🔊 PUASA RAJAB ITU MASYRUU' 🔊
Puasa di Bulan Rajab itu Secara UMUM Tidak Dituntunkan oleh Nabi SAW. Dan Secara KHUSUS itu Dituntunkan oleh Nabi SAW. Yang merupakan Salah Satu Bagian dari Puasa Sunnah dalam Bulan-bulan Haram (yaitu: Dzulqi'dah, Dzulhijjah, Al-Muharram dan Rajab).
Sebagaimana Firman Allah SWT. berikut:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَاۤ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ ۗ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً ۗ وَاعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ.
"Sesungguhnya Jumlah Bulan menurut Allah ialah Dua Belas Bulan, (sebagaimana) dalam Ketetapan Allah pada waktu Dia Menciptakan Langit dan Bumi, di antaranya ada Empat Bulan Haram (suci). Itulah (ketetapan) Agama yang Lurus, maka janganlah kalian Berbuat Aniaya dalam (bulan yang empat) itu, dan Perangilah Kaum Musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kalian semua. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta Orang-orang yang Bertakwa".
{QS. At-Taubah (9) Ayat: 36}.
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَاۤ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗ ذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ ۗ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَآفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَآفَّةً ۗ وَاعْلَمُوْۤا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ.
"Sesungguhnya Jumlah Bulan menurut Allah ialah Dua Belas Bulan, (sebagaimana) dalam Ketetapan Allah pada waktu Dia Menciptakan Langit dan Bumi, di antaranya ada Empat Bulan Haram (suci). Itulah (ketetapan) Agama yang Lurus, maka janganlah kalian Berbuat Aniaya dalam (bulan yang empat) itu, dan Perangilah Kaum Musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kalian semua. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta Orang-orang yang Bertakwa".
{QS. At-Taubah (9) Ayat: 36}.
Sebagaimana Hadis Shahiih Al-Bukhaariy berikut (No. Hadis. 4294 atau 4662):
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّاب، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْد،ٍ عَنْ أَيُّوْبَ، عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنِ ابْنِ أَبِيْ بَكْرَةَ، عَنْ أَبِيْ بَكْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللّٰهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ: حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ.
"Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdul Wahhab, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, dari Ayyub, dari Muhammad, dari Ibnu Abu Bakrah, dari Abu Bakrah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Beliau SAW. bersabda: "Sesungguhnya Waktu telah berputar sebagaimana mestinya, Hal itu ditetapkan pada hari Allah Menciptakan Langit dan Bumi. Dalam Setahun ada Dua Belas Bulan, di antaranya ada Empat Bulan yang Mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu: DzulQa'dah, DzulHijjah, Al-Muharram, dan RAJAB yang biasa diagungkan oleh Suku Bani Mudhar; yaitu antara Jumadil Tsani dan Sya'ban".
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّاب، قَالَ: حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْد،ٍ عَنْ أَيُّوْبَ، عَنْ مُحَمَّدٍ، عَنِ ابْنِ أَبِيْ بَكْرَةَ، عَنْ أَبِيْ بَكْرَةَ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللّٰهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ: حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ.
"Telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin 'Abdul Wahhab, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Zaid, dari Ayyub, dari Muhammad, dari Ibnu Abu Bakrah, dari Abu Bakrah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, Beliau SAW. bersabda: "Sesungguhnya Waktu telah berputar sebagaimana mestinya, Hal itu ditetapkan pada hari Allah Menciptakan Langit dan Bumi. Dalam Setahun ada Dua Belas Bulan, di antaranya ada Empat Bulan yang Mulia. Tiga darinya berturut-turut, yaitu: DzulQa'dah, DzulHijjah, Al-Muharram, dan RAJAB yang biasa diagungkan oleh Suku Bani Mudhar; yaitu antara Jumadil Tsani dan Sya'ban".
Sebagaimana Hadis Shahiih Muslim berikut {No. Hadis. 1157 atau 1960}:
حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ نُمَيْرٍ. ح وَحَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِيْ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيْمٍ الْأَنْصَارِيُّ، قَالَ: سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ، وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبٍ، فَقَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ:
كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَصُوْمُ.
وَحَدَّثَنِيْهِ عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ. ح وَ حَدَّثَنِيْ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُوْسَى، قَالَ: أَخْبَرَنَا عِيْسَى بْنُ يُوْنُسَ، كِلَاهُمَا عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيْمٍ فِيْ هَذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِهِ.
"Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Numair - dalam Riwayat lain - Dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin Hakim Al-Anshari, ia berkata; saya bertanya kepada Sa'id bin Jubair mengenai PUASA RAJAB, dan saat itu kami berada di Bulan Rajab. Maka ia (Sa'id bin Jubair) pun menjawab; saya telah mendengar Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah Berpuasa (Rajab) hingga kami berkata bahwa Beliau tidak akan Berbuka. Dan Beliau SAW. juga pernah Berbuka (tidak berpuasa rajab) hingga kami berkata bahwa Beliau SAW. tidak akan Puasa".
"Dan telah meceritakannya kepadaku 'Ali bin Hujr, telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Mushir - dalam Riwayat lain - Dan telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Musa, telah mengabarkan kepada kami 'Isa bin Yunus, keduanya dari 'Utsman bin Hakim di dalam isnad ini, yakni dengan Hadits semisalnya".
حَدَّثَنَا أَبُوْ بَكْرِ بْنُ أَبِيْ شَيْبَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللّٰهِ بْنُ نُمَيْرٍ. ح وَحَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا أَبِيْ، قَالَ: حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ حَكِيْمٍ الْأَنْصَارِيُّ، قَالَ: سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ، وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبٍ، فَقَالَ: سَمِعْتُ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ:
كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَصُوْمُ.
وَحَدَّثَنِيْهِ عَلِيُّ بْنُ حُجْرٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ مُسْهِرٍ. ح وَ حَدَّثَنِيْ إِبْرَاهِيْمُ بْنُ مُوْسَى، قَالَ: أَخْبَرَنَا عِيْسَى بْنُ يُوْنُسَ، كِلَاهُمَا عَنْ عُثْمَانَ بْنِ حَكِيْمٍ فِيْ هَذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِهِ.
"Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami 'Abdullah bin Numair - dalam Riwayat lain - Dan Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, telah menceritakan kepada kami Bapakku, telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin Hakim Al-Anshari, ia berkata; saya bertanya kepada Sa'id bin Jubair mengenai PUASA RAJAB, dan saat itu kami berada di Bulan Rajab. Maka ia (Sa'id bin Jubair) pun menjawab; saya telah mendengar Ibnu 'Abbas radliallahu 'anhuma berkata; Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah Berpuasa (Rajab) hingga kami berkata bahwa Beliau tidak akan Berbuka. Dan Beliau SAW. juga pernah Berbuka (tidak berpuasa rajab) hingga kami berkata bahwa Beliau SAW. tidak akan Puasa".
"Dan telah meceritakannya kepadaku 'Ali bin Hujr, telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Mushir - dalam Riwayat lain - Dan telah menceritakan kepadaku Ibrahim bin Musa, telah mengabarkan kepada kami 'Isa bin Yunus, keduanya dari 'Utsman bin Hakim di dalam isnad ini, yakni dengan Hadits semisalnya".
Ada Sebuah Riwayat dalam "Al-Minhaaju Syarh Shahiih Muslim Bin Al-Hajjaaj" (8/39):
وَفِيْ سُنَنِ أَبِيْ دَاوُدَ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْمِ مِنَ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، وَرَجَبٌ أَحَدُهَا.
"Terdapat Sebuah Riwayat di dalam Kitab Sunan Abii Daawud, bahwasanya Rasulullaah SAW. MengSunnahkan Berpuasa dalam Bulan-bulan Haram (bulan-bulan suci), dan BULAN RAJAB merupakan Salah Satu Bulan dari Bulan-bulan Haram itu".
وَفِيْ سُنَنِ أَبِيْ دَاوُدَ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْمِ مِنَ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، وَرَجَبٌ أَحَدُهَا.
"Terdapat Sebuah Riwayat di dalam Kitab Sunan Abii Daawud, bahwasanya Rasulullaah SAW. MengSunnahkan Berpuasa dalam Bulan-bulan Haram (bulan-bulan suci), dan BULAN RAJAB merupakan Salah Satu Bulan dari Bulan-bulan Haram itu".
Dan ada Sebuah Riwayat dalam "Tabyiin Al-'Ajab Bimaa Warada Fii Syahri Rajab" (Halaman 69-70):
قَالَ ابْنُ حَجَرٍ رَحِمَهُ اللّٰهِ: وَرَوَيْنَا فِيْ كِتَابِ أَخْبَارِ مَكَّةَ لِأَبِيْ مُحَمَّدِ الْفَاكِهِيِّ بِإِسْنَادٍ لاَ بَأسَ بِهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا، أَنَّهُ قَالَ: لاَ تَتَّخِذُوْا رَجَبًا عِيْدًا، تَرَوْنَهُ حَتْمًا مِثْلَ شَهْرِ رَمَضَانَ. إِذَا أَفْطَرْتُمْ مِنْهُ صُمْتُمْ وَقَضَيْتُمُوْهُ.
وَقَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ فِيْ مُصَنَّفِهِ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، قَالَ: كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَنْهَى عَنْ صِيَامِ رَجَبٍ كُلِّهِ، أَلاَ يَتَّخِذُ عِيْدًا.
وَهٰذَا إسْنَادٌ صَحِيْحٌ.
"Al-Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalaniy berkata: "Kami telah meriwayatkan dalam Kitab Akhbaar Makkah karya Abu Muhammad al-Fakihiy dengan Sanad Hadis Tidak Mengapa (Sanad Hasan atau Sanad Maqbuul), dari 'Abdullah bin 'Abbas, dia berkata: "Janganlah kalian menjadikan Bulan Rajab sebagai Hari Rayamu. Saya melihat kalian Berpuasa Rajab Satu Bulan Penuh seperti Berpuasa dalam Bulan Ramadhan. Apabila kalian Bersahur untuk BERPUASA RAJAB, maka Berpuasalah Rajab dan Tunaikan serta Tuntaskanlah Puasa Rajabmu (dan janganlah kalian Berpuasa Rajab selama satu bulan penuh)".
'Al-Hafizh 'Abdurrazzaq berkata dalam Kitab Al-Mushannafnya: "Dari 'Abdullah bin Juraij, dari 'Atha bin Abi Rabah, dia berkata: "'Abdullah bin 'Abbas Melarang Berpuasa Rajab semuanya (melarang Berpuasa Rajab selama satu bulan penuh)".
Al-Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalaniy berkata: "Sanad Hadis ('Abdurrazzaq) ini Berkualitas Shahiih".
قَالَ ابْنُ حَجَرٍ رَحِمَهُ اللّٰهِ: وَرَوَيْنَا فِيْ كِتَابِ أَخْبَارِ مَكَّةَ لِأَبِيْ مُحَمَّدِ الْفَاكِهِيِّ بِإِسْنَادٍ لاَ بَأسَ بِهِ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمَا، أَنَّهُ قَالَ: لاَ تَتَّخِذُوْا رَجَبًا عِيْدًا، تَرَوْنَهُ حَتْمًا مِثْلَ شَهْرِ رَمَضَانَ. إِذَا أَفْطَرْتُمْ مِنْهُ صُمْتُمْ وَقَضَيْتُمُوْهُ.
وَقَالَ عَبْدُ الرَّزَّاقِ فِيْ مُصَنَّفِهِ عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، عَنْ عَطَاءٍ، قَالَ: كَانَ ابْنُ عَبَّاسٍ يَنْهَى عَنْ صِيَامِ رَجَبٍ كُلِّهِ، أَلاَ يَتَّخِذُ عِيْدًا.
وَهٰذَا إسْنَادٌ صَحِيْحٌ.
"Al-Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalaniy berkata: "Kami telah meriwayatkan dalam Kitab Akhbaar Makkah karya Abu Muhammad al-Fakihiy dengan Sanad Hadis Tidak Mengapa (Sanad Hasan atau Sanad Maqbuul), dari 'Abdullah bin 'Abbas, dia berkata: "Janganlah kalian menjadikan Bulan Rajab sebagai Hari Rayamu. Saya melihat kalian Berpuasa Rajab Satu Bulan Penuh seperti Berpuasa dalam Bulan Ramadhan. Apabila kalian Bersahur untuk BERPUASA RAJAB, maka Berpuasalah Rajab dan Tunaikan serta Tuntaskanlah Puasa Rajabmu (dan janganlah kalian Berpuasa Rajab selama satu bulan penuh)".
'Al-Hafizh 'Abdurrazzaq berkata dalam Kitab Al-Mushannafnya: "Dari 'Abdullah bin Juraij, dari 'Atha bin Abi Rabah, dia berkata: "'Abdullah bin 'Abbas Melarang Berpuasa Rajab semuanya (melarang Berpuasa Rajab selama satu bulan penuh)".
Al-Imam al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalaniy berkata: "Sanad Hadis ('Abdurrazzaq) ini Berkualitas Shahiih".
KETERANGAN DAN PENJELASAN (mengenai Dalil-dalil di atas):
Al-Imam al-Qurthubiy berkata:
قَوْلُهُ تَعَالَى: (مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ) الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ الْمَذْكُوْرَةُ فِيْ هٰذِهِ الْآيَةِ ذُو الْقِعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ، الَّذِيْ بَيْنَ جُمَادَى الْآخِرَةِ وَشَعْبَانَ.
"[Ketika Menafsirkan Firman Allah SWT. dalam Surat at-Taubah (9) Ayat: 36], Bulan-bulan Haram yang tersebut dalam Ayat ini yaitu: "DzulQi'dah, DzulHijjah, Al-Muharram, dan Rajab, yaitu Suatu Bulan yg berada di antara Jumadal Akhirah dan Sya'ban".
{Al-Jaami’ Li Ahkaam Al-Qur’aan, Karya Imam al-Qurthubiy: (8/133)}.
قَوْلُهُ تَعَالَى: (مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ) الْأَشْهُرُ الْحُرُمُ الْمَذْكُوْرَةُ فِيْ هٰذِهِ الْآيَةِ ذُو الْقِعْدَةِ، وَذُو الْحِجَّةِ، وَالْمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ، الَّذِيْ بَيْنَ جُمَادَى الْآخِرَةِ وَشَعْبَانَ.
"[Ketika Menafsirkan Firman Allah SWT. dalam Surat at-Taubah (9) Ayat: 36], Bulan-bulan Haram yang tersebut dalam Ayat ini yaitu: "DzulQi'dah, DzulHijjah, Al-Muharram, dan Rajab, yaitu Suatu Bulan yg berada di antara Jumadal Akhirah dan Sya'ban".
{Al-Jaami’ Li Ahkaam Al-Qur’aan, Karya Imam al-Qurthubiy: (8/133)}.
Al-Imam Al-Hafizh Ibnu Rajab Hanbaliy berkata dalam "Tafsiir Ibnu Rajab Al-Hanbaliy"-nya (1/532):
وَمِنْهُ مَا هُوَ مَنْدُوْبٌ، كَصِيَامِ شَّعْبَانَ، وَشَوَالٍ، وَالأَشْهُرِ الحُرُمِ.
"Dan di antara Puasa-puasa Sunnah yakni: "Puasa Sya'baan, Puasa Syawaal, dan Puasa di Bulan-bulan Haram".
وَمِنْهُ مَا هُوَ مَنْدُوْبٌ، كَصِيَامِ شَّعْبَانَ، وَشَوَالٍ، وَالأَشْهُرِ الحُرُمِ.
"Dan di antara Puasa-puasa Sunnah yakni: "Puasa Sya'baan, Puasa Syawaal, dan Puasa di Bulan-bulan Haram".
Amiirul Mu'miniina Fiil Hadiits Ibnu Hajar al-'Asqalaniy berkata:
وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ: فَفِيْ هَذَا اْلخَبَرِ – وَإنْ كَانَ فِيْ إِسْنَادِهِ مَنْ لاَ يُعْرَفُ - مَا يَدُلُّ عَلَى اسْتِحْبَابِ صِيَامِ بَعْضِ رَجَبَ، لِأَنَّهُ أَحَدُ اْلأَشْهُرِ اْلحُرُمِ.
وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ: فَفِيْ هَذَا اْلخَبَرِ – وَإنْ كَانَ فِيْ إِسْنَادِهِ مَنْ لاَ يُعْرَفُ - مَا يَدُلُّ عَلَى اسْتِحْبَابِ صِيَامِ بَعْضِ رَجَبَ، لِأَنَّهُ أَحَدُ اْلأَشْهُرِ اْلحُرُمِ.
وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ: قَالَ الشَّافِعِ فِي الْقَوْلِ الْقَدِيْمِ: "اَكْرَهُ اَنْ يَتَّخِذَ الرَّجُلَ صَوْمَ شَهْرٍ، يُكْمِلُهُ مِنْ بَيْنِ الشَّهْرِ، كَمَا يُكْمِلُ رَمَضَانَ. وَلِذَالِكَ اَكْرَهُ اَنْ يَتَّخِذَ الرَّجُلَ يَوْمًا مِنَ الْاَيَّامِ. وَاِنَّمَا كَرَهْتُ هَذَا لِئَلاَّ يَتَأَسَی جَاهِلاً، فَيَظُنُّ اَنَّ ذَالِكَ وَاجِبٌ".
وَقَالَ ابْنُ حَجَرٍ: فَهٰذَا النَّهْيُ مُنْصَرِفٌ اِلَی مَنْ يَصُوْمِهِ مُعَظَّمًا لِاَمْرِ الْجَاهِلِيَّةِ. اِمَّا اَنْ صَامَهُ لِقَصْدِ الصَّوْمِ فِي الْجُمْلَةِ، مِنْ غَيْرِ اَنْ يَجْعَلَهُ حَتْمًا، اَوْ يَخُصَّ مِنْهُ اَيَّامًا مُعَيِّنَةً يُوَاظِبُ عَلَی صَوْمِهَا، اَوْ لَيَالٍ مُعَيِّنَةٍ يُوَاظِبُ عَلَی قِيَامِهَا، بِحَيْثُ يَظُنُّ اَنَّهَا سُنَّةً، وَهٰذَا مِنْ فِعْلِهِ مِنَ السَّلاَمَةِ مِمَّا اسْتَثْنَی، فَلاَ بَأْسَ بِهِ. فَاِنْ خَصَّ ذَالِكَ، اَوْ جَعَلَهُ حَتْمًا فَهٰذَا مَحْظُوْرٌ.
"Mengenai Khabar Shahabat di atas meskipun dalam Sanad Hadisnya ada Perawi yang Majhul (tidak diketahui identitasnya), maka Hal itu masih tetap menunjukkan Hukum Mustahabbnya (sangat disukai oleh Allah SWT) Berpuasa Rajab di Sebagian Harinya, dikarenakan Bulan Rajab merupakan Salah Satu Bagian dari Bulan-bulan Haram (Asyhurul Muharramaat)".
{Tabyiin Al-'Ajab Bimaa Warada Fii Syahri Rajab, Halaman: 30}.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalaniy kembali berkata: "Imam asy-Syafi'iy berkata dalam Qaulul Qadimnya: "Saya Membenci Seseorang yang (Bepuasa Rajab) selama Satu Bulan Penuh, sebagaimana ia Berpuasa Penuh dalam Bulan Ramadhan. Dan saya juga membenci Seseorang yang (Berpuasa Rajab) pada Hari Tertentu dan Khusus, dari Hari-hari itu. Sesungguhnya saya membenci Hal demikian itu agar Orang-orang yang Bodoh tidak Mempraktekkan (Puasa Rajab) itu, hingga jangan sampai Orang-orang yang Bodoh itu Mengira bahwa (Puasa Rajab) itu wajib".
{Tabyiin Al-'Ajab Bimaa Warada Fii Syahri Rajab, Halaman: 68-69}.
"Mengenai Khabar Shahabat di atas meskipun dalam Sanad Hadisnya ada Perawi yang Majhul (tidak diketahui identitasnya), maka Hal itu masih tetap menunjukkan Hukum Mustahabbnya (sangat disukai oleh Allah SWT) Berpuasa Rajab di Sebagian Harinya, dikarenakan Bulan Rajab merupakan Salah Satu Bagian dari Bulan-bulan Haram (Asyhurul Muharramaat)".
{Tabyiin Al-'Ajab Bimaa Warada Fii Syahri Rajab, Halaman: 30}.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalaniy kembali berkata: "Imam asy-Syafi'iy berkata dalam Qaulul Qadimnya: "Saya Membenci Seseorang yang (Bepuasa Rajab) selama Satu Bulan Penuh, sebagaimana ia Berpuasa Penuh dalam Bulan Ramadhan. Dan saya juga membenci Seseorang yang (Berpuasa Rajab) pada Hari Tertentu dan Khusus, dari Hari-hari itu. Sesungguhnya saya membenci Hal demikian itu agar Orang-orang yang Bodoh tidak Mempraktekkan (Puasa Rajab) itu, hingga jangan sampai Orang-orang yang Bodoh itu Mengira bahwa (Puasa Rajab) itu wajib".
{Tabyiin Al-'Ajab Bimaa Warada Fii Syahri Rajab, Halaman: 68-69}.
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-'Asqalaniy kembali berkata: "(Ketika menerangkan Kedua Hadis yang ia Riwayatkan di atas), Larangan Puasa (Rajab) ini hanya berlaku bagi Orang-orang yang Berpuasa (Rajab) untuk Mengagung-agungkan Perkara Orang-orang Jahiliyah, baik bagi Orang-orang yang Berpuasa Rajab dalam Jumlah Hari Tertentu, dengan tidak Berpuasa Penuh; dan atau Mengkhususkan Berpuasa Rajab di Hari-hari Tertentu itu; ataupun juga Shalat Malam yang dikhususkan pada Malam-malam Tertentu. Sebaliknya apabila yang ia lakukan hanya sebatas untuk menjalankan Salah Satu dari Praktik Sunnah Nabi SAW. maka tidaklah mengapa ia Melakukan Amalan-Perbuatan Sunnah itu. Sedangkan apabila Berpuasa (Rajab) dan Shalat Malam (pada Bulan Rajab) itu dilakukan Selama Satu Bulan Penuh, maka Hal Perbuatan itu tentu Dilarang dalam Syari'at Islam".
{Tabyiin Al-'Ajab Bimaa Warada Fii Syahri Rajab, Halaman: 69-71}.
{Tabyiin Al-'Ajab Bimaa Warada Fii Syahri Rajab, Halaman: 69-71}.
Imam an-Nawawiy berkata dalam "Al-Minhaaju Syarh Shahiih Muslim Bin Al-Hajjaaj"-nya (8/38) - (8/39):
ِقَوْلُهُ (سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ، عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ، فَقَالَ سَمِعْتُ بْنُ عَبَّاسٍ يَقُوْلُ: كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَصُوْمُ). الظَّاهِرُ أَنَّ مُرَادَ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ بِهَذَا الِاسْتِدْلَالِ أَنَّهُ لَا نَهْيَ عَنْهُ وَلَا نَدْبَ فِيْهِ لِعَيْنِهِ. بَلْ لَهُ حُكْمُ بَاقِيْ الشُّهُوْرِ وَلَمْ يَثْبُتْ فِيْ صَوْمِ رَجَبٍ نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ، وَلَكِنَّ أَصْلَ الصَّوْمِ مَنْدُوْبٌ إِلَيْهِ.
وَفِيْ سُنَنِ أَبِيْ دَاوُدَ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْمِ مِنَ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، وَرَجَبٌ أَحَدُهَا. وَاللّٰهُ اَعْلَمُ.
"Ketika Mensyarah (Hadis Shahiih Muslim No. Hadis. 1157 atau 1960), Secara Eksplisit Maksud dari Dalil Riwayat Sa'id bin Jubair bahwasanya Tidak Ada Larangan dan Anjuran Sunnah untuk Berpuasa Rajab, Secara Kasat Mata.
Akan tetapi Berpuasa Rajab itu tidak ditetapkan (dalam Syari'at Islam) untuk Dilarang dan DiSunnahkan.
Meskipun demikian, sesungguhnya Hukum Asal BERPUASA RAJAB adalah Sunnah untuk dilakukan.
Sebagaimana dalam Sebuah Riwayat dari Kitab Sunan Abii Daawud, bahwasanya Rasulullaah SAW. MengSunnahkan Berpuasa dalam Bulan-bulan Haram (bulan-bulan suci), dan BULAN RAJAB merupakan Salah Satu Bulan dari Bulan-bulan Haram itu".
ِقَوْلُهُ (سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ جُبَيْرٍ، عَنْ صَوْمِ رَجَبٍ، فَقَالَ سَمِعْتُ بْنُ عَبَّاسٍ يَقُوْلُ: كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُوْلَ لَا يَصُوْمُ). الظَّاهِرُ أَنَّ مُرَادَ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ بِهَذَا الِاسْتِدْلَالِ أَنَّهُ لَا نَهْيَ عَنْهُ وَلَا نَدْبَ فِيْهِ لِعَيْنِهِ. بَلْ لَهُ حُكْمُ بَاقِيْ الشُّهُوْرِ وَلَمْ يَثْبُتْ فِيْ صَوْمِ رَجَبٍ نَهْيٌ وَلَا نَدْبٌ لِعَيْنِهِ، وَلَكِنَّ أَصْلَ الصَّوْمِ مَنْدُوْبٌ إِلَيْهِ.
وَفِيْ سُنَنِ أَبِيْ دَاوُدَ أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى الصَّوْمِ مِنَ الْأَشْهُرِ الْحُرُمِ، وَرَجَبٌ أَحَدُهَا. وَاللّٰهُ اَعْلَمُ.
"Ketika Mensyarah (Hadis Shahiih Muslim No. Hadis. 1157 atau 1960), Secara Eksplisit Maksud dari Dalil Riwayat Sa'id bin Jubair bahwasanya Tidak Ada Larangan dan Anjuran Sunnah untuk Berpuasa Rajab, Secara Kasat Mata.
Akan tetapi Berpuasa Rajab itu tidak ditetapkan (dalam Syari'at Islam) untuk Dilarang dan DiSunnahkan.
Meskipun demikian, sesungguhnya Hukum Asal BERPUASA RAJAB adalah Sunnah untuk dilakukan.
Sebagaimana dalam Sebuah Riwayat dari Kitab Sunan Abii Daawud, bahwasanya Rasulullaah SAW. MengSunnahkan Berpuasa dalam Bulan-bulan Haram (bulan-bulan suci), dan BULAN RAJAB merupakan Salah Satu Bulan dari Bulan-bulan Haram itu".
KESIMPULAN:
1. Puasa di Bulan Rajab itu Secara UMUM Tidak Dituntunkan oleh Nabi SAW.
2. Puasa di Bulan Rajab itu Secara KHUSUS itu Dituntunkan oleh Nabi SAW. Yang merupakan Salah Satu Bagian dari Puasa Sunnah dalam Bulan-bulan Haram (yaitu: Dzulqi'dah, Dzulhijjah, Al-Muharram dan Rajab).
3. Mengenai Praktik dalam Berpuasa Rajab dan atau Shalat Malam pada Bulan Rajab, maka tidak boleh dikhususkan pada Tanggal, Hari, dan Ritual-ritual tertentu dalam Bulan Rajab saja. Dan Hal-hal itu seyogyanya juga dilakukan di Luar Bulan-bulan Rajab. Begitupula Berpuasa Rajab dan atau Shalat Malam pada Bulan Rajab serta Amal-amal Kebajikan lainnya yang dilakukan Selama Satu Bulan Penuh di Bulan Rajab sebagaimana dalam Bulan Ramadhan, maka Hal Perbuatan itu tentu Dilarang dalam Syari'at Islam.
4. Hadis-hadis yang menerangkan Keutamaan-keutamaan Berpuasa Rajab merupakan Hadis-hadis yang Berkualitas Dha'iif (lemah), Sangat Lemah (syadiidud dha'fi) dan Palsu (mawdhuu').
5. Puasa Rajab itu Masyru' dalam Agama Islam. Dan Kemuliaan Bulan Rajab itu sebagaimana Kemuliaan-kemuliaan Bulan-bulan Haram (asyhurul muharramaat) lainnya.
1. Puasa di Bulan Rajab itu Secara UMUM Tidak Dituntunkan oleh Nabi SAW.
2. Puasa di Bulan Rajab itu Secara KHUSUS itu Dituntunkan oleh Nabi SAW. Yang merupakan Salah Satu Bagian dari Puasa Sunnah dalam Bulan-bulan Haram (yaitu: Dzulqi'dah, Dzulhijjah, Al-Muharram dan Rajab).
3. Mengenai Praktik dalam Berpuasa Rajab dan atau Shalat Malam pada Bulan Rajab, maka tidak boleh dikhususkan pada Tanggal, Hari, dan Ritual-ritual tertentu dalam Bulan Rajab saja. Dan Hal-hal itu seyogyanya juga dilakukan di Luar Bulan-bulan Rajab. Begitupula Berpuasa Rajab dan atau Shalat Malam pada Bulan Rajab serta Amal-amal Kebajikan lainnya yang dilakukan Selama Satu Bulan Penuh di Bulan Rajab sebagaimana dalam Bulan Ramadhan, maka Hal Perbuatan itu tentu Dilarang dalam Syari'at Islam.
4. Hadis-hadis yang menerangkan Keutamaan-keutamaan Berpuasa Rajab merupakan Hadis-hadis yang Berkualitas Dha'iif (lemah), Sangat Lemah (syadiidud dha'fi) dan Palsu (mawdhuu').
5. Puasa Rajab itu Masyru' dalam Agama Islam. Dan Kemuliaan Bulan Rajab itu sebagaimana Kemuliaan-kemuliaan Bulan-bulan Haram (asyhurul muharramaat) lainnya.
Wallaahu A'lamu Bishshawaab.
By: Jati Sarwo Edy . 😊