Asbâbun
Nuzûl Surat
al-Baqarah (2), Ayat: 196
وَأَتِمُّوْا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ
لِلَّهِ فَإِنْ أُحْصِرْتُمْ فَمَا اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ وَلاَ تَحْلِقُوْا
رُءُوْسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّهُ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا
أَوْ بِهِ أَذًى مِّنْ رَّأْسِهِ فَفِدْيَةٌ مِّنْ صِيَامٍ أَوْ صَدَقَةٍ أَوْ
نُسُكٍ فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَمَنْ تَمَتَّعَ بِالْعُمْرَةِ إِلَى الْحَجِّ فَمَا
اسْتَيْسَرَ مِنَ الْهَدْيِ فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ ثَلاثَةِ أَيَّامٍ فِي
الْحَجِّ وَسَبْعَةٍ إِذَا رَجَعْتُمْ تِلْكَ عَشَرَةٌ كَامِلَةٌ ذَالِكَ لِمَنْ لَّمْ
يَكُنْ أَهْلُهُ حَاضِرِي الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَاتَّقُوْا اللهَ وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِ (١٩٦)
196. Dan sempurnakanlah
ibadah Haji dan 'Umrah karena Allâh. Jika kalian terkepung (terhalang oleh
musuh atau karena sakit), maka (sembelihlah) Qurban yang mudah didapat, dan janganlah
kalian mencukur Kepala (Rambut) kalian, sebelum Qurban sampai di tempat
penyembelihannya. Jika di antara kalian ada yang sakit atau ada gangguan di Kepalanya
(di Rambutnya lalu ia bercukur), maka wajib atasnya berfidyah, yaitu: berpuasa
atau bersedekah atau berqurban. Apabila kalian telah (merasa) aman, maka bagi
siapa yang ingin mengerjakan 'Umrah sebelum Haji (di dalam bulan Haji),
(wajiblah ia menyembelih) Qurban yang mudah didapat. Akan tetapi jika ia tidak
menemukan (binatang Qurban atau tidak mampu), maka wajib berpuasa tiga hari
dalam masa Haji dan tujuh hari (lagi) apabila kalian telah pulang kembali.
Itulah sepuluh (hari) yang sempurna. Demikian itu (kewajiban membayar Fidyah)
bagi orang-orang yang keluarganya tidak berada (di sekitar) Masjidil Haram (orang-orang
yang bukan penduduk kota Mekah). Dan bertakwalah kepada Allâh, dan ketahuilah
bahwa Allâh sangat keras siksaan-Nya.
Al-Imâm al-Hâfizh[1] Bukhârî[2] meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (No. Hadis: 1687):
حَدَّثَنَا أَبُوْ نُعَيْمٍ, قَالَ: حَدَّثَنَا
سَيْفٌ, قَالَ: حَدَّثَنِيْ مُجَاهِدٌ, قَالَ: سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِيْ
لَيْلَى, أَنَّ كَعْبَ بْنَ عُجْرَةَ حَدَّثَهُ, قَالَ: وَقَفَ عَلَيَّ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْحُدَيْبِيَةِ, وَرَأْسِيْ يَتَهَافَتُ قَمْلًا.
فَقَالَ: يُؤْذِيْكَ هَوَامُّكَ؟. قُلْتُ: نَعَمْ. قَالَ: فَاحْلِقْ رَأْسَكَ, أَوْ
قَالَ: احْلِقْ. قَالَ: فِيَّ نَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ: (........فَمَنْ
كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِّنْ رَّأْسِهِ.......) إِلَى آخِرِهَا.
فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صُمْ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ, أَوْ
تَصَدَّقْ بِفَرَقٍ بَيْنَ سِتَّةٍ, أَوْ انْسُكْ بِمَا تَيَسَّرَ.
"Abû Nu’aim[3] telah bercerita kepada kami (kepada Bukhârî), dia (Abû Nu’aim)
berkata: "Saif bin Sulaimân[4] telah bercerita
kepada kami (kepada Abû Nu’aim),
dia (Saif bin Sulaimân) berkata: "Mujâhid[5] telah bercerita
kepada saya (kepada Saif bin Sulaimân), dia (Mujâhid) berkata: "Saya (Mujâhid)
telah mendengar 'Abdurrahmân bin Abî Laylâ[6], bahwasannya
Ka'b bin 'Ujrah[7] telah bercerita
kepadanya (kepada 'Abdurrahmân bin Abî Laylâ), dia (Ka'b bin 'Ujrah) berkata:
"Rasûlullâh SAW. pernah berdiri di hadapanku (di hadapan Ka'b bin 'Ujrah) pada
saat di Hudaybiyah, sedangkan saya (Ka'b bin 'Ujrah) dalam keadaan Kutu
berjatuhan dari kepalaku". Beliau SAW. berkata: "Apakah Kutu itu
menyakitimu (mengganggu Ka'b bin 'Ujrah)?". Saya (Ka'b bin 'Ujrah)
berkata: "Iya". Beliau SAW. bersabda: "Cukurlah kepalamu (kepala
K`'b bin 'Ujrah)", atau beliau SAW. berkata: "Bercukurlah". Tentang
aku (Ka'b bin 'Ujrah) lah Ayat ini turun (Surat al-Baqarah, Ayat: 196):
.........
فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيْضًا أَوْ بِهِ أَذًى مِّنْ رَّأْسِهِ ..........
(١٩٦)
196. …………. Jika di antara
kalian ada yang sakit atau ada gangguan di kepalanya………….".
"(Ka'b bin
'Ujrah melanjutkan perkataannya): "Kemudian Nabi SAW. bersabda: "Berpuasalah
tiga hari, atau bersedekah dengan satu faraq (16 ritl) untuk enam Orang Miskîn,
atau berqurbanlah (sembelihlah Binatang Qurban) yang mudah (didapat)".
1.
Al-Hâfizh Bukhârî juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (No. Hadis: 3870).
2. Al-Hâfizh Muslim[11] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslimnya (No. Hadis: 2081, 2082, dan 2086).
3. Al-Hâfizh at-Tirmidzî[12] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (No. Hadis: 2899), dan kata al-Hâfizh at-Tirmidzî: “Hadis yang
ia (at-Tirmidzî) riwayatkan berkualitas hasan shahîh”.
4. Al-Hâfizh Abû Dâwud[13]
juga meriwayatkan sebagaimana
Hadis di atas
dalam Sunan Abî Dâwudnya (No. Hadis: 1586).
5. Al-Hâfizh an-Nasâ-î[14] juga
meriwayatkan sebagaimana
Hadis di atas dalam Sunan
an-Nasâ-î al-Kubrânya (No. Hadis: 4113 dan 11031).
6. Al-Hâfizh Ibnu Mâjah[15] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Sunan Ibn Mâjahnya (No. Hadis: 3070).
7. Al-Hâfizh Ahmad bin Hanbal[16] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Musnad
al-Imâm Ahmad Ibn
Hanbalnya (No. Hadis: 17406, dan
17426).
8. Al-Hâfizh ad-Dâruquthnî[17] juga
meriwayatkan sebagaimana
Hadis di atas dalam Sunan ad-Dâruquthnînya (No. Hadis: 2814, dan 2816).
9. Al-Hâfizh
ath-Thabrânî[18]
juga meriwayatkan sebagaimana
Hadis di atas dalam al-Mu’jam al-Kabîrnya (19/137), atau (No.
Hadis: 300-302).
10. Al-Hâfizh ath-Thayâlisî[19] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Musnad Abû Dâwud
ath-Thayâlisînya (2/13), atau (No. Hadis: 1158, dan 1161).
11.
Al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim[20] juga meriwayatkan sebagaimana
Hadis di atas dalam Tafsîr
Ibn Abî Hâtimnya (No. Hadis: 1813).
12.
Imâm Ibnu Jarîr[21] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Jâmi’ al-Bayân ‘an
Ta-wîl ay al-Qurânnya (3/382-3/384, dan 3/386-3/387) [22].
13. Al-Hâfizh Ibnu Katsir[23] juga
mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîmnya (Jilid. 1,
Juz. 1, halaman: 535)[24],
dengan menyandarkan kepada Riwayat al-Hâfizh
Bukhârî dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (No. Hadis: 1687 dan 3870).
14. Al-Hâfizh Jalâluddîn
as-Suyûthî[25] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûlnya (Juz. 2, 2/al-Baqarah), dengan menisbahkan kepada Riwayat al-Hâfizh Bukhârî dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (No. Hadis: 1687 dan 3870).
15. Imâm al-Wâhidî juga
mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Asbâb an-Nuzûl li al-Wâhidînya
(halaman: 39).
16. Abû ‘Awânah[26] juga
mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Mustakhraj Abî ‘Awânahnya (No. Hadis: 2972, dan
2975).
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ, قَالَ:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَابِقٍ, قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيْمُ بْنُ طَهْمَانَ،
عَنْ أَبِيْ الزُّبَيْرِ، عَنْ عَطَاءِ بْنِ أَبِيْ رَبَاحٍ، عَنْ صَفْوَانَ بْنِ
يَعْلَى بْنِ أُمَيَّةَ، عَنْ أَبِيْهِ, قَالَ: جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُتَضَمِّخٌ بِالْخَلُوْقِ، عَلَيْهِ مُقَطِّعَاتٍ،
قَدْ أَحْرَمَ بِعُمْرَةِ. فَقَالَ: كَيْفَ تَأْمُرُنِيْ يَا رَسُوْلَ اللهِ فِيْ
عُمْرَتِيْ؟. فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: (وَأَتِمُّوْا الْحَجَّ
وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ........). فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: مَنِ السَّائِلُ عَنِ الْعُمْرَةِ؟. فَقَالَ: أَنَا. فَقَالَ: أَلْقِ ثِيَابَكَ،
وَاغْتَسِلْ، وَاسْتَنْشِقْ مَا اسْتَطَعْتَ. وَمَا كُنْتَ صَانِعًا فِيْ حِجَّتِكَ,
فَاصْنَعْهُ فِيْ عُمْرَتِكَ.
قَالَ: لَمْ يَرَوْ هَذَا
الْحَدِيْثِ عَنْ أَبِيْ الزُّبَيْرِ إِلاَّ إِبْرَاهِيْمَ، وَلَمْ يَدْخُلْ أَبُوْ
الزُّبَيْرُ بَيْنَ عَطَاءٍ وَصَفْوَانٍ أَحَدًا. وَرَوَاهُ مُجَاهِدٌ، عَنْ عَطَاءٍ،
عَنْ صَفْوَانَ بْنِ يَعْلَى، عَنْ أَبِيْهِ.
"Ahmad bin Hanbal[28] telah bercerita kepada kami (kepada ath-Thabrânî), dia (Ahmad bin
Hanbal) berkata: "Muhammad bin Sâbiq[29] telah bercerita kepada kami (kepada Ahmad bin Hanbal), dia (Muhammad
bin Sâbiq) berkata: "Ibrâhîm bin Thahmân[30]
telah bercerita kepada kami (kepada Muhammad bin Sâbiq), dari Abû az-Zubair[31],
dari 'Athâ bin Abî Rabâh[32], dari Shafwân
bin Ya'lâ bin Umaŷah[33], dari bapaknya
(yang bernama: Ya'lâ bin Umaŷah bin Abî 'Ubaidah[34]), dia (Ya'lâ
bin Umaŷah bin Abî 'Ubaidah) berkata: "Seorang lelaki dengan memakai Jubah
yang semerbak harum Parfum datang (dan bertanya) kepada Nabi SAW; dan ia (lelaki
yang memakai Jubah semerbak harum Parfum) telah berihram untuk 'Umrah. Dia (lelaki
yang memakai Jubah semerbak harum Parfum) berkata: "Wahai Rasûlullâh SAW;
bagaimana perintah anda (Nabi SAW.) dalam 'Umrah saya?". Maka Allâh SWT. menurunkan
(Surat al-Baqarah, Ayat: 196):
وَأَتِمُّوْا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ
لِلَّهِ ......... (١٩٦)
196. Dan sempurnakanlah
ibadah Haji dan 'Umrah karena Allâh. ……………….".
"(Ya'lâ
bin Umaŷah bin Abî 'Ubaidah melanjutkan perkataannya) maka Rasûlullâh SAW. berkata:
"Siapa tadi yang bertanya tentang 'Umrah?". Dia (lelaki yang memakai
Jubah semerbak harum Parfum) berkata: "Saya". Maka beliau SAW.
bersabda: "Lepaskan pakaianmu, mandi dan beristinsyaqlah[35]
semampumu. Dan apa yang kamu (lelaki yang memakai Jubah semerbak harum Parfum)
lakukan dalam Hajimu, maka lakukanlah pula dalam 'Umrahmu".
"Dia (ath-Thabrânî)
berkata: "Tidak ada yang meriwayatkan Hadis ini dari Abû az-Zubair selain
Ibrâhîm bin Thahmân, dan Abû az-Zubair tidak memasukkan seorangpun antara 'Athâ
bin Abî Rabâh dan Shafwân bin Ya'lâ bin Umaŷah. Diriwayatkan pula oleh Mujâhid,
dari 'Athâ bin Abî Rabâh, dari Shafwân bin Ya'lâ bin Umaŷah, dari ayahnya
(namanya yaitu: Ya'lâ bin Umaŷah bin Abî 'Ubaidah)". [36]
1.
Al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim juga meriwayatkan sebagaimana
Hadis di atas dalam Tafsîr
Ibn Abî Hâtimnya (No. Hadis: 1791).
2. Al-Hâfizh Ibnu 'Abdul
Barr juga mengeluarkan sebagaimana
Hadis di atas dalam at-Tamhîd (2/249 – 2/252).
3.
Al-Hâfizh Abû Nu'aim juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam ad-Dalâil (1/225) atau (No.
Hadis: 176).
4. Al-Hâfizh Jalâluddîn
as-Suyûthî juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûlnya (Juz. 2, 2/al-Baqarah), dengan menisbahkan kepada Riwayat al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya (No. Hadis: 1791).
PENJELASAN (dari asy-Syaikh
Muqbil bin Hadî al-Wadi’î):
Kata asy-Syaikh Muqbil
bin Hadî al-Wadi’î dalam ash-Shahîh al-Musnad min Asbâb an-Nuzûlnya (Surat
al-Baqarah, Ayat: 196): “Hadis riwayat ath-Thabrânî di atas juga terdapat
dalam riwayat Shahîhayn (Shahîh Bukhârî dan Muslim), akan tetapi tidak terdapat
keterangan turunnya Ayat (Surat al-Baqarah, Ayat: 196)".
Asy-Syaikh Muqbil bin
Hadî al-Wadi’î melanjutkan perkataannya: "Kata al-Hâfizh
al-Haitsamî dalam Majma' az-Zawâid wa Manba' al-Fawâidnya (3/205): "Diriwayatkan
oleh ath-Thabrânî dalam al-Mu'jam al-Awsath (No. Hadis: 1883), dan rawi-rawinya
adalah para rawi Kitâb Shahîh". Al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî
menyebutkan Riwayat ath-Thabrânî dalam Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh al-Bukhârînya,
akan tetapi ia (al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî) mendiamkannya (maksudnya:
al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî tidak menilai kualitas Hadis riwayat
ath-Thabrânî)".
Asy-Syaikh Muqbil bin
Hadî al-Wadi’î melanjutkan perkataannya: "Adapun anggapan GHARÎB
Riwayat ath-Thabrânî oleh Ibnu Katsîr dalam Tafsîr al-Qurân al-'Azhîmnya (1/532)[40] adalah tidak tepat, karena Riwayat ath-Thabrânî menjelaskan Hadis yang
terdapat dalam Shahîhayn (Shahîh Bukhârî dan Muslim)".
Asy-Syaikh Muqbil bin
Hadî al-Wadi’î melanjutkan perkataannya: "Sedangkan dalam
Riwayat Ibnu Abî Hâtim (No. Hadis: 1791), secara kasat mata (zhahîrnya)
menunjukkan gugurnya kalimat: DARI AYAHNYA (namanya yaitu: Ya'lâ bin Umaŷah bin
Abî 'Ubaidah). Sehingga Hadis riwayat Ibnu Abî Hâtim berasal dari Shafwân bin
Ya'lâ bin Umaŷah, dari ayahnya (namanya yaitu: Ya'lâ bin Umaŷah bin Abî 'Ubaidah),
sebagaimana dalam Shahîhayn (Shahîh Bukhârî dan Muslim), al-Mu'jam al-Awsath li
ath-Thabrânî, dan dalam Kitâb-kitâb Hadis selain keduanya".
PENJELASAN (kedudukan hadis di
atas):
Atsar[41] Ka'b bin 'Ujrah dan Ya'lâ bin Umaŷah di atas digolongkan Mawqûf li
hukmi Marfû’, maksudnya: hadis Mawqûf[42] yang dihukumi Marfû’[43]. Karena para Muhadditsîn[44] telah bersepakat bahwa: “Ada beberapa macam Mawqûf yang dihukumi Marfû’,
dan salah satunya yaitu: penafsiran para Sahabat yang berkaitan dengan sebab
turunnya (asbâb an-nuzûl) suatu Ayat”.
Sebagaimana penjelasan
para Muhadditsîn tersebut, maka Atsar Ka'b bin 'Ujrah dan Ya'lâ bin Umaŷah di atas tergolong hadis Mawqûf yang dihukumi Marfû’ oleh
para Muhadditsîn, sehingga (hadis Ka'b bin 'Ujrah dan Ya'lâ bin Umaŷah di atas) dapat dijadikan sebagai huĵah (pedoman/ landasan) dalam
hukum Syara’ (Islâm).
KESIMPULAN:
Surat al-Baqarah, Ayat: 196 memiliki 2 Asbâbun
Nuzûl, yaitu:
1. Mengenai Ka'b
bin 'Ujrah yang merasa terganggu (tersakiti) oleh Kutu yang ada
di Kepalanya.
2. Mengenai
seorang lelaki dengan memakai Jubah yang semerbak harum Parfum yang datang dan
bertanya mengenai 'Umrah kepada Nabi SAW.
BIBLIOGRAFI
Al-Âhâd wa al-Matsânî li Ibn Abî 'Âshim (al-Hâfizh Ibnu Abî 'Âshim).
Al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârî (al-Imâm
al-Hâfizh al-Bukhârî/ Muhammad bin
Ismâ’îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah bin Bardizbah).
Al-Jâmi’ ash-Shahîh li
Muslim (al-Imâm al-Hâfizh
Muslim/ Muslim bin al-Hajjâj bin
Muslim bin Warad).
Al-Jâmi’
ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî (al-Hâfizh at-Tirmidzî/ Muhammad bin Îsâ
bin Saurah bin Mûsâ bin adh-Dhahâk).
Al-Mu’jam al-Awsath (al-Hâfizh ath-Thabrânî/ Sulaimân bin Ahmad bin Aŷûb bin
Muthîr).
Al-Mu’jam al-Kabîr (al-Hâfizh ath-Thabrânî/ Sulaimân bin Ahmad bin Aŷûb bin
Muthîr).
Asbâb an-Nuzûl li al-Wâhidî (Imâm al-Wâhidî).
Jâmi’ al-Bayân
‘an Ta-wîl ay al-Qurân (Imâm Ibnu
Jarîr/ Muhammad bin Jarîr bin
Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib).
Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûl (al-Hâfizh as-Suyûthî/ ‘Abdurrahmân bin Abî
Bakr).
Musnad Abû Dâwud ath-Thayâlisî (al-Hâfizh ath-Thayâlisî/ Sulaimân bin Dâwud bin
al-Jarûd).
Musnad al-Imâm
Ahmad Ibn Hanbal (al-Imâm al-Hâfizh Ahmad bin Hanbal/ Ahmad
bin Muhammad bin Hanbal bin
Hilâl bin Asad).
Mustakhraj Abî ‘Awânah (Abû ‘Awânah/ Wadhâh bin ‘Abdullâh Maulâ Yazîd bin
‘Athâ’).
Shahîh Ibn
Hibbân (al-Hâfizh Ibnu Hibbân/ Muhammad bin Hibbân bin Ahmad bin
Hibbân bin Mu’âdz bin Ma’bad).
Sunan Abî Dâwud (al-Hâfizh Abû
Dâwud/ Sulaimân bin al-Asy’ats bin Syadâd bin
‘Amrû
bin ‘Âmir).
Sunan
ad-Dâruquthnî (al-Hâfizh ad-Dâruquthnî/
‘Alî bin ‘Umar bin Ahmad bin
Mahdî
bin Mas’ûd bin an-Nu’mân bin Dînâr).
Sunan an-Nasâ-î al-Kubrâ (al-Hâfizh an-Nasâ-î/ Ahmad bin Syu’aib bin ‘Alî bin
Sunân bin Bahr).
Sunan Ibn Mâjah (al-Hâfizh Ibnu Mâjah/ Muhammad bin Yazîd).
Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm (al-Hâfizh Ibnu Katsîr/ Ismâ’îl bin ‘Amr bin Katsîr).
Tafsîr Ibn Abî Hâtim (al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim/ ‘Abdurrahmân bin Abî Hâtim).
[1] Al-Hâfizh adalah: Gelar
ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan
hadis, dan dapat men-ta’dîl-kan dan men-jarh-kan para perawi
hadis, serta seorang Hâfizh itu harus mempunyai kapasitas menghafal
100.000 hadis. Contoh para Huffâzh: Ahmad bin Hanbal, Yahyâ bin Ma’în,
‘Alî bin al-Madînî, Bukhârî, Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu
Mâjah, ad-Dârimî, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, ad-Dâruquthnî, ath-Thabrânî,
al-Bayhaqî, al-Hâkim, Zainuddîn ‘Abdurrahîm al-‘Irâqî, Syarafuddîn ad-Dimyathî,
Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, al-Mizzî, al-Haitsamî, adz-Dzahabî, Abû Zar’ah
ar-Râzî, Abû Hâtim ar-Râzî, Ibnu Hazm, Ibnu Abî Hâtim, Ibnu ‘Adî, Ibnu
al-Mundzir, Ibnu ‘Abdul Bâr, Ibnu Katsîr, Ibnu as-Sakan, Jalâluddîn as-Suyûthî,
Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî, dan sebagainya.
[2]
Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah bin
Bardizbah. Ia (Bukhârî) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ pertengahan.
Dan ia (Bukhârî) juga merupakan seorang tsiqqah mutqan al-Imâm al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang
kuat lagi kokoh, al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (Bukhârî) juga
seorang pakar hadîts (hadis), tafsîr (tafsir), fiqh
(fiqih), târîkh (sejarah) dan lughah (gramatika). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Ju’fŷ al-Bukhârî. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû ‘Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm
al-Hâfizh Bukhârî. Ia (Bukhârî) lahir di Bukhârâ pada tahun 194
Hijriyah. Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (Bukhârî) wafat di desa Khartank
(wilayah Samarqand) pada tahun 256 Hijriyah.
[3] Nama sebenarnya yaitu: al-Fadhl bin Dakyan bin Hammâd bin
Zuhair. Ia (Abû Nu’aim) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în junior. Ia (Abû
Nu’aim) adalah seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan
ke-dhabith-annya, serta seorang yang konsisten). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Malâ-î at-Taymiy. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû Nu’aim. Laqab (gelar/titel) nya: al-Ahwal. Tempat
tinggalnya di Kûfah. Ia (Abû Nu’aim) wafat di Kûfah pada tahun 218
Hijriyah.
[4] Namanya yaitu: Saif bin Sulaimân. Ia (Saif bin Sulaimân) hidup bersama
Tâbi’în junior, akan tetapi ia (Saif bin Sulaimân) tidak bertemu dengan
Sahabat Nabi
SAW. Ia (Saif bin Sulaimân) adalah seorang tsiqqah
tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang
yang konsisten). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Makhzûmî al-Makkî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Sulaimân. Tempat tinggalnya
di Bashrah. Ia (Saif bin Sulaimân) wafat pada tahun 156 Hijriyah.
[5] Nama lengkapnya
yaitu: Mujâhid bin Jabar. Ia (Mujâhid) merupakan seorang Tâbi’în
pertengahan. Ia (Mujâhid) adalah seorang yang tsiqqah (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Makhzûmî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Haĵâj. Tempat tinggalnya
di Marwa ar-Ruwadz (salah satu Kota di Khurrâsân). Ia (Mujâhid)
wafat di Marwa ar-Ruwadz pada tahun 102 Hijriyah.
[6] Nama
lengkapnya yaitu: 'Abdurrahmân bin Abî Laylâ Yasâr. Ia ('Abdurrahmân bin Abî Laylâ)
merupakan seorang Tâbi’în senior. Ia ('Abdurrahmân bin Abî Laylâ) adalah
seorang yang tsiqqah (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya).
Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Anshârî al-Awsî. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû 'Îsâ. Tempat tinggalnya di Kûfah. Ia
('Abdurrahmân bin Abî Laylâ) wafat di Darayâ pada tahun 83 Hijriyah.
[7] Namanya yaitu:
Ka'b bin 'Ujrah. Ia (Ka'b bin 'Ujrah) merupakan salah satu Sahabat Nabi
SAW. Semua Sahabat Nabi SAW. tsiqqah dan ‘âdl. Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Anshârî. Kuniyah (nama akrab) nya
yaitu: Abû Muhammad. Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (Ka'b bin
'Ujrah) wafat di Madînah pada tahun 51 Hijriyah.
[8] Muhadditsîn yaitu: Orang yang hafal matan-matan
hadis, mengetahui gharîb serta faqîh, hafal sanad,
mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan antara yang shahîh dengan
yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari sanad-sanad
hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya. Contoh para Muhadditsîn:
Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î, Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim,
at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan
sebagainya.
[9]
Hadis Shahîh ialah: Hadis yang bersambung (muttashil) sanadnya,
diriwayatkan oleh orang yang ‘âdl (‘âdl yaitu: orang yang
istiqamah dalam beragama, baik akhlaqnya, tidak fasiq dan tidak melakukan cacat
muru’ah), sempurna ke-dhabith-annya, tidak ada keganjilan (syadzdz),
dan tidak ada kecacatan (‘illat).
[10] Tsiqqât adalah: Para
perawi hadis yang kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya.
[11] Nama lengkapnya yaitu: Muslim bin al-Hajjâj bin Muslim bin Warad. Ia (Imâm
Muslim) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ dekat pertengahan. Dan ia (Imâm
Muslim) juga merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh al-Hujjah
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang
al-Imâm al-Hâfizh dan al-Hujjah). Ia (Imâm Muslim) juga
seorang pakar hadîts (hadis) terkemuka. Nasab (keturunan) nya
yaitu: al-Qusyairî an-Naysâbûrî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu:
Abû al-Husain. Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm al-Hâfizh Muslim.
Ia (Imâm Muslim) lahir di Naysâbûr (Kota kecil yang ada di negara Iran) pada tahun 204 atau 206 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Naysâbûr.
Ia (Imâm Muslim) wafat di Naysâbûr pada tahun 261 Hijriyah.
[12] Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin 'Îsâ bin Saurah bin Mûsâ bin adh-Dhaĥâk.
Ia (at-Tirmidzî) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ junior. Dan ia
(at-Tirmidzî) juga merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh (kredibel
ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm dan
al-Hâfizh). Ia (at-Tirmidzî) juga seorang pakar hadîts (hadis) dan
fiqh (fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: as-Sulamî. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Îsâ. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh at-Tirmidzî. Ia (at-Tirmidzî) lahir di Turmudzî (Kota kecil yang
terletak di sebelah Utara negara Iran) pada tahun 209 atau 210 Hijriyah. Tempat
tinggalnya di Turmudzî. Ia (at-Tirmidzî) wafat pada tahun 279 Hijriyah di
daerah Bugh, yaitu suatu daerah yang dekat dengan daerah Turmudzî.
[13] Nama sebenarnya yaitu: Sulaimân bin al-Asy’ats bin Syadâd bin ‘Amrû bin
‘Âmir. Ia (Abû
Dâwud) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ dekat pertengahan. Dan ia (Abû
Dâwud) juga merupakan seorang tsiqqah mutqan al-Imâm al-Hâfizh (kredibel
ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang kuat lagi kokoh,
al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (Abû Dâwud) juga seorang pakar hadîts
(hadis), dan fiqh (fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Azdî
as-Sijistânî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Dâwud. Laqab
(gelar/titel) nya: al-Hâfizh Abû Dâwud. Ia (Abû Dâwud) lahir di Sijistân
(suatu Daerah yang terletak antara negara Iran dan Afghanistan) pada tahun 202
Hijriyah. Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Abû Dâwud) wafat di Bashrah
pada tahun 275 Hijriyah.
[14] Nama sebenarnya yaitu: Ahmad bin Syu’aib bin ‘Alî bin Sunân bin Bahr. Ia (an-Nasâ-î)
merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ junior. Dan ia (an-Nasâ-î) juga
merupakan seorang tsiqqah al-Qâdhî al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm al-Hâfizh dan
seorang Hakim di Mesir). Ia (an-Nasâ-î) juga seorang pakar hadîts
(hadis) dan fiqh (fiqih). Nasab
(keturunan) nya yaitu: an-Nasâ-î an-Nasawy. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû ‘Abdurrahmân. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh
an-Nasâ-î. Ia (an-Nasâ-î) lahir di Kota Nasâ (wilayah Khurrâsân)
pada tahun 215 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Mesir. Ia (an-Nasâ-î) wafat di Ramalah (wilayah Palestina) pada tahun 303
Hijriyah; ia (an-Nasâ-î) dimakamkan di Baitul Maqdis (Palestina). Ia (an-Nasâ-î) berusia 88 tahun.
[15] Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin Yazîd. Ia (Ibnu Mâjah) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’
junior. Dan ia (Ibnu Mâjah) juga merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang
al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (Ibnu Mâjah) juga seorang pakar hadîts
(hadis), tafsîr (tafsir), fiqh (fikih), dan târîkh
(sejarah). Nasab (keturunan) nya yaitu: ar-Rabi’î al-Qazwînî. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh
Ibn Mâjah. Ia (Ibnu Mâjah) lahir di Qazwîn (Kota besar yang ada di
negara Iran) pada tahun 207 atau 209 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Qazwîn.
Ia (Ibnu Mâjah) wafat pada tahun 273 Hijriyah.
[16] Nama sebenarnya
yaitu: Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin Asad. Ia (Ahmad bin Hanbal)
merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ senior. Dan ia (Ahmad bin Hanbal) juga
merupakan seorang tsiqqah mutqan al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm al-Hâfizh yang
kuat dan kokoh). Ia (Ahmad bin Hanbal) juga seorang pakar hadîts (hadis)
dan fiqh (fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: asy-Syaibânî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Abdullâh. Laqab
(gelar/titel) nya: al-Imâm al-Hâfizh Ahmad Ibn Hanbal. Ia (Ahmad
bin Hanbal) lahir di Baghdâd pada tahun 164 Hijriyah. Tempat tinggalnya
di Baghdâd. Ia (Ahmad bin Hanbal) wafat di Baghdâd pada tahun 241
Hijriyah.
[17] Nama sebenarnya yaitu: ‘Alî bin ‘Umar bin Ahmad bin Mahdî bin Mas’ûd bin
an-Nu’mân bin Dînâr. Ia (ad-Dâruquthnî) merupakan seorang tsiqqah al-Imâm
al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta
seorang al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (ad-Dâruquthnî) juga seorang
pakar lughah (gramatika) hadîts (hadis), dan fiqh (fiqih).
Nasab (keturunan) nya yaitu: ad-Dâruquthnŷ al-Baghdâdî. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû al-Hasan. Laqab (gelar/titel) nya:
al-Hâfizh ad-Dâruquthnî. Ia (ad-Dâruquthnî) lahir di Dâr al-Qathn (salah satu
Kota yang terletak di Baghdâd) pada tahun 306 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Dâr al-Qathn.
Ia (ad-Dâruquthnî) wafat Dâr al-Qathn pada tahun 385 Hijriyah.
[18] Nama sebenarnya yaitu: Sulaimân bin Ahmad bin Aŷûb bin Muthîr. Nasab (keturunan)
nya yaitu: al-Lakhamî asy-Syâmî ath-Thabrânî. Kuniyah (nama
akrab) nya yaitu: Abû al-Qâsim. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh
ath-Thabrânî. Ia (ath-Thabrânî) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh). Ia (ath-Thabrânî) juga seorang pakar tafsîr
(tafsir) dan
hadîts (hadis). Ia (ath-Thabrânî) lahir di Thabariŷah (wilayah
Palestina) pada tahun 260 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Ishfahân. Ia (ath-Thabrânî) wafat di
Ishfahân pada tahun 360 Hijriyah.
[19] Nama sebenarnya
yaitu: Sulaimân bin Dâwud bin al-Jarûd. Nasab (keturunan) nya yaitu: ath-Thayâlisî.
Ia (ath-Thayâlisî) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în junior. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû Dâwud. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh
ath-Thayâlisî. Ia (ath-Thayâlisî) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh).
Ia (ath-Thayâlisî) juga seorang pakar hadîts (hadis). Ia (ath-Thayâlisî)
lahir di Bashrah pada tahun 133 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Bashrah.
Ia (ath-Thayâlisî) wafat di Bashrah pada tahun 204 Hijriyah.
[20] Nama
lengkapnya yaitu: ‘Abdurrahmân bin Abî Hâtim. Ia (Ibnu Abî Hâtim) adalah
seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: ar-Râzî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhammad. Laqab
(gelar/titel) nya: al-Hâfizh Ibn Abî Hâtim. Ia (Ibnu Abî Hâtim) adalah
pakar tafsîr (tafsir) dan hadîts (hadis). Ia (Ibnu Abî Hâtim)
wafat pada tahun 327 Hijriyah.
[21] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib.
Ia
(Ibnu Jarîr) merupakan seorang tsiqqah ‘âlim (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang ‘âlim). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Âmalî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû
Ja’far ath-Thabarî. Laqab (gelar/titel) nya: Abâ at-Tafsîr
dan Abâ at-Târîkh. Ia (Ibnu Jarîr) lahir di Thabari Sittân pada
tahun 224 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Baghdâd. Ia (Ibnu Jarîr) wafat
di Baghdâd pada tahun 310 Hijriyah.
[22] Imâm Ibnu
Jarîr. 2001. Tafsîr ath-Thabarî, Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta-wîl ay al-Qurân;
Tahqîq Dr. ‘Abdullâh bin ‘Abdul Muhsin at-Tirkî. Kairo: Badâr Hajar.
Cetakan Pertama, Juz. 3, halaman: 382 -384, dan 386 - 387.
[23] Nama lengkapnya yaitu: Ismâ’îl
bin ‘Amr bin Katsîr. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Qurasyî
ad-Dimasyqî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Fidâ’. Laqab
(gelar/titel) nya: al-Hâfizh Ibn Katsîr. Ia (Ibnu Katsîr) adalah seorang
tsiqqah mutqan al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh yang kokoh dan kuat). Ia (Ibnu Katsîr) juga
seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts (hadis) dan târîkh
(sejarah). Ia (Ibnu Katsîr) lahir di Bashrah pada tahun 700 Hijriyah.
Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Ibnu Katsîr) wafat di Bashrah
pada tahun 774 Hijriyah, dan dikubur di Damsyiq (Damaskus).
[24] Al-Hâfizh Ibnu Katsîr. Tafsîr al-Qurân
al-‘Azhîm, Tahqîq Sâmî bin Muhammad as-Salâmah. Ar-Riyadh: Dâr
Thayyibah. Jilid. 1, Juz. 1, halaman: 535.
[25] Nama sebenarnya yaitu:
‘Abdurrahmân bin Abî Bakr. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Jalâluddîn.
Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh as-Suyûthî. Ia (as-Suyûthî) adalah seorang tsiqqah
al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh). Serta ia (as-Suyûthî) juga seorang pakar tafsîr
(tafsir), hadîts (hadis), lughah (gramatika), adb
(sastra), fiqh (fikih), târîkh (sejarah), dan sebagainya. Nasab
(keturunan) nya yaitu: as-Suyûthî. Ia (as-Suyûthî) lahir di Qâhirah
pada tahun 849 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Qâhirah. Ia (as-Suyûthî)
wafat di Qâhirah pada tahun 911 Hijriyah.
[26] Nama lengkapnya yaitu: Wadhâh bin ‘Abdullâh Maulâ Yazîd bin ‘Athâ’. Ia (Abû
‘Awânah) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în senior. Ia (Abû ‘Awânah) adalah
seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang yang konsisten). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Yasykarî
al-Wâsithî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Awânah. Tempat
tinggalnya di Bashrah. Ia (Abû ‘Awânah) wafat di Bashrah pada
tahun 176 Hijriyah.
[27] Nama sebenarnya yaitu: Sulaimân bin Ahmad bin Aŷûb bin Muthîr. Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Lakhamî asy-Syâmî ath-Thabrânî. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû al-Qâsim. Laqab (gelar/titel) nya:
al-Hâfizh ath-Thabrânî. Ia (ath-Thabrânî) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh). Ia (ath-Thabrânî) juga seorang pakar tafsîr
(tafsir) dan
hadîts (hadis). Ia (ath-Thabrânî) lahir di Thabariŷah (wilayah
Palestina) pada tahun 260 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Ishfahân. Ia (ath-Thabrânî) wafat di
Ishfahân pada tahun 360 Hijriyah.
[28] Nama sebenarnya
yaitu: Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Hilâl bin Asad. Ia (Ahmad bin Hanbal)
merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ senior. Dan ia (Ahmad bin Hanbal) juga
merupakan seorang tsiqqah mutqan al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm al-Hâfizh yang
kuat dan kokoh). Ia (Ahmad bin Hanbal) juga seorang pakar hadîts (hadis)
dan fiqh (fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: asy-Syaibânî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Abdullâh. Laqab
(gelar/titel) nya: al-Imâm al-Hâfizh Ahmad Ibn Hanbal. Ia (Ahmad
bin Hanbal) lahir di Baghdâd pada tahun 164 Hijriyah. Tempat tinggalnya
di Baghdâd. Ia (Ahmad bin Hanbal) wafat di Baghdâd pada tahun 241
Hijriyah.
[29] Namanya yaitu:
Muhammad bin Sâbiq. Ia (Muhammad bin Sâbiq) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’
senior. Dan ia (Muhammad bin Sâbiq) juga merupakan seorang yang tsiqqah (kredibel
ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya). Nasab (keturunan) nya
yaitu: al-Bazzâz at-Tamîmî. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû Ja'far. Tempat tinggalnya di Baghdâd. Ia (Muhammad bin Sâbiq) wafat pada tahun 213 Hijriyah.
[30] Nama lengkapnya yaitu: Ibrâhîm bin Thahmân bin Syu'bah. Ia (Ibrâhîm
bin Thahmân) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în senior. Dan ia (Ibrâhîm bin
Thahmân) juga merupakan seorang yang tsiqqah (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Khurrasânî
al-Makkî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Sa'îd. Tempat
tinggalnya di Hamsh. Ia (Ibrâhîm bin Thahmân) wafat di Marwa ar-Ruwadz (salah
satu Kota di Khurrâsân) pada tahun 168 Hijriyah.
[31] Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin Muslim bin Tadris. Ia (Abû
az-Zubair) merupakan seorang Tâbi’în dekat pertengahan. Ia (Abû
az-Zubair) adalah seorang yang tsiqqah (kredibel ke-‘âdl-an dan
ke-dhabith-annya). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Asadî. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû az-Zubair. Tempat tinggalnya di Marwa ar-Ruwadz (salah satu Kota di Khurrâsân). Ia (Abû az-Zubair) wafat pada
tahun 126 Hijriyah.
[32] Nama lengkapnya
yaitu: 'Athâ bin Abî Rabâh Aslam. Ia ('Athâ bin Abî Rabâh) merupakan seorang
Tâbi’în pertengahan. Ia ('Athâ bin Abî Rabâh) adalah seorang yang tsiqqah
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Qurasyî. Kuniyah (nama akrab) nya
yaitu: Abû Muhammad. Tempat tinggalnya di Marwa ar-Ruwadz (salah
satu Kota di Khurrâsân). Ia ('Athâ bin Abî Rabâh) wafat di Marwa ar-Ruwadz
pada tahun 114 Hijriyah.
[33] Namanya yaitu:
Shafwân bin Ya'lâ bin Umaŷah. Ia (Shafwân bin Ya'lâ) merupakan seorang
Tâbi’în senior. Ia (Shafwân bin Ya'lâ) adalah seorang yang tsiqqah
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya). Nasab
(keturunan) nya yaitu: at-Tamîmî. Tempat tinggalnya di Marwa
ar-Ruwadz (salah satu Kota di Khurrâsân).
[34] Namanya yaitu:
Ya'lâ bin Umaŷah bin Abî 'Ubaidah. Ia (Ya'lâ bin Umaŷah) merupakan salah satu Sahabat
Nabi SAW. Semua Sahabat Nabi SAW. tsiqqah dan ‘âdl. Nasab
(keturunan) nya yaitu: at-Tamîmî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu:
Abû Khalaf. Laqab (gelar/titel) nya: Ibn Muniyah. Tempat
tinggalnya di Marwa ar-Ruwadz (salah satu Kota di Khurrâsân).
[35] Istinsyaq
yaitu: "Menghirup air ke dalam Hidung, kemudian mengeluarkannya
kembali".
[36] Hadis
riwayat ath-Thabrânî di atas memiliki Syawâhid (penguat-penguat), akan
tetapi dalam Syawâhid (penguat-penguat) tersebut tidak terdapat
keterangan turunnya Ayat (Surat al-Baqarah, Ayat: 196). Syawâhid (penguat-penguat)
tersebut diriwayatkan oleh: al-Hâfizh Bukhârî dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (No. Hadis: 1664). Al-Hâfizh Muslim dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslimnya
(No. Hadis: 2017, 2019, dan 2021). Al-Hâfizh Abû Dâwud
dalam Sunan Abî Dâwudnya (No. Hadis: 1553). Al-Hâfizh an-Nasâ-î dalam
Sunan an-Nasâ-î al-Kubrânya (No. Hadis: 2620). Al-Hâfizh Ahmad bin Hanbal dalam Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbalnya (No. Hadis: 17269). Al-Hâfizh Ibnu Hibbân
dalam Shahîh Ibn Hibbânnya (No. Hadis: 3850). Al-Hâfizh Ibnu Abî 'Âshim dalam
al-Âhâd wa al-Matsânî
li Ibn Abî 'Âshimnya (No. Hadis: 1055).
[37] Muhadditsîn yaitu: Orang yang hafal matan-matan
hadis, mengetahui gharîb serta faqîh, hafal sanad,
mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan antara yang shahîh dengan
yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari sanad-sanad
hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya. Contoh para Muhadditsîn:
Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î, Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim,
at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan
sebagainya.
[38]
Hadis Shahîh ialah: Hadis yang bersambung (muttashil) sanadnya,
diriwayatkan oleh orang yang ‘âdl (‘âdl yaitu: orang yang
istiqamah dalam beragama, baik akhlaqnya, tidak fasiq dan tidak melakukan cacat
muru’ah), sempurna ke-dhabith-annya, tidak ada keganjilan (syadzdz),
dan tidak ada kecacatan (‘illat).
[39] Tsiqqât adalah: Para
perawi hadis yang kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya.
[40] Al-Hâfizh Ibnu Katsîr. Tafsîr al-Qurân
al-‘Azhîm, Tahqîq Sâmî bin Muhammad as-Salâmah. Ar-Riyadh: Dâr
Thayyibah. Jilid. 1, Juz. 1, halaman: 532.
[41] Atsar adalah: Sesuatu yang
disandarkan kepada Sahabat dan Tâbi’în, baik berupa perkataan dan
perbuatan.
[42] Hadis Mawqûf
yaitu: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan dan persetujuan; baik bersambung sanadnya ataupun terputus sanadnya.
[43] Marfu’
maksudnya: Terangkatnya derajat hadis hingga ke Nabi SAW.
[44] Muhadditsîn
yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh,
hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan antara yang shahîh
dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari
sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya.
Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î, Imâm Ahmad bin
Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu
Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.
subhanalloh
BalasHapusMaha Suci Allah.
Hapus