Kiat Sukses Ramadhan
1. Menghayati Hikmah dan Manfaat Puasa bagi Kita.
- Mendidik ketakwaan dalam diri kita.
- Mendidik ketakwaan dalam diri kita.
- Menggugurkan dosa-dosa kita yang terdahulu,
- Menjadikan kemuliaan tersendiri bagi yang menjalaninya saat hari kiamat nanti. Jangankan amal ibadahnya, bahkan bau mulut orang yang berpuasa pun menjadi tanda kemuliaan tersendiri di akhirat nanti. Subhanallah,
Rasulullah SAW bersabda :
لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“ Sungguh bau mulut orang yang berpuasa, lebih wangi di sisi Allah SWT dari aroma kesturi “ (HR Bukhori).
dengan memahami hikmah puasa yang begitu besar dan mulia bagi diri kita, maka insya Allah membuat kita lebih semangat dalam menjalani hari-hari Ramadhan kita.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT ….
2. Mengetahui Fiqh dan Aturan-aturan dalam Ibadah Puasa.
“dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda :“seorang faqih (ahli ilmu agama) lebih ditakuti syetan dari pada seribu ahli ibadah (tanpa ilmu) “. (HR Ibnu Majah)”.
Hadits diatas menegaskan kepada kita tentang urgensinya beribadah dengan ilmu. Bahkan salah satu syarat diterimanya ibadah adalah ittiba atau sesaui aturan dan sunnah Rasulullah SAW. Dalam kaitannya dengan puasa, sungguh ibadah ini mempunyai kekhususan dalam aturan fiqhnya yang berbeda dengan lainnya.
3. Menjaga Puasa kita agar Tetap Utuh Pahalanya.
yang dimaksud menjaga puasa kita adalah upaya untuk menjadikan pahala puasa kita utuh. Dua cara yang harus kita lakukan dalam kaitannya dengan hal ini, yaitu menjalani sunnah-sunnah puasa, serta menjauhi hal-hal yang bisa mengurangi pahala dan hikmah puasa. Adapun sunnah-sunnah puasa, antara lain adalah mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka. Sunnah yang sederhana ini adalah bagian dari kemudahan dan keindahan syariat Islam. Kita diminta mengakhirkan sahur, sebagai persiapan untuk menjalani puasa seharian. Begitu pula kita diminta menyegerakan berbuka, sebagai kebutuhan fitrah manusia yang harus diperhatikan. Sunnah puasa lainnya adalah dengan berdoa sebelum dan saat berbuka, serta berbuka dengan seteguk air. Semoga sunnah yang sederhana ini bisa kita lakukan untuk mengoptimalkan pahala puasa kita.
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT ….
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT ….
Menjaga puasa juga dengan menjauhi segala sikap dan tindakan yang akan mengurangi keberkahan puasa kita, seperti : marah tiada guna, emosional, berdusta dalam perkataan, ghibah, maupun kemaksiatan secara umum. Hal-hal semacam di atas, selain dilarang secara umum bagi seorang muslim, juga akan mempengaruhi kualitas puasanya di hadapan Allah SWT. Jauh-jauh hari Rasulullah SAW telah mengingatkan kepada kita :
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ ، وَرُبَّ قَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ قِيَامِهِ إِلاَّ السَّهَرُ
“Betapa Banyak Orang berpuasa tapi tidak mendapat (pahala) apa-apa dari puasanya kecuali hanya lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam (tarawih) tapi tidak mendapatkan apa-apa selain begadang saja”. (HR an-Nasa’i).
Mari kita mengambil pelajaran dari hadits di atas, untuk kemudian meniti hari-hari ramadhan kita dengan penuh kehati-hatian dan perhitungan. Siapapun kita tidak akan pernah rela jika hanya mendapat lapar dahaga saja di bulan mulia ini.
4. Menghias Puasa kita dengan Ragam Amal yang disyariatkan dalam Ramadhan.
Sesungguhnya ibadah dalam bulan Ramadhan bukan hanya puasa saja. Tetapi banyak ragam ibadah yang juga disyariatkan dalam bulan penuh berkah ini. Mari kita menghias Ramadhan dengan ibadah-ibadah mulia tersebut, agar ramadhan sebagai madrasah ketakwaan benar-benar hadir dalam hidup kita. Rasulullah SAW telah memberikan contoh pada kita bagaimana beliau menghias hati-hati Ramadhannya dengan : Tadarus Tilawah, memperbanyak sedekah, sholat tarawih, memberi hidangan berbuka, bahkan juga I’tikaf di masjid pada sepuluh hari yang terakhir. Jika kita ingin merasakan Ramadhan yang berbeda dan begitu bermakna, tentu menjadi penting bagi kita untuk menghias Ramadhan kita dengan amal ibadah tersebut. Keberkahan Ramadhan akan begitu terasa paripurna dalam hati kita. Amin Allahumma Amiin …
Kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT ….
5. Mempertahankan atau Menjaga Semua Amal dengan Istiqomah hingga Akhir Ramadhan.
Bulan ramdhan dipenuhi banyak amalan yang sungguh akan melelahkan sebagian besar orang. Karenanya kita sering menjadi saksi bagaimana kaum muslimin ‘berguguran’ dalam perlombaan Ramadhan ini sebelum mencapai garis finishnya. Sholat tarawih di masjid mulai menyusut sedikit demi sedikit seiring berlalunya hari-hari awal Ramadhan. Karenanya, merupakan hal yang tidak bisa dibantah adalah jika kesuksesan Ramadhan bergantung dari keistiqomahan kita menjalani semua kebaikan di dalamnya hingga akhir Ramadhan tiba. Syariat kita yang indah pun seolah memberikan motivasi di ujung ramadhan, agar kita bertambah semangat dalam beribadah, yaitu dengan menurunkan malam lailatul qadar yang mulia. Rasulullah SAW pun menjalankan I’tikaf untuk menutup bulan keberkahan ini. Beliau juga bersungguh-sungguh di penghujung Ramadhan. Ibunda Aisyah menceritakan kepada kita :
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
“Nabi SAW ketika masuk sepuluh hari yang terakhir (Romadhon), menghidupkan malam, membangunkan istrinya, dan mengikat sarungnya”. (HR Bukhori dan Muslim).
Akhirnya, marilah kita berusaha menjalankan lima kunci sukses Ramadhan di atas, agar usaha kita mendapatkan keberkahan dan kesuksesan Ramadhan benar-benar terarah dengan baik dan optimal. Semoga Allah SWT memudahkan dan memberikan kekuatan kepada kita …
Allahumma sholli ala muhammad wa ‘ala aalihi wa ashabihi ajmain.
Allahumma sholli ala muhammad wa ‘ala aalihi wa ashabihi ajmain.
6. Sambut Idhul Fitri Jangan hanya Sebatas Menyemarakkan,
Tetapi secara maknawi Idul Fitri itu mempunyai makna penting dari sekedar sebuah adat kebiasaan..!”. Namun pada kenyataannya jarang sekali diantara kita yang mengetahui apa arti sebenarnya dibalik Idul Fitri ini, dan apa saja hal terpenting atau hikmah yang kita ambil dari Idul Fitri ini. Karena makna integral dari Idul Fitri itu sendiri ada pada hari-hari dan bulan sebelumnya, yaitu pada bulan Ramadhan. Seperti kata pepatah: “Hasil itu hanya 1% dari 99% rangkaian proses dalam sebuah pencapaian”. Artinya tidaklah penting suatu hasil, yang paling penting adalah bagaimana kita menjalani proses untuk mencapai hasil tersebut.
Sesungguhnya siapa yang menjalani puasa dengan penuh kesungguhan atau kesabaran yang sebenarnya, maka dengan otomatis akan mencapai hakikat dari Idul Fitri itu sendiri. Rasulullah bersabda :
“Barang siapa yang melaksanakan ibadah shaum selama satu bulan dengan penuh keimanan kepada Allah SWT maka apabila ia memasuki Idul Fithri ia akan kembali menjadi Fithrah seperti bayi (Tiflul) dalam rahim ibunya” (HR. Bukhari).
Sungguh, kita tidak ingin melewati hari Idul Fitri ini dengan penuh kehampaan akan makna, namun tentunya yang kita inginkan adalah hari raya yang penuh pelajaran dan hikmah. Namun hal tersebut tentunya tidak akan kita capai manakala kita hanya mementingkan baju baru atau pun opor ayam belaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar