Senin, 25 Februari 2013

Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah (2), Ayat: 204


Asbâbun Nuzûl Surat al-Baqarah (2), Ayat: 204

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللهَ عَلَى مَا فِيْ قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ (٢٠٤)
204. Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allâh (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.







Imâm Ibnu Jarîr[1] meriwayatkan dalam Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta-wîl ay al-Qurânnya (3/573):
حَدَّثَنَا أَبُوْ كُرَيْبٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا يُوْنُسُ بْنُ بُكَيْرٍ، عَنِ ابنِ إِسْحَاقَ، قَالَ: حَدَّثَنِيْ مُحَمَّدُ بْنُ أَبِيْ مُحَمَّدٍ مَوْلَى زَيْدِ بْنِ ثَابِتٍ، قَالَ: حَدَّثَنِيْ سَعِيْدُ بْنُ جُبَيْرٍ, أَوْ عِكْرِمَةُ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: لَمَّا أُصِيْبَتْ هَذِهِ السَّرِيَّةُ أَصْحَابُ خُبَيْبٍ بِالرَّجِيْعِ بَيْنَ مَكَّةَ، وَالْمَدِيْنَةِ، فَقَالَ رِجَالٌ مِنَ الْمُنَافِقِيْنَ: يَا وَيْحَ هَؤُلَاءِ الْمَقْتُوْلِيْنَ الَّذِيْنَ هَلَكُوْا هَكَذَا، لَا هُمْ قَعَدُوْا فِيْ بُيُوْتِهِمْ، وَلَا هُمْ أَدُّوْا رِسَالَةَ صَاحِبِهِمْ. فَأَنْزَلَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيْ ذَالِكَ مِنْ قَوْلِ الْمُنَافِقِيْنَ، وَمَا أَصَابَ أُوْلَئِكَ النَّفَرَ فِيْ الشَّهَادَةِ وَالْخَيْرِ مِنَ اللهِ: (وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا.............).
"Abû Kuraib[2] telah bercerita kepada kami (kepada Ibnu Jarîr), dia (Abû Kuraib) berkata: "Yûnus bin Bukair[3] telah bercerita kepada kami (kepada Abû Kuraib), dari Ibnu Ishâq[4], dia (Ibnu Ishâq) berkata: “Muhammad bin Abî Muhammad Maulâ Zaid bin Tsâbit[5] telah bercerita kepada saya (kepada Ibnu Ishâq), dia (Muhammad bin Abî Muhammad) berkata: “Sa’îd bin Jubair[6] atau ‘Ikrimah[7] telah bercerita kepada saya (kepada Muhammad bin Abî Muhammad), dari ‘Abdullâh bin ‘Abbâs[8], dia (‘Abdullâh bin ‘Abbâs) berkata: "Ketika satu pleton (detasemen) Pasukan Khubaib (pasukan Kaum Muslimîn) hendak kembali, dan sedang berada di antara Makkah dan Madînah; beberapa Kaum Munâfiqîn berkata: "Wahai celakanya mereka (satu pleton pasukan Kaum Muslimîn) yang terbunuh yang wafat seperti ini; mereka (para Syuhadâ Kaum Muslimîn) tidak dapat tinggal di rumah mereka, dan mereka (para Syuhadâ Kaum Muslimîn) juga tidak dapat menunaikan Risâlah temannya (yaitu: Risâlah Nabi SAW)". Maka Allâh SWT. menurunkan atas perkataan beberapa Kaum Munâfiqîn; dan para Syuhadâ Kaum Muslimîn yang wafat di Medan Peperangan (Surat al-Baqarah, Ayat: 204):
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ............. (٢٠٤)
204. Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu………………".





KETERANGAN (dari para Muhadditsîn[9]):
Hadis di atas berkualitas shahîh[10], karena semua rawinya tsiqqât[11].
  1. Imâm Ibnu Hisyâm[12] juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam as-Sîrah an-Nabawiŷahnya (2/174) – (2/175).
  2. Al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim[13] juga meriwayatkan dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya (2/363) – (2/369).
  3. Al-Hâfizh Jalâluddîn as-Suyûthî[14] juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûlnya (Juz. 2, 2/al-Baqarah), dengan menisbahkan kepada Riwayat al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya (2/363) – (2/369). Beliau (al-Hâfizh Jalâluddîn as-Suyûthî) juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam ad-Durr al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûrnya (2/475)[15].







PENJELASAN (kedudukan hadis di atas):
Atsar[16] 'Abdullâh bin 'Abbâs di atas digolongkan Mawqûf li hukmi Marfû’, maksudnya: hadis Mawqûf[17] yang dihukumi Marfû’[18]. Karena para Muhadditsîn[19] telah bersepakat bahwa: “Ada beberapa macam Mawqûf yang dihukumi Marfû’, dan salah satunya yaitu: penafsiran para Sahabat yang berkaitan dengan sebab turunnya (asbâb an-nuzûl) suatu Ayat”.
Sebagaimana penjelasan para Muhadditsîn tersebut, maka Atsar 'Abdullâh bin 'Abbâs di atas tergolong hadis Mawqûf yang dihukumi Marfû’ oleh para Muhadditsîn, sehingga (hadis 'Abdullâh bin 'Abbâs di atas) dapat dijadikan sebagai huĵah (pedoman/ landasan) dalam hukum Syara’ (Islâm).







KESIMPULAN:
Surat al-Baqarah (2), Ayat: 204 diturunkan mengenai:
"Perkataan beberapa Kaum Munâfiqîn; dan para Syuhadâ Kaum Muslimîn yang wafat di Medan Peperangan".







BIBLIOGRAFI

Ad-Durr al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûr (al-Hâfizh as-Suyûthî/ ‘Abdurrahmân
bin Abî Bakr).
As-Sîrah an-Nabawiŷah li Ibn Hisyâm (Imâm Ibnu Hisyâm/ 'Abdul Malik bin Hisyâm
bin Aŷûb).
Jâmi’ al-Bayân ‘an Ta-wîl ay al-Qurân (Imâm Ibnu Jarîr/ Muhammad bin Jarîr bin
Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib).
Lubâb an-Nuqûl fî Asbâb an-Nuzûl (al-Hâfizh as-Suyûthî/ ‘Abdurrahmân bin Abî
Bakr).
Tafsîr Ibn Abî Hâtim (al-Hâfizh Ibnu Abî Hâtim/ ‘Abdurrahmân bin Abî Hâtim).


























[1] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib. Ia (Ibnu Jarîr) merupakan seorang tsiqqah ‘âlim (kredibel ke-âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang ‘âlim). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Âmalî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Ja’far ath-Thabarî. Laqab (gelar/titel) nya: Abâ at-Tafsîr dan Abâ at-Târîkh. Ia (Ibnu Jarîr) lahir di Thabari Sittân pada tahun 224 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Baghdâd. Ia (Ibnu Jarîr) wafat di Baghdâd pada tahun 310 Hijriyah.

[2] Nama sebenarnya yaitu: Muhammad bin al-‘Alâ bin Kuraib. Ia (Abû Kuraib) merupakan seorang Tabi’ al-Atbâ’ senior. Dan ia (Abû Kuraib) juga merupakan seorang tsiqqah al-Imâm al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm dan al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Hamdânî al-Kûfŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Kuraib. Ia (Abû Kuraib) lahir di Kûfah (wialayah negara 'Irâq) pada tahun 160 atau 161 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Kûfah. Ia (Abû Kuraib) wafat pada tahun 247 atau 248 Hijriyah.

[3] Nama lengkapnya yaitu: Yûnus bin Bukair bin Wâshil. Ia (Yûnus bin Bukair) merupakan seorang Tabi’ Tâbi’în junior. Ia (Yûnus bin Bukair) di-tsiqqah-kan (dikredibelkan ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya) oleh: al-Hâfizh Yahyâ bin Ma’în, al-Hâfizh Ibnu Numair, al-Hâfizh Ibnu ‘Ammâr, al-Hâfizh Ibnu Hibbân, dan al-Hâfizh al-Hâkim. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Jammâl asy-Syaibânî al-Kûfŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Bakr atau Abû Bukair. Ia (Yûnus bin Bukair) lahir di Kûfah (wialayah negara 'Irâq). Tempat tinggalnya di Kûfah. Ia (Yûnus bin Bukair) wafat di Kûfah pada tahun 199 Hijriyah, pada masa Khalîfah al-Ma'mûn.

[4] Nama lengkapnya yaitu: Muhammad bin Ishâq bin Yasâr. Ia (Ibnu Ishâq) merupakan seorang Tâbi’în junior. Ia (Ibnu Ishâq) di-tsiqqah-kan (dikredibelkan ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya) oleh: al-Hâfizh Yahyâ bin Ma’în, al-Hâfizh 'Alî bin al-Madînî, al-Hâfizh Muslim bin al-Haĵâj, al-Hâfizh Ibnu Hibbân, dan al-Hâfizh al-‘Ijlî. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Madanî al-Qurasyî al-Mathlabŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Bakr atau Abû 'Abdullâh. Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (Ibnu Ishâq) wafat di Baghdâd (Ibu Kota negara 'Irâq) pada tahun 150 atau 151 atau 152 Hijriyah, dikubur di Baghdâd, di Pemakaman al-Khayzurân.

[5] Namanya yaitu: Muhammad bin Abî Muhammad Maulâ Zaid bin Tsâbit. Ia (Muhammad bin Abî Muhammad) hidup bersama Tâbi’în junior, akan tetapi ia (Muhammad bin Abî Muhammad) tidak bertemu dengan Sahabat Nabi SAW. Ia (Muhammad bin Abî Muhammad) di-tsiqqah-kan (dikredibelkan ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya) oleh: al-Hâfizh Ibnu Hibbân dan al-Hâfizh adz-Dzahabî. Ia (Muhammad bin Abî Muhammad) lahir di Madînah. Tempat tinggalnya di Madînah.

[6] Nama lengkapnya yaitu: Sa’îd bin Jubair bin Hisyâm. Ia (Sa’îd bin Jubair) merupakan seorang Tâbi’în pertengahan. Ia (Sa’îd bin Jubair) adalah seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang konsisten). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Asadî al-Wâlibŷ al-Kûfŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhamad atau Abû 'Abdullâh. Tempat tinggalnya di Kûfah. Ia (Sa’îd bin Jubair) wafat di ‘Irâq pada tahun 94 atau 95 Hijriyah.

[7] Nama lengkapnya yaitu: ‘Ikrimah Maulâ ‘Abdullâh bin ‘Abbâs. Ia (‘Ikrimah) merupakan seorang Tâbi’în pertengahan. Ia (‘Ikrimah) adalah seorang tsiqqah tsabat (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang yang konsisten). Ia (‘Ikrimah) adalah orang Barat yang berasal dari al-Barbar, dahulukala ia ('Ikrimah) adalah Hamba Sahayanya Hushain bin Abî al-Har al-'Anbarŷ, kemudian dibeli oleh 'Alî bin Abî Thâlib ketika di Kota Bashrah, setelah itu 'Alî bin Abî Thâlib menghadiahkan 'Ikrimah kepada ‘Abdullâh bin ‘Abbâs. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Barbarî al-Qurasyî al-Hâsimî al-Madanŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû ‘Abdullâh. Tempat tinggalnya di Madînah. Ia (‘Ikrimah) wafat di Madînah pada tahun 104 atau 105 Hijriyah.

[8] Nama lengkapnya yaitu: ‘Abdullâh bin ‘Abbâs bin ‘Abdul Muthallib bin Hâsyim bin 'Abdu Manâf. Ia (Ibnu ‘Abbâs) merupakan seorang Sahabat dan juga seorang pakar tafsîr (tafsir), fiqh (fikih), lughah (gramatika), Syi’ir (Sya’ir), farâidh (waris) dan hadîts (hadis). Serta ia (Ibnu ‘Abbâs) telah meriwayatkan 1.660 Hadîts. Semua Sahabat Nabi SAW. tsiqqah dan ‘âdl. Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Makkî al-Qurasyî al-Hâsyimî al-Madanŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû al-‘Abbâs. Laqab (gelar/titel) nya: Ibn ‘Abbâs, al-Hijr dan al-Bahr. Ia (Ibnu ‘Abbâs) lahir di Makkah, di Syi'ib Banî Hâsyim tiga (3) tahun sebelum Tahun Hijrah. Tempat tinggalnya di Marwa ar-Ruwadz (salah satu Kota di Khurrâsân). Ia (Ibnu ‘Abbâs) wafat di ath-Thâif pada tahun 68 Hijriyah.

[9] Muhadditsîn yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh, hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan antara yang shahîh dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya. Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î, Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.

[10] Hadis Shahîh ialah: Hadis yang bersambung (muttashil) sanadnya, diriwayatkan oleh orang yang ‘âdl (‘âdl yaitu: orang yang istiqamah dalam beragama, baik akhlaqnya, tidak fasiq dan tidak melakukan cacat muru’ah), sempurna ke-dhabith-annya, tidak ada keganjilan (syadzdz), dan tidak ada kecacatan (‘illat).

[11] Tsiqqât adalah: Para perawi hadis yang kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya.

[12] Nama lengkapnya yaitu: 'Abdul Malik bin Hisyâm bin Aŷûb. Ia (Ibnu Hisyâm) merupakan seorang tsiqqah al-Imâm (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Imâm). Ia (Ibnu Hisyâm) juga seorang pakar târîkh (sejarah), adb (sastra), lughah (gramatika, termasuk juga 'Ilmu Nahwu), dan hadîts (hadis). Nasab (keturunan) nya yaitu: al-Himyarî al-Ma'âfirî al-Bashrŷ. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhammad adz-Dzuhlŷ. Laqab (gelar/titel) nya: Imâm Ibnu Hisyâm. Ia (Ibnu Hisyâm) lahir di Bashrah. Tempat tinggalnya di Mesir. Ia (Ibnu Hisyâm) wafat di Mesir pada tahun 218 atau 213 Hijriyah.

[13] Nama lengkapnya yaitu: ‘Abdurrahmân bin Abî Hâtim. Ia (Ibnu Abî Hâtim) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-‘âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Nasab (keturunan) nya yaitu: ar-Râzî. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Abû Muhammad. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh Ibn Abî Hâtim. Ia (Ibnu Abî Hâtim) adalah pakar tafsîr (tafsir) dan hadîts (hadis). Ia (Ibnu Abî Hâtim) wafat pada tahun 327 Hijriyah.

[14] Nama sebenarnya yaitu: ‘Abdurrahmân bin Abî Bakr. Kuniyah (nama akrab) nya yaitu: Jalâluddîn. Laqab (gelar/titel) nya: al-Hâfizh as-Suyûthî. Ia (as-Suyûthî) adalah seorang tsiqqah al-Hâfizh (kredibel ke-âdl-an dan ke-dhabith-annya, serta seorang al-Hâfizh). Serta ia (as-Suyûthî) juga seorang pakar tafsîr (tafsir), hadîts (hadis), lughah (gramatika), adb (sastra), fiqh (fikih), târîkh (sejarah), dan sebagainya. Nasab (keturunan) nya yaitu: as-Suyûthî. Ia (as-Suyûthî) lahir di Qâhirah pada tahun 849 Hijriyah. Tempat tinggalnya di Qâhirah. Ia (as-Suyûthî) wafat di Qâhirah pada tahun 911 Hijriyah.

[15] Al-Hâfizh Jalâluddîn as-Suyûthî. Ad-Durr al-Mantsûr fî at-Tafsîr bi al-Ma’tsûr, Tahqîq Dr. ‘Abdullâh bin ‘Abdul Muhsin at-Tirkî. Al-Qâhirah: Al-Muhandisîn. Cetakan Pertama, Juz. 2, halaman: 475.

[16] Atsar adalah: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat dan Tâbi’în, baik berupa perkataan dan perbuatan.

[17] Hadis Mawqûf yaitu: Sesuatu yang disandarkan kepada Sahabat, baik berupa perkataan, perbuatan dan persetujuan; baik bersambung sanadnya ataupun terputus sanadnya.

[18] Marfu’ maksudnya: Terangkatnya derajat hadis hingga ke Nabi SAW.

[19] Muhadditsîn yaitu: Orang yang hafal matan-matan hadis, mengetahui gharîb serta faqîh, hafal sanad, mengetahui ihwal para perawi, dapat membedakan antara yang shahîh dengan yang dha’îf, seorang penghimpun buku, penulis, pendengar, pencari sanad-sanad hadis, dan mengetahui sanad yang terpendek dari padanya. Contoh para Muhadditsîn: Imâm Mâlik, Imâm asy-Syâfi’î, Imâm Ahmad bin Hanbal, Imâm Bukhârî, Imâm Muslim, at-Tirmidzî, Abû Dâwud, an-Nasâ-î, Ibnu Mâjah, Ibnu Khuzaymah, Ibnu Hibbân, dan sebagainya.