Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 165
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٦٥)
165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?”. Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada Ibnu Abî Hâtim dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya:
“Dikemukakan oleh Ibnu Abî Hâtim yang bersumber dari ‘Umar bin al-Khathâb. ‘Umar bin al-Khathâb berkata: “Orang-orang Mu’min ditimpa musibah yang luar biasa di perang Uhud, disebabkan mereka mengambil fida’ (tebusan tawanan perang) perang Badar, sampai 70 orang terbunuh dan para sahabat Nabi SAW. lainnya lari kocar-kacir, bercerai-berai, bahkan gigi (seri) Rasulullah SAW. yang keempat patah, topi besinya (Nabi SAW.) pecah dan darah mengalir di wajahnya (Nabi SAW). Maka Allah SWT. menurunkan ayat:
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٦٥)
165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?”. Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.
KETERANGAN:
Kata Imâm Jalâludin as-Suyûthî: “Hadis yang ia keluarkan di atas berkualitas Hasan shahih”.
CATATAN:
Ungkapan at-Tirmidzî dan para ahli Hadis yang lain mengenai: “Hadis ini berkualitas hasan shahih”. Makna ungkapan tersebut ada beberapa pendapat, di antaranya:
1. Hadis tersebut memiliki dua sanad (jalur perawi hadis), yakni shahih dan hasan.
2. Terjadi perbedaan dalam penilaian hadis, sebagian berpendapat shahih dan golongan lain berpendapat hasan.
3. Atau dinilai hasan lidzatihi atau shahih lighayrihi.
Imâm Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbalnya (1/30):
“Abu Nuh Qurad telah bercerita kepada kami (Ahmad bin Hanbal), katanya (Abu Nuh Qurad): “Telah mengabarkan kepada kami (Abu Nuh Qurad) ‘Ikrimah bin ‘Ammâr, katanya (‘Ikrimah bin ‘Ammâr): “Simak al-Hanafi Abu Zumail telah bercerita kepada kami (‘Ikrimah bin ‘Ammâr), katanya (Simak al-Hanafi Abu Zumail): “Abdullah bin ‘Abbas telah bercerita kepada saya (Simak al-Hanafi Abu Zumail), katanya (‘Abdullah bin ‘Abbas): “Telah bercerita kepada saya (‘Abdullah bin ‘Abbas) ‘Umar bin al-Khathâb, kata beliau (‘Umar bin al-Khathâb): “Ketika peristiwa Badar, dia (‘Umar bin al-Khathâb) berkata: “Nabi SAW. memandang kepada para Sahabatnya yang berjumlah kurang lebih 300 orang, lalu Beliau (Nabi SAW.) memandang ke arah Musyrikin yang berjumlah sekitar 1000 orang. Kemudian Beliau (Nabi SAW.) menghadap kiblat dan menengadahkan tangannya (berdoa), sementara Beliau (Nabi SAW.) memakai mantel dan sarung lalu berkata: “Ya Allah, manakah yang Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah laksanakanlah untukku apa yang telah Engkau janjikan. Ya Allah seandainya Engkau binasakan pasukan Muslim ini, niscaya Engkau tidak akan disembah di muka bumi ini selamanya”. Ia (‘Umar bin al-Khathâb) mengatakan: “Beliau (Nabi SAW.) terus saja meminta pertolongan kepada Rabbnya dan berdoa sampai jatuh mantelnya. Lalu datanglah Abu Bakar ash-Shiddîq mengambil mantel itu dan mengembalikannya (kepada Nabi SAW). Kemudian dia (Abu Bakar ash-Shiddîq) tetap berdiri di belakang Beliau (Nabi SAW.), dan ia (Abu Bakar ash-Shiddîq) berkata: “Wahai Nabi Allah, cukuplah permohonanmu kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia pasti memenuhi janjinya. Dan Allah SWT. menurunkan firman-Nya (Surat al-Anfâl, ayat: 9):
إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلائِكَةِ مُرْدِفِينَ (٩)
9. (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu Malaikat yang datang berturut-turut".
“Pada saat itu ketika mereka (kaum Muslim) mulai bertempur (pada perang Badar), Allah SWT. mengalahkan orang-orang Musyrikin, terbunuhlah dari mereka (kaum Musyrikin) 70 orang dan tertawan sebanyak 70 orang pula. Rasulullah SAW. bermusyawarah dengan Abu Bakar ash-Shiddîq, ‘Alî bin Abî Thâlib, dan ‘Umar bin al-Khathâb. Abu Bakar ash-Shiddîq berkata: “Wahai Rasulullah SAW; mereka adalah anak paman, kerabat dan saudara-saudara kita. Saya (Abu Bakar ash-Shiddîq) berpendapat lebih baik kita menerima tebusan mereka, agar menjadi kekuatan bagi kita menghadapi orang-orang Kafir, dan semoga Allah memberi petunjuk kepada mereka (para tawanan perang Badar), sehingga menjadi bantuan bagi kita (kaum Muslim)”. Lalu Rasulullah SAW. berkata: “Apa pendapatmu wahai ‘Umar bin al-Khathâb?”. Saya (‘Umar bin al-Khathâb) berkata: “Demi Allah, saya tidak sependapat dengan Abu Bakar ash-Shiddîq. Akan tetapi menurut saya (‘Umar bin al-Khathâb), hendaknya anda (Nabi SAW.) memberi kekuasaan kepada saya (‘Umar bin al-Khathâb) terhadap si Fulan, kerabat ‘Umar agar saya tebas lehernya. Anda (Nabi SAW.) serahkan ‘Aqil kepada ‘Alî bin Abî Thâlib agar dia (‘Alî bin Abî Thâlib) menebas lehernya (‘Aqil). Dan si Fulan saudara Hamzah, biar Hamzah menebas lehernya. Supaya Allah SWT. mengetahui sesungguhnya tidak ada dalam hati kita kecenderungan kepada kaum Musyrikin. Mereka (para tawanan perang Badar) itu adalah tokoh-tokoh dan pemimpin mereka (kaum Musyrikin). Akan tetapi Rasulullah SAW. cenderung kepada pendapat Abu Bakar ash-Shiddîq dan tidak sependapat dengan pendapatku (‘Umar bin al-Khathâb). Lalu Beliau (Nabi SAW.) menerima tebusan dari mereka (para tawanan perang Badar). Keesokan harinya, kata ‘Umar bin al-khathâb: “Saya datang pagi hari kepada Rasulullah SAW; ternyata Beliau (Nabi SAW.) sedang duduk sambil menangis bersama Abu Bakar ash-Shiddîq. Saya (‘Umar bin al-Khathâb) pun berkata: “Wahai Rasulullah SAW; terangkanlah apa yang menyebabkan anda (Nabi SAW.) dan Sahabat (Abu Bakar ash-Shiddîq) anda menangis. Kalau aku bisa, aku akan menangis (bersama kalian), kalau tidak maka aku akan berpura-pura menangis karena tangisan anda berdua (Nabi SAW. dan Abu Bakar ash-Shiddîq). Katanya (‘Umar bin al-Khathâb): “Nabi SAW. bersabda: “Apa yang datang kepada para Sahabatmu dari tebusan yang ada, sungguh telah menyodorkan kepada kalian adzab yang lebih dekat dari pohon ini, Beliau (Nabi SAW.) isyaratkan pohon yang dekat di sana”. Dan Allah SWT. menurunkan (Surat al-Anfâl, ayat: 67-68):
مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَى حَتَّى يُثْخِنَ فِي الأرْضِ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الآخِرَةَ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ (٦٧)
لَوْلا كِتَابٌ مِنَ اللَّهِ سَبَقَ لَمَسَّكُمْ فِيمَا أَخَذْتُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ (٦٨)
67. Tidak patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah, sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
68. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil.
“Berupa tebusan”.
“Kemudian Allah SWT. menghalalkan ghanimah (hasil tebusan para tawanan perang Badar) bagi mereka (kaum Muslim). Dan tahun berikutnya pada saat perang Uhud, mereka (kaum Muslim) dihukum karena apa yang mereka (kaum Muslim) lakukan pada saat perang Badar, yaitu menerima tebusan (dari para tawanan perang Badar). Terbunuhlah dari mereka (kaum Muslim) 70 orang, dan sebagian Sahabat Nabi SAW. melarikan diri. Gigi seri Beliau (Nabi SAW.) patah, kepala Beliau (Nabi SAW.) terluka hingga darah mengalir ke wajah Beliau (Nabi SAW). Allah SWT. menurunkan:
أَوَلَمَّا أَصَابَتْكُمْ مُصِيبَةٌ قَدْ أَصَبْتُمْ مِثْلَيْهَا قُلْتُمْ أَنَّى هَذَا قُلْ هُوَ مِنْ عِنْدِ أَنْفُسِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ (١٦٥)
165. Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada peperangan Badar), kamu berkata: "Dari mana datangnya (kekalahan) ini?”. Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri". Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
“Karena kamu (kaum Muslim) menerima tebusan (dari para tawanan perang Badar)”.
KETERANGAN:
Kata Imâm Ahmad bin Hanbal: “Hadis di atas para perawinya adalah perawi kitab Shahîh”.
BIBLIOGRAFI
Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli (as-Suyûthî/Imâm Jalâludin as-Suyûthî).
Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbal (Imâm Ahmad bin Hanbal/Ahmad ibn
Hanbal asy-Syaibanî).
Tafsîr Ibn Abî Hâtim (Ibnu Abî Hâtim).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar