Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah(2), ayat: 240
وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا وَصِيَّةً لأزْوَاجِهِمْ مَتَاعًا إِلَى الْحَوْلِ غَيْرَ إِخْرَاجٍ فَإِنْ خَرَجْنَ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِي مَا فَعَلْنَ فِي أَنْفُسِهِنَّ مِنْ مَعْرُوفٍ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٢٤٠)
240. dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) memberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu(wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
Imâm Jalâludin ash-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya(Juz. 2, 2/al-Baqarah) dengan menisbahkan kepada Ishaq bin Rahawaih di dalam Tafsîrnya yang bersumber dari Muqâtil bin Hibbân:
“dari Muqâtil bin Hibbân, bahwa ada seorang lelaki penduduk Tha’if beserta beberapa laki-laki dan perempuan, kedua orang tuanya dan istrinya datang ke Madinah, lalu ia(lelaki penduduk Tha’if) itu meninggal di sana. Hal(meninggalnya lelaki penduduk Tha’if) itu disampaikan kepada Nabi SAW, lalu beliau(Nabi) membagi-bagikan harta bendanya(lelaki penduduk Tha’if) kepada kedua orang tua dan anak-anaknya(lelaki penduduk Tha’if) secara ma’ruf, sedang istrinya(lelaki penduduk Tha’if) itu tidak diberi bagian, tetapi mereka(orang tua dan anak-anak lelaki penduduk Tha’if yang meninggal itu) yang mendapatkan bagian harta bendanya(lelaki penduduk Tha’if) diperintahkan untuk memberi bagian kepada istri tersebut dari harta peninggalan suaminya(lelaki penduduk Tha’if) itu selama satu tahun. Berkenaan dengan kejadian itu, maka turunlah ayat:
وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا وَصِيَّةً لأزْوَاجِهِمْ مَتَاعًا إِلَى الْحَوْلِ غَيْرَ إِخْرَاجٍ فَإِنْ خَرَجْنَ فَلا جُنَاحَ عَلَيْكُمْ فِي مَا فَعَلْنَ فِي أَنْفُسِهِنَّ مِنْ مَعْرُوفٍ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٢٤٠)
240. dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antara kamu dan meninggalkan isteri, hendaklah berwasiat untuk isteri-isterinya, (yaitu) memberi nafkah hingga setahun lamanya dan tidak disuruh pindah (dari rumahnya). akan tetapi jika mereka pindah (sendiri), maka tidak ada dosa bagimu(wali atau waris dari yang meninggal) membiarkan mereka berbuat yang ma'ruf terhadap diri mereka. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
KETERANGAN:
Kata Imâm Jalâludin ash-Suyûthî: “Hadis yang ia keluarkan berkualitas Hasan”.
BIBLIOGRAFI
Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli(as-Suyûthî/Imâm Jalâludin ash-Suyûthî).
Tafsîr Ishâq bin Rahawaih(Ishâq bin Rahawaih).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar