Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah (2), Ayat: 125
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوْا مِنْ
مَقَامِ إِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيْمَ وَإِسْمَاعِيْلَ أَنْ
طَهِّرَا بَيْتِيَ لِلطَّائِفِيْنَ وَالْعَاكِفِيْنَ وَالرُّكَّعِ السُّجُوْدِ
(١٢٥)
125. Dan (ingatlah) ketika Kami (Allâh) menjadikan rumah (Ka’bah)
itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah Maqam
Ibrâhîm tempat shalat. Dan telah Kami (Allâh) perintahkan kepada Ibrâhîm dan Ismâ’îl: "Bersihkanlah rumah-Ku
(Ka’bah) untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang
sujud".
Al-Imâm al-Hâfizh[1] Bukhârî[2]
meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (No. Hadis:
387) atau (2/51):
حَدَّثَنَا عَمْرُو
بْنُ عَوْنٍ, قَالَ: حَدَّثَنَا هُشَيْمٌ, عَنْ حُمَيْدٍ, عَنْ أَنَسِ بْنِ
مَالِكٍ, قَالَ: قَالَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: وَافَقْتُ
رَبِّيْ فِيْ ثَلَاثٍ, فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, لَوْ اتَّخَذْنَا مِنْ
مَقَامِ إِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى. فَنَزَلَتْ: (....وَاتَّخِذُوْا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى....). وَآيَةُ الْحِجَابِ.
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ, لَوْ أَمَرْتَ نِسَاءَكَ أَنْ يَّحْتَجِبْنَ,
فَإِنَّهُ يُكَلِّمُهُنَّ الْبَرُّ وَالْفَاجِرُ, فَنَزَلَتْ آيَةُ الْحِجَابِ.
وَاجْتَمَعَ نِسَاءُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْغَيْرَةِ
عَلَيْهِ, فَقُلْتُ لَهُنَّ: عَسَى رَبُّهُ إِنْ طَلَّقَكُنَّ أَنْ يُّبَدِّلَهُ
أَزْوَاجًا خَيْرًا مِّنْكُنَّ. فَنَزَلَتْ هَذِهِ الْآيَةُ.
“Telah bercerita kepada kami ‘Amr bin ‘Aun[3], dia (‘Amr bin ‘Aun) berkata: “Husyaim[4] telah bercerita kepada kami (kepada ‘Amr bin ‘Aun), dari Humaid[5], dari Anas bin Mâlik[6], dia (Anas bin Mâlik) berkata: “‘Umar bin al-Khaththâb[7] berkata: “Saya sepakat/ seide/ bersesuaian dengan
Rabbku (Allâh) dalam tiga hal:
“(Hal pertama), saya (‘Umar
bin al-Khaththâb) berkata: “Wahai Rasûlullâh, seandainya anda (Nabi SAW.) menjadikan
Makam Ibrâhîm sebagai tempat shalat, maka turunlah (Surat al-Baqarah, Ayat:
125):
...... وَاتَّخِذُوْا
مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيْمَ مُصَلًّى ...... (١٢٥)
125. Dan (ingatlah) ketika Kami (Allâh) menjadikan rumah (Ka’bah)
itu tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah Maqam
Ibrâhîm tempat shalat. Dan telah Kami (Allâh) perintahkan kepada Ibrâhîm dan Ismâ’îl: "Bersihkanlah rumah-Ku
(Ka’bah) untuk orang-orang yang thawaf, yang i'tikaf, yang ruku' dan yang
sujud".
“Dan (hal kedua yaitu) mengenai Ayat Hijâb; saya (‘Umar bin al-Khaththâb) berkata: “Wahai Rasûlullâh, seandainya anda (Nabi SAW.)
memerintahkan isteri-isteri anda agar berhijab, karena yang mengajak mereka (para
isteri Nabi SAW.) bicara itu ada yang baik dan ada pula yang jahat, maka
turunlah Ayat Hijâb (Surat al-Ahzâb, Ayat: 53)”.
“(Hal ketiga), pernah para isteri Nabi SAW. berkumpul karena
cemburu kepada Beliau SAW; lalu saya (‘Umar bin al-Khaththâb) berkata kepada mereka (kepada para isteri Nabi SAW): “Bisa
jadi kalau Beliau SAW. menceraikan kalian (menceraikan para isteri Nabi SAW); pasti
Rabbnya (Allâh) akan menggantinya dengan isteri-isteri yang lebih baik daripada
kalian (daripada para isteri Nabi SAW. yang akan dicerai oleh Beliau SAW). Maka
turunlah Ayat ini (Surat at-Tahrîm, Ayat: 5)”.
Al-Imâm al-Hâfizh[9] Bukhârî mendeskripsikan dalam at-Tafsîr al-Kabîrnya (9/235), di
dalamnya ada mutâba’ah (pendukung) Yahyâ bin Sa’îd untuk Husyaim, dan beliau
(Imâm Bukhârî) mencantumkan dalam dua tempat secara mu’allaq (tidak
disebutkan sanadnya), yang mana terdapat ungkapan tegas adanya sima’ (mendengar)
Husyaim dari Humaid.
Al-Hâfizh Ibnu Hajar al-‘Asqalânî[10] berkata dalam Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh al-Bukhârînya (2/51): “Maka
amanlah Hadis di atas dari tadlîs[11] nya Humaid”.
Al-Hâfizh at-Tirmidzî[12]
juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam al-Jâmi’
ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/69),
dan kata al-Hâfizh at-Tirmidzî: “Hadis yang ia (at-Tirmidzî)
riwayatkan berkualitas hasan shahîh”. Dalam bab ini juga ada periwayatan dari ‘Abdullâh bin ‘Umar, beliau (‘Abdullâh
bin ‘Umar) mencukupkan dengan lafazh:(وَاتَّخِذُوْا) , artinya:
“Dan ambillah/ jadikanlah”.
Al-Hâfizh Ibnu Katsir[13] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Tafsîr
al-Qurân al-‘Azhîmnya (1/24 dan 1/36), dengan menyandarkan kepada riwayat al-Hâfizh an-Nasâ-î
dan Ibnu Mâjah.
Imâm Ibnu Jarîr[14]
juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta-wîl
ay al-Qurânnya (1/534), sebagaimana
Riwayat al-Hâfizh at-Tirmidzî.
PENJELASAN
(kedudukan hadis di atas):
Atsar[15] ‘Umar bin
al-Khaththâb di
atas digolongkan Mawqûf li hukmi
Marfû’, maksudnya: hadis Mawqûf[16]
yang dihukumi Marfû’[17].
Karena para Muhadditsîn[18]
telah bersepakat bahwa: “Ada beberapa macam Mawqûf yang dihukumi Marfû’, dan
salah satunya yaitu: penafsiran para Sahabat yang berkaitan dengan sebab
turunnya (asbâb an-nuzûl) suatu Ayat”.
Sebagaimana
penjelasan para Muhadditsîn tersebut, maka Atsar ‘Umar
bin al-Khaththâb di atas tergolong hadis Mawqûf yang
dihukumi Marfû’ oleh para Muhadditsîn, sehingga (hadis ‘Umar
bin al-Khaththâb di atas) dapat dijadikan sebagai hujjah
(pedoman/landasan) dalam hukum Syara’ (Islam).
BIBLIOGRAFI
Al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârî (al-Imâm al-Hâfizh al-Bukhârî/ Muhammad bin Ismâ’îl
bin Ibrâhîm bin
al-Mughîrah bin Bardizbah).
Al-Jâmi’
ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî (al-Hâfizh
at-Tirmidzî/ al-Imâm
al-Hâfizh
Muhammad bin Îsâ bin Saurah bin Mûsâ bin adh-Dhahâk).
At-Tafsîr
al-Kabîr (al-Imâm al-Hâfizh al-Bukhârî/ Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhîm
bin
al-Mughîrah bin Bardizbah).
Fath al-Bârî bi Syarh Shahîh al-Bukhârî
(al-Hâfizh Ibnu Hajar al-‘Asqalânî/ Ahmad bin ‘Alî
bin Muhammad bin Muhammad bin ‘Alî).
Jâmi’
al-Bayân ‘an Ta-wîl ay al-Qurân (Imâm Ibnu Jarîr/ al-Imâm
al-‘Âlim Muhammad bin
Jarîr bin
Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib).
Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm (al-Hâfizh Ibnu Katsîr/ Ismâ’îl bin ‘Amr bin Katsîr).
[1] Al-Hâfizh
adalah: Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan
hadis, dan dapat men-ta’dîl-kan dan men-jarh-kan para perawi
hadis, serta seorang Hâfizh itu harus mempunyai kapasitas menghafal
100.000 hadis. Contoh para Huffâzh: Ahmad bin Hanbal, Yahyâ bin Ma’în,
‘Alî bin al-Madînî, Bukhârî, Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu
Mâjah, ad-Dârimî, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, al-Bayhaqî, ad-Dâruquthnî,
al-Hâkim, Zainuddîn ‘Abdurrahîm al-‘Irâqî, Syarafuddîn ad-Dimyathî, Ibnu Hajar
al-‘Asqalânî, al-Mizzî, al-Haitsamî, adz-Dzahabî, Abû Zar’ah ar-Râzî, Abû Hâtim
ar-Râzî, Ibnu Hazm, Ibnu Abî Hâtim, Ibnu ‘Adî, Ibnu al-Mundzir, Ibnu ‘Abdul
Bâr, Ibnu Katsîr, Ibnu as-Sakan, Jalâluddîn as-Suyûthî, Muhammad Nâshiruddîn
al-Albânî, dan sebagainya.
[2] Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah
bin Bardizbah. Ia (Bukhârî) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ pertengahan.
Dan ia (Bukhârî) juga merupakan seorang tsiqqah mutqan al-Imâm al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang
kuat lagi kokoh, al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (Bukhârî) juga
seorang pakar hadîts (hadis), tafsîr (tafsir), fiqh
(fiqih), at-Târîkh (sejarah) dan al-Lughah (bahasa). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Ju’fŷ al-Bukhârî. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû ‘Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm al-Hâfizh
Bukhârî. Ia (Bukhârî) lahir di Bukhârâ pada tahun 194 Hijriyah.
Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (Bukhârî) wafat di desa Khartank
(wilayah Samarqand) pada tahun 256 Hijriyah.
[3] Nama lengkapnya yaitu: ‘Amr bin ‘Aun bin Aus bin al-Ja’d. Ia (‘Amr bin
‘Aun) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ senior. Dan ia (‘Amr bin ‘Aun)
juga merupakan seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan
ke-dhabith-annya, serta seorang yang konsisten). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Wâsithî al-Bazzâr. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Utsmân. Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (‘Amr bin ‘Aun) wafat di Hait pada tahun 225 Hijriyah.
[4] Nama lengkapnya yaitu: Husyaim bin Basyîr bin al-Qâsim bin Dînâr. Ia (Husyaim bin Basyîr) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în senior. Ia
(Husyaim bin Basyîr) adalah seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang konsisten). Nasab
(keturunan) nya yaitu: as-Sulamî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu:
Abû Mu’âwiyah. Laqab (gelar/titel) nya: Ibn Abî Khâzim. Tempat tinggalnya di Hait. Ia (Husyaim bin Basyîr) wafat di Baghdâd pada tahun 183 Hijriyah.
[5] Nama
lengkapnya yaitu: Humaid bin Abî Humaid. Ia (Humaid) merupakan seorang Tâbi’în
junior. Ia (Humaid) adalah seorang yang tsiqqah (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Khazâ’î. Kuniyah (nama akrab) nya
yaitu: Abû ‘Ubaidah. Laqab (gelar/titel) nya: ath-Thawîl. Tempat
tinggalnya di Bashrah. Ia (Humaid) wafat pada tahun 142
Hijriyah.
[6] Nama
lengkapnya yaitu: Anas bin Mâlik bin an-Nadhar bin Dhamdham bin Zaid bin Harâm.
Semua Sahabat Nabi SAW. tsiqqah dan ‘âdl. Ia (Anas bin Mâlik)
merupakan salah satu pakar hadîts (hadis)
terkemuka di kalangan Sahabat; serta ia (Anas bin Mâlik) telah meriwayatkan 2.286 Hadîts.
Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Anshârî al-Madanî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Hamzah. Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Anas bin Mâlik) wafat pada
tahun 91 Hijriyah.
[7] Nama
lengkapnya yaitu: ‘Umar bin al-Khaththâb bin Nufail. Semua Sahabat
Nabi SAW. tsiqqah dan ‘âdl. Ia (‘Umar bin al-Khaththâb) merupakan Khalifah kedua. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Qurasyî al-‘Udwî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Hafsh. Laqab (gelar/titel) nya: al-Fârûq Amîr al-Mu’minîn.
Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (‘Umar bin
al-Khaththâb) wafat di Madînah pada tahun 23
Hijriyah.
[8] Muhadditsîn yaitu: Orang yang
hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh,
hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan atara yang shahîh
dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar,
pencari sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek
dari padanya. Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î,
Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î,
Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.
[9] Al-Hâfizh
adalah: Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan
hadis, dan dapat men-ta’dîl-kan dan men-jarh-kan para perawi
hadis, serta seorang Hâfizh itu harus mempunyai kapasitas menghafal
100.000 hadis. Contoh para Huffâzh: Ahmad bin Hanbal, Yahyâ bin Ma’în,
‘Alî bin al-Madînî, Bukhârî, Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu
Mâjah, ad-Dârimî, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, al-Bayhaqî, ad-Dâruquthnî,
al-Hâkim, Zainuddîn ‘Abdurrahîm al-‘Irâqî, Syarafuddîn ad-Dimyathî, Ibnu Hajar
al-‘Asqalânî, al-Mizzî, al-Haitsamî, adz-Dzahabî, Abû Zar’ah ar-Râzî, Abû Hâtim
ar-Râzî, Ibnu Hazm, Ibnu Abî Hâtim, Ibnu ‘Adî, Ibnu al-Mundzir, Ibnu ‘Abdul
Bâr, Ibnu Katsîr, Ibnu as-Sakan, Jalâluddîn as-Suyûthî, Muhammad Nâshiruddîn
al-Albânî, dan sebagainya.
[10] Nama sebenarnya yaitu: Ahmad bin ‘Alî bin Muhammad bin Muhammad bin ‘Alî. Dan
ia (Ibnu Hajar al-‘Asqalânî) merupakan seorang tsiqqah mutqan al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang
kuat lagi kokoh, dan al-Hâfizh). Ia (Ibnu Hajar al-‘Asqalânî) juga
seorang pakar hadîts (hadis), fiqh (fiqih), dan al-Adb (sastra).
Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Kinânŷ al-‘Asqalânŷ asy-Syâfi’î. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû al-Fadhl. Laqab (gelar/titel) nya: Syihâbuddîn.
Ia (Ibnu Hajar al-‘Asqalânî) lahir di Qâhirah (Mesir) pada tahun 773
Hijriyah. Tempat tinggalnya di Qâhirah (Mesir). Ia (Ibnu Hajar
al-‘Asqalânî) wafat di Qâhirah (Mesir) pada tahun 852 Hijriyah.
[11] Tadlîs adalah: Usaha
untuk menyembunyikan cacat dalam isnad (sanad) dan menampakkan
periwayatan yang baik.
[12] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Îsâ bin Saurah bin Mûsâ bin
adh-Dhahâk. Ia (at-Tirmidzî) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ junior.
Dan ia (at-Tirmidzî) juga merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang
al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (at-Tirmidzî) juga seorang pakar hadîts (hadis) dan
fiqh (fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: as-Sulamî. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû Îsâ. Laqab (gelar/titel) nya: Imâm at-Tirmidzî. Ia (at-Tirmidzî) lahir di Turmudzî pada tahun 209 atau 210
Hijriyah. Tempat tinggalnya di Turmudzî. Ia (at-Tirmidzî) wafat pada
tahun 279 Hijriyah di daerah Bugh, yaitu suatu daerah yang dekat dengan daerah
Turmudzî.
[13] Nama
lengkapnya yaitu: Ismâ’îl bin ‘Amr bin Katsîr. Nasab (keturunan) nya
yaitu: al-Qurasyî ad-Dimasyqî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû
al-Fidâ’. Laqab (gelar/titel) nya: Ibn Katsîr. Ia (Ibnu
Katsîr) adalah seorang tsiqqah mutqan al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh yang kokoh dan kuat).
Ia (Ibnu Katsîr) juga seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts
(hadis) dan târîkh (sejarah). Ia (Ibnu Katsîr) lahir di Bashrah
pada tahun 700 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Ibnu Katsîr)
wafat di Bashrah pada tahun 774 Hijriyah, dan dikubur di Damsyiq
(Damaskus).
[14] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib
al-Âmalî. Ia
(Ibnu Jarîr) merupakan seorang tsiqqah ‘âlim (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang ‘âlim). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Âmalî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû
Ja’far ath-Thabarî. Laqab (gelar/titel) nya: Abâ at-Tafsîr
dan Abâ at-Târîkh. Ia (Ibnu Jarîr) lahir di Thabari Sittân pada
tahun 224 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Baghdâd. Ia (Ibnu Jarîr) wafat
di Baghdâd pada tahun 310 Hijriyah.
[15] Atsar adalah: Sesuatu yang
disandarkan kepada Sahabat dan Tâbi’în, baik berupa perkataan dan
perbuatan.
[16] Hadis Mawqûf
yaitu: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan dan persetujuan; baik bersambung sanadnya ataupun terputus sanadnya.
[17] Marfu’
maksudnya: Terangkatnya derajat hadis hingga ke Nabi SAW.
[18] Muhadditsîn
yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh,
hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan atara yang shahîh
dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari
sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya.
Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î, Imâm Ahmad bin
Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu
Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.
Let's Study Together. :- )
BalasHapus