîn, sehingga (hadis 'Abdullâh bin 'Abbâs di atas) dapat dijadikan sebagai huĵah (pedoman/ landasan) dalam Syara’
(Islâm).
PENJELASAN (mengenai Hadis di atas):
Hadis riwayat al-Imâm al-Hâfizh Abû Dâwud di atas berkualitas Shahîh. Hadis riwayat al-Imâm al-Hâfizh Abû Dâwud di atas di-shahîh-kan
oleh:
- Al-Imâm al-Hâfizh adz-Dzahabî[25] dalam at-Ta'lîq min Talkhîsh adz-Dzahabînya (No. Hadis: 2499).
- Al-Imâm al-Hâfizh al-Hâkim dalam al-Mustadrak 'alâ ash-Shahîhaynnya (No. Hadis: 2499, 3184, dan 3239).
- Al-Hâfizh Ibnu Katsîr, yang dikutip oleh asy-Syaikh 'Abdul Muhsin bin Hamdil 'Ibâd dalam Syarh Sunan Abî Dâwudnya (20/337)[26].
- Al-Hâfizh Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî dalam Shahîh Sunan Abî Dâwudnya (No: 2495).
KESIMPULAN:
Surat al-Baqarah (2), Ayat: 220 diturunkan
mengenai:
"Kaum
Muslimîn yang memiliki Anak Yatim, yang mana mereka (Kaum Muslimîn yang
memiliki Anak Yatim) merasa berat dan kesulitan memisahkan antara Makanan dan
Minuman yang mereka makan, dengan Makanan dan Minuman Anak Yatim yang mereka
asuh".
BIBLIOGRAFI
Ad-Durr
al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûr (al-Hâfizh as-Suyûthî/ ‘Abdurrahmân
bin Abî Bakr).
Al-Ahâdîts al-Mukhtârah (al-Hâfizh Dhiyâuddîn
al-Maqdisŷ/ Muhammad bin 'Abdul
Wâhid
bin Ahmad bin 'Abdurrahmân).
Al-Mustadrak ‘alâ ash-Shahîhayn (al-Imâm al-Hâfizh al-Hâkim/ Muhammad bin
'Abdullâh bin Muhammad bin Hamdawaih bin Nu'aim bin al-Hakim).
Asbâb Nuzûl al-Qurân (al-Imâm al-Wâhidŷ/ 'Alî bin Ahmad bin
Muhammad bin
'Alî).
As-Sunan al-Kubrâ li al-Bayhaqî (al-Imâm al-Hâfizh al-Bayhaqî/ Ahmad bin
al-Husain
bin 'Alî bin Mûsâ bin 'Abdullâh).
As-Sunan ash-Shughrâ li an-Nasâî (al-Imâm al-Hâfizh an-Nasâ-î/ Ahmad
bin Syu’aib
bin ‘Alî bin Sunân bin Bahr).
Jâmi’
al-Bayân ‘an Ta-wîl ay al-Qurân (al-Imâm Ibnu Jarîr/ Muhammad bin Jarîr bin
Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib).
Sunan Abî Dâwud (al-Imâm al-Hâfizh Abû Dâwud/ Sulaimân bin al-Asy’ats bin
Syadâd bin ‘Amrû bin ‘Âmir).
Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm (al-Hâfizh Ibnu Katsîr/ Ismâ’îl bin ‘Amr bin Katsîr).
Tafsîr Ibn Abî Hâtim (al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim/
‘Abdurrahmân bin Abî Hâtim).
[1] Al-Hâfizh
adalah: Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan
hadis, dan dapat men-ta’dîl-kan dan men-jarh-kan para perawi
hadis, serta seorang Hâfizh itu harus mempunyai kapasitas menghafal
100.000 hadis. Contoh para Huffâzh: Ahmad bin Hanbal, Yahyâ bin Ma’în,
‘Alî bin al-Madînî, Bukhârî, Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu
Mâjah, ad-Dârimî, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, ad-Dâraquthnî, ath-Thabarânî,
al-Bayhaqî, al-Hâkim, Zainuddîn ‘Abdurrahîm al-‘Irâqî, Syarafuddîn ad-Dimyâthî,
Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, al-Mizzî, al-Haytsamî, adz-Dzahabî, Abû Zur’ah
ar-Râzî, Abû Hâtim ar-Râzî, Ibnu Hazm, Ibnu Abî Hâtim, Ibnu ‘Adî, Ibnu
al-Mundzir, Ibnu ‘Abdul Bar, Ibnu Katsîr, Ibnu as-Sakan, Ibnu Daqîq al-'Îd, Jalâluddîn
as-Suyûthî, Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî, dan sebagainya.
[2] Nama sebenarnya yaitu: Sulaimân bin al-Asy’ats bin Syadâd bin ‘Amrû bin
‘Âmir. Ia
(Abû Dâwud) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ dekat pertengahan. Dan ia
(Abû Dâwud) juga merupakan seorang tsiqqah mutqan al-Imâm al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang
kuat lagi kokoh, al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (Abû Dâwud) juga
seorang pakar hadîts (hadis), dan fiqh (fiqih). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Azdî as-Sijistânî. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû Dâwud. Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm al-Hâfizh Abû Dâwud. Ia (Abû Dâwud) lahir di Sijistân (suatu Daerah
yang terletak antara negara Iran dan Afghanistan) pada tahun 202 Hijriyah.
Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Abû Dâwud) wafat di Bashrah
pada tahun 275 Hijriyah.
[3] Nama sebenarnya yaitu: 'Utsmân bin Muhammad bin Ibrâhîm bin 'Utsmân bin Khuwâstŷ. Ia ('Utsmân
bin Abî Syaibah) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ senior. Dan ia ('Utsmân bin Abî Syaibah) juga merupakan seorang tsiqqah al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh).
Ia ('Utsmân
bin Abî Syaibah) juga seorang pakar hadîts (hadis), dan tafsîr (tafsir). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-'Absŷ al-Kûfŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû
al-Hasan. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh Abû al-Hasan Ibn Abî Syaibah. Ia ('Utsmân bin Abî Syaibah) lahir pada tahun 156 Hijriyah. Tempat
tinggalnya di Kûfah (wilayah Negara 'Irâq). Ia ('Utsmân bin Abî Syaibah)
wafat di Kûfah,
pada Hari Ahad, bertepatan pada Bulan Muharram tahun 239 Hijriyah. {Sumber: "Tahdzîb al-Kamâl
fî Asmâ ar-Rijâl", karya: al-Imâm al-Hâfizh al-Mizzî: (No. 3857)}.
Dan {Sumber: "Tahdzîb at-Tahdzîb", karya: al-Imâm al-Hâfizh
Ibnu Hajar al-'Asqalânî: (7/151)}. Serta {Sumber: "Ikmâl Tahdzîb
al-Kamâl fî Asmâ ar-Rijâl", karya: al-Hâfizh 'Alâuddîn
Mughlathŷ: (No. 3651)}.
[4] Nama lengkapnya yaitu: Jarîr bin 'Abdul Hamîd bin Qurth. Ia (Jarîr)
merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în pertengahan. Dan ia (Jarîr)
juga merupakan seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan
ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Nasab
(keturunan) nya yaitu: adh-Dhabbŷ ats-Tsaqafŷ ar-Râzŷ al-Kûfŷ. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû 'Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh Jarîr Ibn 'Abdul Hamîd. Ia (Jarîr) lahir di Âyah (salah satu Desa Ashbahân), atau lahir
di Kûfah (wilayah Negara 'Irâq), atau lahir di ar-Raŷ pada tahun 107
atau 110 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Kûfah. Ia (Jarîr)
wafat di ar-Raŷ pada tahun 187 atau 188 Hijriyah. {Sumber: "Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ ar-Rijâl", karya: al-Imâm
al-Hâfizh al-Mizzî: (No. 918)}. Dan {Sumber: "Tahdzîb
at-Tahdzîb", karya: al-Imâm al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî:
(2/76)}. Dan {Sumber: "Sîr A'lâm an-Nubalâ", karya: al-Imâm
al-Hâfizh adz-Dzahabî: (No. 3)}. Serta {Sumber: "Ikmâl Tahdzîb
al-Kamâl fî Asmâ ar-Rijâl", karya: al-Hâfizh 'Alâuddîn
Mughlathŷ: (No. 959)}.
