Asbâbun
Nuzûl Surat
al-Baqarah (2), Ayat: 199
ثُمَّ
أَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوْا اللهَ إِنَّ اللهَ
غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ (١٩٩)
199. Kemudian bertolaklah
kalian dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafâh). Dan mohonlah ampun
kepada Allâh. Sesungguhnya Allâh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Al-Imâm al-Hâfizh[1] Muslim[2] meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslimnya (No. Hadis: 2141):
وَحَدَّثَنَا
أَبُوْ كُرَيْبٍ, قَالَ: حَدَّثَنَا أَبُوْ أُسَامَةَ, قَالَ: حَدَّثَنَا هِشَامٌ,
عَنْ أَبِيْهِ, قَالَ: كَانَتِ الْعَرَبُ تَطُوْفُ بِالْبَيْتِ عُرَاةً إِلَّا الْحُمْسَ,
وَالْحُمْسُ قُرَيْشٌ وَمَا وَلَدَتْ. كَانُوْا يَطُوْفُوْنَ عُرَاةً إِلَّا أَنْ تُعْطِيَهُمُ
الْحُمْسُ ثِيَابًا. فَيُعْطِيْ الرِّجَالُ الرِّجَالَ, وَالنِّسَاءُ النِّسَاءَ. وَكَانَتِ
الْحُمْسُ لَا يَخْرُجُوْنَ مِنَ الْمُزْدَلِفَةِ. وَكَانَ النَّاسُ كُلُّهُمْ يَبْلُغُوْنَ
عَرَفَاتٍ. قَالَ هِشَامٌ: فَحَدَّثَنِيْ أَبِيْ, عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا,
قَالَتْ: الْحُمْسُ هُمُ الَّذِيْنَ أَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيْهِمْ: (ثُمَّ أَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ.........).
قَالَتْ: كَانَ النَّاسُ يُفِيْضُوْنَ مِنْ عَرَفَاتٍ. وَكَانَ الْحُمْسُ يُفِيْضُوْنَ
مِنَ الْمُزْدَلِفَةِ, يَقُوْلُوْنَ: لَا نُفِيْضُ إِلَّا مِنَ الْحَرَمِ. فَلَمَّا
نَزَلَتْ: (.......أَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ.......),
رَجَعُوْا إِلَى عَرَفَاتٍ.
"Abû Kuraib[3] telah bercerita kepada kami (kepada Muslim), dia (Abû Kuraib)
berkata: "Abû Usâmah[4] telah bercerita kepada kami (kepada Abû Kuraib), dia (Abû Usâmah)
berkata: "Hisyâm bin ‘Urwah[5]
telah bercerita kepada kami (kepada Abû Usâmah), dari bapaknya (namanya yaitu: ‘Urwah bin
az-Zubair[6]), dia (‘Urwah bin az-Zubair) berkata: "Dahulukala orang-orang 'Arab thaŵaf di Ka'bah dalam
keadaan telanjang kecuali Humus, dan Humus adalah orang-orang Quraisy beserta keturunannya[7]. Dahulukala orang-orang thaŵaf (di Ka'bah) dalam keadaan telanjang
kecuali apabila diberi pakaian oleh Humus. Orang laki-laki diberi pakaian oleh Humus
laki-laki, dan orang perempuan diberi pakaian oleh Humus perempuan. Dahulukala Humus
tidak keluar dari Muzdalifah. Sedangkan orang-orang sudah sampai di 'Arafâh".
Hisyâm bin ‘Urwah berkata: "Ayahku (namanya yaitu: ‘Urwah bin
az-Zubair) telah bercerita
kepada saya (kepada Hisyâm bin ‘Urwah), dari ‘Âisyah[8], dia (‘Âisyah)
berkata: "Kepada Humus-lah Firman Allâh SWT. (Surat al-Baqarah, Ayat: 199)
turun:
ثُمَّ
أَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ ......... (١٩٩)
199. Kemudian bertolaklah
kalian dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafâh)………………".
‘Âisyah berkata:
"Dahulukala manusia[9] bertolak dari 'Arafâh.
Sedangkan Humus bertolak dari Muzdalifah; mereka (Humus) berkata: "Kami (Humus)
tidak bertolak kecuali dari Muzdalifah". Ketika telah turun Firman Allâh
SWT. (Surat al-Baqarah, Ayat: 199):
ثُمَّ
أَفِيْضُوْا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ ......... (١٩٩)
199. Kemudian bertolaklah
kalian dari tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafâh)………………".
1.
Al-Hâfizh Bukhârî[14] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas melalui jalur sanad[15] 'Alî bin Mushir dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (No. Hadis: 1554). Al-Hâfizh Bukhârî juga meriwayatkan melalui jalur sanad Muhammad bin Khâzim dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (No. Hadis: 4158).
2. Al-Hâfizh Muslim juga meriwayatkan melalui
jalur sanad Muhammad bin Khâzim dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li Muslimnya (No. Hadis: 2140).
3. Al-Hâfizh
at-Tirmidzî[16] juga meriwayatkan melalui
jalur sanad Muhammad bin 'Abdurrahmân ath-Thufâwŷ dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh
Sunan at-Tirmidzînya (No. Hadis: 810),
dan kata al-Hâfizh at-Tirmidzî: “Hadis yang ia (at-Tirmidzî)
riwayatkan berkualitas hasan shahîh”.
4. Al-Hâfizh
Abû Dâwud[17]
juga meriwayatkan melalui
jalur sanad Muhammad bin Khâzim dalam Sunan Abî Dâwudnya (No. Hadis: 1631).
5. Al-Hâfizh an-Nasâ-î[18] juga meriwayatkan melalui
jalur sanad Muhammad bin Khâzim dalam Sunan an-Nasâ-î ash-Shughrânya (No. Hadis: 2962).
6. Al-Hâfizh Ibnu
Khuzaymah juga meriwayatkan dengan periwayatan yang lebih panjang melalui
jalur sanad Muhammad bin Khâzim
dalam Shahîh Ibn Khuzaymahnya
(No. Hadis: 2823).
7. Al-Hâfizh Ibnu
Hibbân[19]
juga meriwayatkan melalui
jalur sanad Sufyân ats-Tsaurŷ dalam Shahîh Ibn Hibbânnya
(No. Hadis: 3929).
8. Al-Hâfizh al-Bayhaqî juga
meriwayatkan sebagaimana
Hadis di atas dalam as-Sunan al-Kubrâ li al-Bayhaqînya
(5/113).
9. Al-Hâfizh ath-Thayâlisî[20] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Musnad Abû Dâwud
ath-Thayâlisînya (No. Hadis: 1574).
10. Al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim[21] juga meriwayatkan melalui
jalur sanad Ahmad bin Basyîr
Maulâ 'Amrû bin Harits dalam Tafsîr
Ibn Abî Hâtimnya (No. Hadis: 1891).
11. Imâm Ibnu Jarîr[22] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Jâmi’ al-Bayân ‘an
Ta-wîl ay al-Qurânnya (3/525).
12. Al-Hâfizh Ibnu Katsir[23] juga
mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîmnya (Jilid. 1,
Juz. 1, halaman: 555 - 556)[24],
dengan menyandarkan kepada Riwayat al-Hâfizh
Bukhârî dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârînya (No. Hadis: 1554).
13. Al-Hâfizh Jalâluddîn
as-Suyûthî[25] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam dalam ad-Durr al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûrnya (1/226).
14. Abû ‘Awânah[26] juga meriwayatkan melalui
jalur sanad Sufyân ats-Tsaurŷ dalam Mustakhraj
Abî ‘Awânahnya (No.
Hadis: 2818). Abû ‘Awânah juga meriwayatkan melalui
jalur sanad Muhammad bin Khâzim dalam Mustakhraj
Abî ‘Awânahnya (No.
Hadis: 2820). Abû ‘Awânah juga meriwayatkan melalui
jalur sanad 'Ubaidillâh bin Mûsâ bin Abî al-Mukhtar Badzam dalam Mustakhraj Abî ‘Awânahnya (No. Hadis: 2821).
PENJELASAN (kedudukan hadis di
atas):
Atsar[27] 'Âisyah di atas digolongkan Mawqûf li hukmi Marfû’,
maksudnya: hadis Mawqûf[28] yang dihukumi Marfû’[29]. Karena para Muhadditsîn[30] telah bersepakat bahwa: “Ada beberapa macam Mawqûf yang dihukumi Marfû’,
dan salah satunya yaitu: penafsiran para Sahabat yang berkaitan dengan sebab
turunnya (asbâb an-nuzûl) suatu Ayat”.
Sebagaimana penjelasan
para Muhadditsîn tersebut, maka Atsar 'Âisyah di atas tergolong hadis Mawqûf
yang dihukumi Marfû’ oleh para Muhadditsîn, sehingga (hadis 'Âisyah di atas) dapat dijadikan
sebagai huĵah (pedoman/ landasan) dalam hukum Syara’ (Islâm).
KESIMPULAN:
Surat al-Baqarah, Ayat: 199 diturunkan mengenai:
Humus
yang bertolak dari Muzdalifah.
Humus
yaitu: "Quraisy, Tsaqîf, Laits, Khuzâ'ah, Bani Kinânah, Bani 'Âmir bin Sha'sha'ah, dan sebagainya". {SUMBER: "Fath
al-Bârî bi Syarh Shahîh al-Bukhârî", karya: al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî (No. Hadis: 1554)}.
BIBLIOGRAFI
Ad-Durr
al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûr (al-Hâfizh
as-Suyûthî/ ‘Abdurrahmân
bin Abî Bakr).
Al-Jâmi’ ash-Shahîh li al-Bukhârî (al-Imâm
al-Hâfizh al-Bukhârî/ Muhammad bin
Ismâ’îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah bin Bardizbah).
Al-Jâmi’ ash-Shahîh li
Muslim (al-Imâm al-Hâfizh
Muslim/ Muslim bin al-Hajjâj bin
Muslim bin Warad).
Al-Jâmi’
ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî (al-Hâfizh at-Tirmidzî/ Muhammad bin Îsâ
bin Saurah bin Mûsâ bin adh-Dhahâk).
As-Sunan al-Kubrâ li al-Bayhaqî (al-Hâfizh al-Bayhaqî).
Jâmi’ al-Bayân
‘an Ta-wîl ay al-Qurân (Imâm Ibnu
Jarîr/ Muhammad bin Jarîr bin
Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib).
Musnad Abû Dâwud ath-Thayâlisî (al-Hâfizh ath-Thayâlisî/ Sulaimân bin Dâwud bin
al-Jarûd).
Shahîh Ibn
Hibbân (al-Hâfizh Ibnu Hibbân/ Muhammad bin Hibbân bin Ahmad bin
Hibbân bin Mu’âdz bin Ma’bad).
Shahîh Ibn
Khuzaymah (al-Hâfizh Ibnu Khuzaymah).
Sunan Abî Dâwud (al-Hâfizh Abû
Dâwud/ Sulaimân bin al-Asy’ats bin Syadâd bin
‘Amrû
bin ‘Âmir).
Sunan an-Nasâ-î al-Kubrâ (al-Hâfizh
an-Nasâ-î/ Ahmad bin Syu’aib bin ‘Alî bin
Sunân bin Bahr).
Tafsîr al-Qurân al-‘Azhîm (al-Hâfizh Ibnu Katsîr/ Ismâ’îl bin ‘Amr bin Katsîr).
Tafsîr Ibn Abî Hâtim (al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim/ ‘Abdurrahmân bin Abî Hâtim).
[1] Al-Hâfizh
adalah: Gelar ahli hadis yang dapat men-shahîh-kan sanad serta matan
hadis, dan dapat men-ta’dîl-kan dan men-jarh-kan para perawi
hadis, serta seorang Hâfizh itu harus mempunyai kapasitas menghafal
100.000 hadis. Contoh para Huffâzh: Ahmad bin Hanbal, Yahyâ bin Ma’în,
‘Alî bin al-Madînî, Bukhârî, Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu
Mâjah, ad-Dârimî, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, ad-Dâruquthnî,
ath-Thabrânî, al-Bayhaqî, al-Hâkim, Zainuddîn ‘Abdurrahîm al-‘Irâqî,
Syarafuddîn ad-Dimyathî, Ibnu Hajar al-‘Asqalânî, al-Mizzî, al-Haitsamî,
adz-Dzahabî, Abû Zar’ah ar-Râzî, Abû Hâtim ar-Râzî, Ibnu Hazm, Ibnu Abî Hâtim,
Ibnu ‘Adî, Ibnu al-Mundzir, Ibnu ‘Abdul Bâr, Ibnu Katsîr, Ibnu as-Sakan,
Jalâluddîn as-Suyûthî, Muhammad Nâshiruddîn al-Albânî, dan sebagainya.
[2] Nama lengkapnya yaitu: Muslim bin al-Hajjâj bin Muslim bin Warad. Ia (Imâm
Muslim) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ dekat pertengahan. Dan ia (Imâm
Muslim) juga merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh al-Hujjah
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang
al-Imâm al-Hâfizh dan al-Hujjah). Ia (Imâm Muslim) juga
seorang pakar hadîts (hadis) terkemuka. Nasab (keturunan) nya
yaitu: al-Qusyairî an-Naysâbûrî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu:
Abû al-Husain. Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm al-Hâfizh Muslim.
Ia (Imâm Muslim) lahir di Naysâbûr (Kota kecil yang ada di negara Iran) pada tahun 204 atau 206 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Naysâbûr.
Ia (Imâm Muslim) wafat di Naysâbûr pada tahun 261 Hijriyah.
[3] Nama
sebenarnya yaitu: Muhammad bin al-‘Allâ bin Kuraib. Ia (Abû Kuraib) merupakan
seorang Tabi’ al-Atbâ’ senior. Dan ia (Abû Kuraib) juga merupakan
seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Hamdânî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Kuraib. Tempat tinggalnya di
Kûfah. Ia (Abû Kuraib) wafat pada tahun 248 Hijriyah.
[4] Nama sebenarnya yaitu: Hammad bin Usâmah bin Zaid. Ia (Abû Usâmah) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în junior. Ia (Abû Usâmah) adalah
seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang konsisten). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Qurasyî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Usâmah. Tempat tinggalnya di Kûfah.
Ia (Abû Usâmah) wafat di Kûfah pada tahun 201 Hijriyah.
[5] Nama
lengkapnya yaitu: Hisyâm bin ‘Urwah bin az-Zubair bin al-‘Aŵâm. Ia (Hisyâm bin
‘Urwah) merupakan seorang Tâbi’în junior. Ia (Hisyâm bin ‘Urwah) adalah
seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang yang konsisten). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Asadî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Mundzir. Tempat tinggalnya
di Madînah. Ia (Hisyâm bin ‘Urwah) wafat di Baghdâd pada tahun
145 Hijriyah.
[6] Nama lengkapnya yaitu: ‘Urwah bin az-Zubair bin al-‘Aŵâm bin Khuwailid bin
Asad bin ‘Abdul ‘Izzî bin Qushay. Ia (‘Urwah bin az-Zubair) merupakan seorang
Tâbi’în pertengahan. Ia (‘Urwah bin az-Zubair) adalah seorang yang tsiqqah
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Asadî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû
‘Abdullâh. Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (‘Urwah bin az-Zubair)
wafat pada tahun 93 Hijriyah.
[7] Di dalam Fath
al-Bârî bi Syarh Shahîh al-Bukhârî (No. Hadis: 1554),
karya al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî, disebutkan bahwa: "Mengenai:
(وَالْحُمْسُ
قُرَيْشٌ وَمَا وَلَدَتْ) mereka yaitu: "Quraisy, Tsaqîf, Laits, Khuzâ'ah, Bani Kinânah, dan Bani
'Âmir bin Sha'sha'ah. Mereka (Quraisy, Tsaqîf, Laits, Khuzâ'ah, Bani Kinânah, dan
Bani 'Âmir bin Sha'sha'ah) adalah Induknya Quraisy".
[8] Nama lengkapnya yaitu: ‘Âisyah binti Abî Bakr ash-Shiddîq. Semua Sahabat
Nabi SAW. tsiqqah dan ‘âdl. Ia (‘Âisyah) merupakan salah satu pakar hadîts (hadis)
terkemuka di kalangan Sahabat; serta ia (‘Âisyah) telah meriwayatkan 2.210 Hadîts. Ia (‘Âisyah) juga seorang pakar thîbb (kedokteran), fiqh (fiqih), syi’ir (sya’ir) dan lughah (gramatika). Nasab (keturunan) nya yaitu: at-Taymiŷah. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Umm ‘Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya: Umm al-Mu’minîn. Tempat
tinggalnya di Madînah. Ia (‘Âisyah) wafat di Madînah pada tahun 58 Hijriyah.
[9] Di dalam Fath
al-Bârî bi Syarh Shahîh al-Bukhârî (No. Hadis: 1554),
karya al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî, disebutkan bahwa: "Mengenai:
(النَّاسُ) yaitu: "Nabi Ibrâhîm".
[10] Di dalam Fath
al-Bârî bi Syarh Shahîh al-Bukhârî (No. Hadis: 1554),
karya al-Hâfizh Ibnu Hajar al-'Asqalânî, disebutkan bahwa: "Mengenai:
(رَجَعُوْا
إِلَى عَرَفَاتٍ) maksudnya: "Humus diperintahkan menuju 'Arafâh; kemudian wuquf di 'Arafâh;
setelah itu bertolak dari 'Arafâh".
[11] Muhadditsîn yaitu: Orang yang hafal matan-matan
hadis, mengetahui gharîb serta faqîh, hafal sanad,
mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan antara yang shahîh dengan
yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari sanad-sanad
hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya. Contoh para Muhadditsîn:
Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î, Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim,
at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan
sebagainya.
[12]
Hadis Shahîh ialah: Hadis yang bersambung (muttashil) sanadnya,
diriwayatkan oleh orang yang ‘âdl (‘âdl yaitu: orang yang
istiqamah dalam beragama, baik akhlaqnya, tidak fasiq dan tidak melakukan cacat
muru’ah), sempurna ke-dhabith-annya, tidak ada keganjilan (syadzdz),
dan tidak ada kecacatan (‘illat).
[13] Tsiqqât adalah: Para
perawi hadis yang kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya.
[14]
Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin Ismâ’îl bin Ibrâhîm bin al-Mughîrah bin
Bardizbah. Ia (Bukhârî) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ pertengahan.
Dan ia (Bukhârî) juga merupakan seorang tsiqqah mutqan al-Imâm al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang
kuat lagi kokoh, al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (Bukhârî) juga
seorang pakar hadîts (hadis), tafsîr (tafsir), fiqh
(fiqih), târîkh (sejarah) dan lughah (gramatika). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Ju’fŷ al-Bukhârî. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû ‘Abdullâh. Laqab (gelar/titel) nya: al-Imâm al-Hâfizh
Bukhârî. Ia (Bukhârî) lahir di Bukhârâ pada tahun 194 Hijriyah.
Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (Bukhârî) wafat di desa Khartank
(wilayah Samarqand) pada tahun 256 Hijriyah.
[15] Sanad
adalah: Mata rantai para perawi hadis yang menghubungkan ke matan
(redaksi/ isi) hadis.
[16] Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin 'Îsâ bin Saurah bin Mûsâ bin adh-Dhaĥâk. Ia
(at-Tirmidzî) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ junior. Dan ia
(at-Tirmidzî) juga merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh (kredibel
ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm dan
al-Hâfizh). Ia (at-Tirmidzî) juga seorang pakar hadîts (hadis) dan
fiqh (fiqih). Nasab (keturunan) nya yaitu: as-Sulamî. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Îsâ. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh at-Tirmidzî. Ia (at-Tirmidzî) lahir di Turmudzî (Kota kecil yang
terletak di sebelah Utara negara Iran) pada tahun 209 atau 210 Hijriyah. Tempat
tinggalnya di Turmudzî. Ia (at-Tirmidzî) wafat pada tahun 279 Hijriyah di
daerah Bugh, yaitu suatu daerah yang dekat dengan daerah Turmudzî.
[17] Nama sebenarnya yaitu: Sulaimân bin al-Asy’ats bin Syadâd
bin ‘Amrû bin ‘Âmir. Ia (Abû Dâwud) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ dekat
pertengahan. Dan ia (Abû Dâwud) juga merupakan seorang tsiqqah mutqan al-Imâm
al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta
seorang yang kuat lagi kokoh, al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (Abû
Dâwud) juga seorang pakar hadîts (hadis), dan fiqh (fiqih). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Azdî as-Sijistânî. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû Dâwud. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh
Abû Dâwud. Ia (Abû Dâwud) lahir di Sijistân (suatu Daerah yang terletak
antara negara Iran dan Afghanistan) pada tahun 202 Hijriyah. Tempat tinggalnya
di Bashrah. Ia (Abû Dâwud) wafat di Bashrah pada tahun 275
Hijriyah.
[18] Nama sebenarnya yaitu: Ahmad bin Syu’aib bin ‘Alî bin Sunân bin Bahr. Ia (an-Nasâ-î)
merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ junior. Dan ia (an-Nasâ-î) juga
merupakan seorang tsiqqah al-Qâdhî al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an
dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm al-Hâfizh dan
seorang Hakim di Mesir). Ia (an-Nasâ-î) juga seorang pakar hadîts
(hadis) dan fiqh (fiqih). Nasab
(keturunan) nya yaitu: an-Nasâ-î an-Nasawy. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû ‘Abdurrahmân. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh
an-Nasâ-î. Ia (an-Nasâ-î) lahir di Kota Nasâ (wilayah Khurrâsân)
pada tahun 215 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Mesir. Ia (an-Nasâ-î) wafat di Ramalah (wilayah Palestina) pada tahun 303
Hijriyah; ia (an-Nasâ-î) dimakamkan di Baitul Maqdis (Palestina). Ia (an-Nasâ-î) berusia 88 tahun.
[19] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Hibbân bin Ahmad bin Hibbân bin Mu’âdz
bin Ma’bad. Ia (Ibnu Hibbân) merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang
al-Imâm dan al-Hâfizh). Ia (Ibnu Hibbân) juga seorang pakar lughah
(gramatika) hadîts (hadis), târîkh (sejarah), ath-Thibb
(kedokteran), fiqh (fiqih), dan sebagainya. Nasab (keturunan)
nya yaitu: at-Tamîmî, ad-Dârimî al-Bustî. Kuniyah (nama akrab)
nya yaitu: Abû Hâtim. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh Ibn
Hibbân. Ia (Ibnu Hibbân) lahir di Bustî (salah satu
Kampung yang terletak di Sijistân) pada tahun 270 atau 271 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Khurrâsân.
Ia (Ibnu Hibbân) wafat pada tahun 354 Hijriyah.
[20] Nama sebenarnya
yaitu: Sulaimân bin Dâwud bin al-Jarûd. Nasab (keturunan) nya yaitu: ath-Thayâlisî.
Ia (ath-Thayâlisî) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în junior. Kuniyah
(nama akrab) nya yaitu: Abû Dâwud. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh
ath-Thayâlisî. Ia (ath-Thayâlisî) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh
(kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh).
Ia (ath-Thayâlisî) juga seorang pakar hadîts (hadis). Ia (ath-Thayâlisî)
lahir di Bashrah pada tahun 133 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Bashrah.
Ia (ath-Thayâlisî) wafat di Bashrah pada tahun 204 Hijriyah.
[21] Nama
lengkapnya yaitu: ‘Abdurrahmân bin Abî Hâtim. Ia (Ibnu Abî Hâtim) adalah
seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: ar-Râzî.
Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhammad. Laqab
(gelar/titel) nya: al-Hâfizh Ibn Abî Hâtim. Ia (Ibnu Abî Hâtim) adalah
pakar tafsîr (tafsir) dan hadîts (hadis). Ia (Ibnu Abî Hâtim)
wafat pada tahun 327 Hijriyah.
[22] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib.
Ia
(Ibnu Jarîr) merupakan seorang tsiqqah ‘âlim (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang ‘âlim). Nasab
(keturunan) nya yaitu: al-Âmalî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû
Ja’far ath-Thabarî. Laqab (gelar/titel) nya: Abâ at-Tafsîr
dan Abâ at-Târîkh. Ia (Ibnu Jarîr) lahir di Thabari Sittân pada
tahun 224 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Baghdâd. Ia (Ibnu Jarîr) wafat
di Baghdâd pada tahun 310 Hijriyah.
[23] Nama lengkapnya yaitu: Ismâ’îl
bin ‘Amr bin Katsîr. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Qurasyî
ad-Dimasyqî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-Fidâ’. Laqab
(gelar/titel) nya: al-Hâfizh Ibn Katsîr. Ia (Ibnu Katsîr) adalah seorang
tsiqqah mutqan al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh yang kokoh dan kuat). Ia (Ibnu Katsîr) juga
seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts (hadis) dan târîkh
(sejarah). Ia (Ibnu Katsîr) lahir di Bashrah pada tahun 700 Hijriyah.
Tempat tinggalnya di Bashrah. Ia (Ibnu Katsîr) wafat di Bashrah
pada tahun 774 Hijriyah, dan dikubur di Damsyiq (Damaskus).
[24] Al-Hâfizh Ibnu Katsîr. Tafsîr al-Qurân
al-‘Azhîm, Tahqîq Sâmî bin Muhammad as-Salâmah. Ar-Riyadh: Dâr
Thayyibah. Jilid. 1, Juz. 1, halaman: 555 - 556.
[25] Nama sebenarnya yaitu:
‘Abdurrahmân bin Abî Bakr. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Jalâluddîn.
Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh as-Suyûthî. Ia (as-Suyûthî) adalah seorang tsiqqah
al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang al-Hâfizh). Serta ia (as-Suyûthî) juga seorang pakar tafsîr
(tafsir), hadîts (hadis), lughah (gramatika), adb
(sastra), fiqh (fikih), târîkh (sejarah), dan sebagainya. Nasab
(keturunan) nya yaitu: as-Suyûthî. Ia (as-Suyûthî) lahir di Qâhirah
pada tahun 849 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Qâhirah. Ia (as-Suyûthî)
wafat di Qâhirah pada tahun 911 Hijriyah.
[26] Nama lengkapnya yaitu: Wadhâh bin ‘Abdullâh Maulâ Yazîd bin ‘Athâ’. Ia (Abû
‘Awânah) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în senior. Ia (Abû ‘Awânah) adalah
seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya,
serta seorang yang konsisten). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Yasykarî
al-Wâsithî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Awânah. Tempat
tinggalnya di Bashrah. Ia (Abû ‘Awânah) wafat di Bashrah pada
tahun 176 Hijriyah.
[27] Atsar adalah: Sesuatu yang
disandarkan kepada Sahabat dan Tâbi’în, baik berupa perkataan dan
perbuatan.
[28] Hadis Mawqûf
yaitu: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat, baik berupa perkataan,
perbuatan dan persetujuan; baik bersambung sanadnya ataupun terputus sanadnya.
[29] Marfu’
maksudnya: Terangkatnya derajat hadis hingga ke Nabi SAW.
[30] Muhadditsîn
yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh,
hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan antara yang shahîh
dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari
sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya.
Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î, Imâm Ahmad bin
Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu
Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.