Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 169-171
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (١٧١)
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.
Imâm Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbalnya (1/265):
“Ya’qub telah bercerita kepada kami (Imâm Ahmad bin Hanbal), katanya (Ya’qub): “Ayahku telah bercerita kepada kami (Ya’qub) dari Ibnu Ishaq, katanya (Ibnu Ishaq): “’Isma’il bin Umayyah bin ‘Amr bin Sa’id telah bercerita kepada saya (Ibnu Ishaq) dari Abu az-Zubair al-Makki dari Ibnu ‘Abbas, katanya (Ibnu ‘Abbas): “Rasulullah SAW. bersabda: “Setelah saudara-saudara kalian mengalami musibah (gugur) di perang Uhud, Allah SWT. menjadikan arwah mereka (kaum Muslim yang sahid di perang Uhud) di dalam rongga burung-burung hijau yang terbang mendatangi sungai-sungai, dan makan dari buah-buahan Surga lalu hinggap di Pelita-pelita emas yang tergantung di naungan ‘Arsy. Ketika mereka (kaum Muslim yang sahid di perang Uhud) merasakan lezatnya makanan dan minuman serta tempat kembali yang indah, mereka (kaum Muslim yang sahid di perang Uhud) berkata: “Duhai kiranya saudara-saudara kita tahu apa yang Allah perbuat untuk kita, supaya mereka (kaum Muslim yang masih hidup) tidak membenci dan lari dari jihad”. Maka Allah SWT. berfirman: “Aku akan sampaikan kepada mereka (kaum Muslim yang masih hidup) tentang kalian (kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan kaum Muslim yang sahid di perang Uhud), kemudian Allah SWT. menurunkan ayat-ayat ini kepada Rasul-Nya:
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (١٧١)
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”.
KETERANGAN:
Imâm Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan dengan redaksi (matan) yang sama sebagaimana Hadis di atas Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbalnya:
“Telah bercerita kepada kami (Imâm Ahmad bin Hanbal) ‘Usman bin Abi Syaibah, katanya (‘Usman bin Abi Syaibah): “Telah bercerita kapada kami (‘Usman bin Abi Syaibah) ‘Abdullah bin Idris dari Muhammad bin Ishaq dari Isma’il bin Umayyah dari Abu az-Zubair dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi SAW”.
Kata al-Hâfizh Ibnu Katsîr dalam Jâmi’ al-Bayâni fi at-Ta’wîl al-Qur’âninya: “Hadis yang kedua di atas lebih kuat, yang mana di dalamnya ada penghubung (yaitu: Sa’id bin Jubair) antara Abu az-Zubair dan Ibnu ‘Abbas”.
Hadis yang pertama di atas juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan Abî Dâwudnya (2/322). Al-Hâkim juga mengeluarkan sebagaimana Hadis yang pertama di atas dalam al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihainnya (2/88 dan 297). Ibnu Hisyâm juga mengeluarkan sebagaimana hadis yang pertama (di atas) dalam Syîrah Ibn Hisyâmnya (2/119). Ibnu al-Mubârak juga mengeluarkan sebagaimana Hadis yang pertama di atas dalam al-Jihâdnya (halaman: 60). Imâm Jalâludin as-Suyûthî juga mengeluarkan sebagaimana Hadis yang pertama di atas dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran).
Hadis di atas berkualitas shahîh karena diperkuat kerajihannya dengan riwayat al-Hâkim dalam al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihainnya (2/387) melalui jalur ‘Abdullah bin ‘Abbas. Dan kata beliau (al-Hâkim): “Shahîh menurut syarat Syaikhain (Bukhârî dan Muslim), tetapi mereka berdua (Bukhârî dan Muslim) tidak meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas”. Imâm adz-Dzahabî dalam al-Mîzan al-I’tidâlnya juga sepakat dengan al-Hâkim.
Imâm at-Tirmidzî meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/84):
“Yahya bin Habib bin ‘Arabi telah bercerita kepada kami (at-Tirmidzî), katanya (Yahya bin Habib bin ‘Arabi): “Musa bin Ibrahim bin Katsir al-Anshari telah mengabarkan kepada kami (Yahya bin Habib bin ‘Arabi), katanya (Musa bin Ibrahim bin Katsir al-Anshari): “Saya mendengar Thalhah bin Khirasy mengatakan: “Saya mendengar Jabir bin ‘Abdillah mengatakan: “Rasulullah SAW. menemui saya lalu berkata: “Hai Jabir, mengapa kau bersedih?” Saya (Jabir bin ‘Abdillah) berkata: “Wahai Rasulullah, ayahku (ayahnya Jabir) gugur sebagai syahid dan meninggalkan tanggungan dan hutang”. Kata Beliau (Nabi SAW.): “Maukah kau saya beritakan kabar gembira dengan apa yang Allah berikan kepada ayahmu ketika bertemu dengannya?”. Kata Jabir: “Tentu, wahai Rasulullah SAW”. Beliau bersabda: “Tidaklah Allah mengajak bicara seseorangpun melainkan dari balik hijabnya. Dia (Allah SWT.) menghidupkan ayahmu dan mengajaknya bicara secara langsung”. Dia (Allah SWT.) berkata: “Angankanlah terhadap-Ku (apa yang kamu mau) pasti Aku (Allah SWT.) berikan”. Ayahmu berkata: “Duhai Rabbku, Engkau hidupkanlah aku agar aku (ayahnya Jabir) terbunuh untuk kedua kalinya di jalan Engkau?” Rabb berfirman: “Sesungguhnya sudah terdahulu ketentuan dari-Ku bahwa mereka (yang sudah mati) tidak akan (hidup) kembali”. Katanya (Jabir bin ‘Abdillah): “Dan turunlah ayat ini:
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (١٧١)
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”.
KETERANGAN:
Kata at-Tirmidzî: “Hadis di atas berkualitas hasan gharib, kami (at-Tirmidzî) tidak mengenalnya kecuali dari hadis Musa bin Ibrahim, dan diriwayatkan oleh ‘Ali bin ‘Abdullah bin al-Madinî dan masih banyak ahli Hadis besar yang lain selain ‘Ali bin ‘Abdullah bin al-Madinî yang meriwayatkan Hadis sebagaimana Hadis di atas melalui Musa bin Ibrahim. Dan diriwayatkan juga oleh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil dari Jabir bin ‘Abdillah, dan lain sebagainya”.
Ibnu Mâjah juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Sunan Ibn Mâjahnya (190 dan 2800). Ad-Darimî juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam ar-Radd ‘ala al-Jahmiyahnya (halaman: 74).
Ibnu Jarîr meriwayatkan dalam Jâmi’ al-Bayâni fi at-Ta’wîl al-Qur’âninya (4/173):
“Muhammad bin Marzuq telah bercerita kepada kami (Ibnu Jarîr), katanya (Muhammad bin Marzuq): “Telah bercerita kepada kami (Muhammad bin Marzuq) ‘Umair bin Yunus, katanya (‘Umair bin Yunus): “Ishaq bin Abi Thalhah telah bercerita kepada kami (‘Umair bin Yunus), katanya (Ishaq bin Abi Thalhah): “Anas bin Malik telah bercerita kepada kami (Ishaq bin Abi Thalhah) tentang para Sahabat Nabi SAW. yang diutus ke penduduk Bi’r Ma’unah, katanya (Anas bin Malik): “Saya tidak tahu 40 atau 70 orang. Pemimpin kampung itu ‘Amir bin ath-Thufail al-Ja’fari. Berangkatlah rombongan Sahabat Nabi SAW. ini sampai tiba di sebuah gua yang tinggi di atas perairan itu, lalu mereka duduk di sana dan berkata satu sama lain: “Siapa yang mau menyampaikan risalah Rasulullah SAW. kepada penduduk perairan ini?”. Katanya (Abu Milhan al-Anshari): “Saya yang menyampaikan risalah Rasulullah SAW”. Kemudian dia (Abu Milhan al-Anshari) berangkat hingga tiba di sebuah perkampungan (Bi’r Ma’unah) dan bersembunyi di depan sebuah rumah lalu berkata: “Wahai penduduk Bi’r Ma’unah, sesungguhnya saya (Abu Milhan al-Anshari) adalah utusan Rasulullah SAW. kepada kalian. Dan saya (Abu Milhan al-Anshari) bersaksi tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan (Nabi) Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya”. Tiba-tiba keluarlah seseorang dari reruntuhan rumah dengan tombak terhunus lalu menikam lambungnya hingga menembus bagian lain. Dia (Abu Milhan al-Anshari) berteriak: “Allahu akbar, aku beruntung, demi Rabb Ka’bah”. Mereka (pasukan yang dipimpin oleh ‘Amir bin ath-Thufail) pun menelusuri jejaknya (Abu Milhan al-Anshari) sampai menemukan teman-temannya (Abu Milhan al-Anshari). Kemudian Amir bin ath-Thufail membunuh mereka (teman-teman Abu Milhan al-Anshari) semua”. Katanya: “Ishaq mengatakan: “Anas bin Malik telah bercerita kepada saya (Ishaq) bahwa Allah SWT. telah menurunkan tentang mereka (kaum Muslim yang terbunuh di perkampungan Bi’r Ma’unah) dan sesudah itu mengangkatnya sampai beberapa lama kami tidak lagi membacanya. Dan Allah SWT. turunkan:
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (١٧١)
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”.
KETERANGAN:
Ibnu Jarîr juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Târîkhnya (3/36), dan di dalamnya disebutkan bahwa sebab turunnya ayat (169-171, Surat ali-‘Imran) di atas adalah korban Bi’r Ma’unah.
Asy-Syaukanî berkata: “Bagaimanapun ayat ini berdasarkan keumumannya yaitu: mencakup seluruh Syuhada”.
BIBLIOGRAFI
Al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî (at-Tirmidzî/al-Imâm al-Hâfidz Abî ‘Îsâ Muhammad
bin ‘Îsâ bin Saurah at-Tirmidzî).
Al-Jihâd (Ibnu al-Mubarak).
Al-Mîzân al-I’tidâl (Imâm adz-Dzahabî).
Al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahîhain (al-Hâkim/Muhammad bin ‘Abdullah Abu ‘Abdullah al-
Hâkim an-Naisâbûrî ).
Ar-Radd ‘ala al-Jahmiyah (ad-Dârimî/’Utsman bin Sa’id ad-Dârimî).
Jâmi’ al-Bayâni fi at-Ta’wîl al-Qur’âni (Ibnu Jarîr/Abu Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin
Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).
Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli (as-Suyûthî/Imâm Jalâludin as-Suyûthî).
Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbal (Imâm Ahmad bin Hanbal/Ahmad ibn Hanbal asy-
Syaibanî).
Sunan Abî Dâwud (Abû Dâwud/al-Imâm al-Hâfidz al-Mushannif al-Mutqan Abî Dâwud
Sulaimân Ibnu al-‘Asy’ats as-Sijistânî al-Azadî).
Sunan Ibn Mâjah (Ibnu Mâjah).
Syîrah Ibn Hisyâm (Ibnu Hisyâm).