[5] Nama sebenarnya yaitu: 'Athâ bin as-Sâib bin Mâlik, atau 'Athâ bin as-Sâib
Ibn Zayd, atau 'Athâ bin as-Sâib Ibn Yazîd. Ia ('Athâ bin as-Sâib) merupakan
seorang Tâbi’în junior. Ia ('Athâ bin as-Sâib) di-tsiqqah-kan
(dikredibelkan ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya) oleh: Amîr
al-Mu'minîn fî al-Hadîts Ahmad bin Hanbal, al-Hâfizh Aŷûb bin Abî
Tamŷmah, al-Hâfizh Muhammad bin Sa'd, al-Hâfizh Ya'qûb bin
Sufyân, al-Hâfizh an-Nasâî, al-Hâfizh Ibnu Hibbân, al-Hâfizh
al-Hâkim, al-Hâfizh ath-Thabarânŷ, al-Hâfizh adz-Dzahabŷ, al-Hâfizh
al-'Ijlŷ, al-Hâfizh Ibnu 'Abdurrahîm at-Tibân, dan al-Hâfizh
as-Sâjŷ. Nasab (keturunan) nya yaitu: ats-Tsaqafŷ al-Kûfŷ. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû as-Sâib, atau Abû Zayd, atau Abû
Yazîd, atau Abû Muhammad. Tempat tinggalnya di Kûfah (wilayah
Negara 'Irâq). Ia ('Athâ bin as-Sâib) wafat pada tahun 136 Hijriyah. {Sumber: "Tahdzîb
al-Kamâl fî Asmâ ar-Rijâl", karya: al-Imâm al-Hâfizh al-Mizzî:
(No. 3934)}. Dan {Sumber: "Tahdzîb at-Tahdzîb", karya: al-Imâm
al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî: (7/206)}. Serta {Sumber: "Ikmâl
Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ ar-Rijâl", karya: al-Hâfizh 'Alâuddîn
Mughlathŷ: (No. 3715)}.
[6] Nama
lengkapnya yaitu: Sa’îd bin Jubair bin Hisyâm. Ia (Sa’îd bin Jubair) merupakan
seorang Tâbi’în pertengahan. Ia (Sa’îd bin Jubair) adalah seorang tsiqqah
tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta
seorang yang konsisten). Ia (Sa’îd bin Jubair) juga seorang pakar tafsîr (tafsir), dan fiqh (fikih). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Asadŷ al-Wâlibŷ al-Kûfŷ.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhamad atau Abû 'Abdullâh.
Ia (Sa’îd bin Jubair) lahir pada tahun 46 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Kûfah (wilayah negara 'Irâq). Ia
(Sa’îd bin Jubair) wafat di ‘Irâq pada tahun 94 atau 95 Hijriyah; dan ia
(Sa’îd bin Jubair) pada saat itu berusia 49 atau 50 tahun. {Sumber: "Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ ar-Rijâl", karya: al-Imâm
al-Hâfizh al-Mizzî: (No. 2245)}. Dan {Sumber: "Tahdzîb
at-Tahdzîb", karya: al-Imâm al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî:
(4/13)}. Serta {Sumber: "Ikmâl Tahdzîb al-Kamâl fî Asmâ ar-Rijâl",
karya: al-Hâfizh 'Alâuddîn Mughlathŷ: (No. 1915)}.
[7] Nama lengkapnya yaitu: ‘Abdullâh bin ‘Abbâs bin ‘Abdul Muthallib bin
Hâsyim bin 'Abdi Manâf. Ia (Ibnu ‘Abbâs) merupakan seorang Sahabat dan
juga seorang pakar tafsîr (tafsir), fiqh (fikih), lughah
(gramatika), Syi’ir (Sya’ir), farâidh (waris) dan hadîts (hadis).
Serta
ia (Ibnu ‘Abbâs) telah meriwayatkan 1.660 Hadîts. Semua Sahabat Nabi
SAW. tsiqqah dan ‘âdl. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Makkŷ
al-Qurasyî al-Hâsyimŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû
al-‘Abbâs. Laqab (gelar/titel) nya: Ibn ‘Abbâs, Habrul Ummah,
dan al-Bahr. Ia (Ibnu ‘Abbâs) lahir di Makkah, di asy-Syi'ib
Banî Hâsyim tiga (3) tahun sebelum Tahun Hijrah. Tempat tinggalnya di Marwa
ar-Ruwadz (salah satu Kota di Khurrâsân). Ia (Ibnu ‘Abbâs) wafat di ath-Thâif
pada tahun 67 atau 68 atau 69 atau 70 Hijriyah; dan ia (Ibnu ‘Abbâs) pada saat
itu berusia 70 atau 71 atau 72 tahun. {Sumber: "Tahdzîb
al-Kamâl fî Asmâ ar-Rijâl", karya: al-Imâm al-Hâfizh al-Mizzî:
(No. 3358)}. Dan {Sumber: "Tahdzîb at-Tahdzîb", karya: al-Imâm
al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî: (halaman: 309)}. Dan {Sumber: "Sîr
A'lâm an-Nubalâ", karya: al-Imâm al-Hâfizh adz-Dzahabî: (No. 51)}.
Serta {Sumber: "Usud al-Ghâbah fî Ma'rifah ash-Shahâbah",
karya: al-Hâfizh Ibnu al-Atsîr: (No. 3037)}.
[8] Muhadditsîn yaitu: Orang yang
hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh,
hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan antara yang shahîh
dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar,
pencari sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek
dari padanya. Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î,
Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud,
an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.
[9] Hadis Shahîh ialah: Hadis yang bersambung (muttashil)
sanadnya, diriwayatkan oleh orang yang ‘âdl (‘âdl yaitu: orang
yang istiqamah dalam beragama, baik akhlaqnya, tidak fasiq dan tidak melakukan
cacat muru’ah), sempurna ke-dhabith-annya, tidak ada keganjilan (syadzdz),
dan tidak ada kecacatan (‘illat).
[10] Tsiqqât
adalah: Para perawi hadis yang kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya.
[11] Nama sebenarnya yaitu: Ahmad bin Syu’aib bin ‘Alî bin Sunân bin Bahr. Ia
(an-Nasâ-î) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ junior. Dan ia (an-Nasâ-î)
juga merupakan seorang tsiqqah al-Qâdhî al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm al-Hâfizh dan
seorang Hakim di Mesir). Ia (an-Nasâ-î) juga seorang pakar hadîts
(hadis) dan fiqh (fiqih). Nasab
(keturunan) nya yaitu: an-Nasâ-î an-Nasawy. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû ‘Abdurrahmân. Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm
al-Hâfizh an-Nasâ-î. Ia (an-Nasâ-î) lahir di Kota Nasâ (wilayah Khurrâsân)
pada tahun 215 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Mesir. Ia (an-Nasâ-î) wafat di Ramalah (wilayah Palestina) pada tahun 303
Hijriyah; ia (an-Nasâ-î) dimakamkan di Baitul Maqdis (Palestina). Ia (an-Nasâ-î) berusia 88 tahun.
[12] Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin 'Abdullâh bin Muhammad bin Hamdawaih bin Nu'aim bin
al-Hakim. Dan ia (al-Hâkim) merupakan seorang tsiqqah
al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Imâm, dan al-Hâfizh). Ia (al-Hâkim) juga seorang
pakar hadîts (hadis), dan târîkh (sejarah). Nasab
(keturunan) nya yaitu: adh-Dhabŷ an-Naysâbûrî asy-Syâfi’iŷ. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû 'Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya:
al-Imâm al-Hâfizh al-Hâkim. Ia (al-Hâkim) lahir pada tahun 321 Hijriyah. Ia
(al-Hâkim) wafat pada tahun 405 Hijriyah.
[13] Nama sebenarnya yaitu: Ahmad bin al-Husain bin 'Alî bin Mûsâ bin 'Abdullâh. Ia (al-Bayhaqî) merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh (kredibel
ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm dan
al-Hâfizh). Ia (al-Bayhaqî) juga seorang pakar hadîts (hadis) dan fiqh
(fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Bayhaqî
al-Khisrûjirdŷ al-Khurrâsânŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû
Bakr. Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm al-Hâfizh al-Bayhaqî.
Ia (al-Bayhaqî) lahir di Khisrûjird (salah satu Desa yang terdapat di
Bayhaq, wilayah Naysâbûr) di Bulan Sya'bân pada tahun 384
Hijriyah. Tempat tinggalnya di Naysâbûr (Kota kecil yang ada di negara Iran). Ia (al-Bayhaqî) wafat di Naysâbûr
pada hari kesepuluh Jumâdâl Ûlâ tahun 458 Hijriyah.
[14] Nama
lengkapnya yaitu: ‘Abdurrahmân bin Abî Hâtim. Ia (Ibnu Abî Hâtim) adalah
seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: ar-Râzî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhammad. Laqab
(gelar/titel) nya: al-Hâfizh Ibn Abî Hâtim. Ia (Ibnu Abî Hâtim) adalah
pakar tafsîr (tafsir) dan hadîts (hadis). Ia (Ibnu Abî Hâtim)
wafat pada tahun 327 Hijriyah.
[15] Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin 'Abdul Wâhid bin Ahmad bin 'Abdurrahmân. Ia (Dhiyâuddîn al-Maqdisŷ) merupakan seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan
ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Ia (Dhiyâuddîn
al-Maqdisŷ) juga seorang pakar hadîts (hadis). Nasab (keturunan)
nya yaitu: as-Sa'dŷ al-Maqdisŷ ash-Shâlihŷ ad-Dimasyqî al-Hanbalŷ. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû 'Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh
Dhiyâuddîn al-Maqdisŷ. Ia (Dhiyâuddîn al-Maqdisŷ) lahir di ad-Diyâr
al-Mubârak (yang ada di Damaskus) pada tahun 569 Hijriyah. Tempat
tinggalnya di Damaskus. Ia (Dhiyâuddîn al-Maqdisŷ) wafat pada Hari Senin 28 Jumâdîl
Âkhirah di Damaskus pada tahun 643 Hijriyah. {Sumber: "Târîkh
al-Islâm wa Wafiyât al-Masyâhîr wa al-A'lâm", karya: al-Imâm
al-Hâfizh adz-Dzahabî: (No. 256)}. Dan {Sumber: "al-A'lâm",
karya: Khayruddîn az-Ziriklŷ: (6/255)}.
[16] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib.
Ia
(Ibnu Jarîr) merupakan seorang tsiqqah ‘âlim (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang ‘âlim). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Âmalî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû
Ja’far ath-Thabarî. Laqab (gelar/titel) nya: Abâ at-Tafsîr
dan Abâ at-Târîkh. Ia (Ibnu Jarîr) lahir di Thabari Sittân pada
tahun 224 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Baghdâd. Ia (Ibnu Jarîr) wafat
di Baghdâd pada tahun 310 Hijriyah.
[17] Nama
lengkapnya yaitu: Ismâ’îl bin ‘Amr bin Katsîr. Nasab (keturunan) nya
yaitu: al-Qurasyî ad-Dimasyqî. Ia (Ibnu Katsîr) adalah seorang tsiqqah
mutqan al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh yang kokoh dan kuat). Ia (Ibnu Katsîr) juga
seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts (hadis) dan târîkh
(sejarah). Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Fidâ’. Laqab
(gelar/titel) nya: al-Hâfizh Ibn Katsîr. Ia (Ibnu Katsîr) lahir di Bashrah
pada tahun 700 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Ibnu Katsîr)
wafat di Bashrah pada tahun 774 Hijriyah, dan dikubur di Damsyiq
(Damaskus).
[18] Al-Hâfizh Ibnu Katsîr. Tafsîr
al-Qurân al-‘Azhîm, Tahqîq Sâmî bin Muhammad as-Salâmah. Ar-Riyadh:
Dâr Thayyibah. Jilid. 1, Juz. 1, halaman: 581 - 582.
[19] Nama sebenarnya yaitu: ‘Abdurrahmân bin Abî Bakr. Kuniyah (nama
akrab) nya yaitu: Jalâluddîn. Laqab (gelar/titel) nya:
al-Hâfizh as-Suyûthî. Ia (as-Suyûthî) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh).
Serta ia (as-Suyûthî) juga seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts
(hadis), lughah (gramatika), adb (sastra), fiqh (fikih), târîkh
(sejarah), dan sebagainya. Nasab (keturunan) nya yaitu: as-Suyûthî.
Ia (as-Suyûthî) lahir di Qâhirah pada tahun 849 Hijriyah. Tempat
tinggalnya di Qâhirah. Ia (as-Suyûthî) wafat di Qâhirah pada
tahun 911 Hijriyah.
[20] Nama sebenarnya yaitu: 'Alî bin Ahmad bin Muhammad bin 'Alî. Ia (al-Wâhidŷ) merupakan seorang tsiqqah al-Imâm (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm). Ia (al-Wâhidŷ) juga seorang pakar tafsîr
(tafsir), lughah (gramatika), adb (sastra), târîkh
(sejarah), dan fiqh (fikih). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Wâhidŷ
asy-Syâfi'iŷ an-Naysâbûrŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Hasan.
Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm al-Wâhidŷ. Ia (al-Wâhidŷ) berasal dari
Sâwah (antara ar-Raŷ dan Hamdzân). Ia (al-Wâhidŷ) lahir di Naysâbûr (Kota yang ada di Negara Iran).
Tempat tinggalnya di Naysâbûr. Ia (al-Wâhidŷ) wafat di Naysâbûr,
bertepatan pada Bulan Jumâdâl Âkhirah tahun 468 Hijriyah. {Sumber: "Târîkh
al-Islâm wa Wafiyât al-Masyâhîr wa al-A'lâm", karya: al-Imâm
al-Hâfizh adz-Dzahabî: (No. 252)}. Serta {Sumber: "Thabaqât
asy-Syâfi'iŷah al-Kubrâ", karya: al-Imâm Tâjuddîn as-Subkŷ: (No.
496)}.
[21] Atsar adalah: Sesuatu yang
disandarkan kepada Sahabat dan Tâbi’în, baik berupa perkataan dan
perbuatan.
[22] Hadis Mawqûf
yaitu: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan dan persetujuan; baik bersambung sanadnya ataupun terputus sanadnya.
[23] Marfu’
maksudnya: Terangkatnya derajat hadis hingga ke Nabi SAW.
[24] Muhadditsîn
yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh,
hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan antara yang shahîh
dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari
sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya.
Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î, Imâm Ahmad bin
Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu
Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.
[25] Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin Ahmad bin 'Utsmân bin Qaymâz bin 'Abdillâh. Ia (adz-Dzahabŷ) merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh (kredibel
ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm dan
al-Hâfizh). Ia (adz-Dzahabŷ) juga seorang pakar hadîts (hadis) lughah
(gramatika), adb (sastra), dan târîkh (sejarah). Nasab (keturunan) nya yaitu: adz-Dzahabŷ al-Fâriqŷ
ad-Dimasyqŷ at-Turkumânŷ asy-Syâfi'iŷ. Kuniyah (nama akrab) nya
yaitu: Abû 'Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm al-Hâfizh
Syamsuddîn adz-Dzahabŷ. Ia (adz-Dzahabŷ) lahir di Damaskus, bertepatan pada Bulan Rabî'ul Âkhir tahun 673 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Damaskus.
Ia (adz-Dzahabŷ) wafat di Damaskus, pada malam Senin, bertepatan pada Bulan Dzûlqa'dah
tahun 748 Hijriyah; dan ia (adz-Dzahabŷ) dikubur di Pemakaman Bâb
ash-Shaghîr. {Sumber: "Dzaylut Taqyîd fî Ruwâh as-Sunan wa
al-Asânîd", karya: al-Hâfizh Taqiŷuddîn al-Fâsŷ: (No. 39)}.
Serta {Sumber: "Mu'jam asy-Syuyûkh", karya: al-Imâm Tâjuddîn as-Subkŷ: (No. 109)}.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar