Jumat, 30 September 2011

Asbâbun Nuzûl Surat an-Nisâ’ (4), Ayat: 4

Asbâbun Nuzûl Surat an-Nisâ’ (4), Ayat: 4

وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا (٤)
4. Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya.




Imâm Jalâluddîn as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 4/an-Nisâ’) dengan menisbahkan kepada Ibnu Abî Hâtim dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya:
“Dikemukakan oleh Ibnu Abî Hâtim yang bersumber dari Abî Shâlih. Abû Shâlih berkata: “Dahulu seorang bapak bila menikahkan anak perempuannya, dia (seorang bapak yang menikahkan anak perempuannya) mengambil maskawin (mahar) nya tersebut (mahar anak perempuannya) tanpa seizin anaknya itu. Hal seperti itu dilarang oleh Allah SWT. Maka turunlah ayat:
وَآتُوا النِّسَاءَ صَدُقَاتِهِنَّ نِحْلَةً فَإِنْ طِبْنَ لَكُمْ عَنْ شَيْءٍ مِنْهُ نَفْسًا فَكُلُوهُ هَنِيئًا مَرِيئًا (٤)
4. Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya”.


KETERANGAN:
Kata Imâm Jalâluddîn as-Suyûthî: “Hadis yang ia keluarkan di atas berkualitas hasan”.






BIBLIOGRAFI

Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli (as-Suyûthî/Imâm Jalâluddîn as-Suyûthî).
Tafsîr Ibn Abî Hâtim (Ibnu Abî Hâtim).









Selasa, 27 September 2011

Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3), Ayat: 199

Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3), Ayat: 199
وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ لا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (١٩٩)
199. Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya.



Imâm al-Bazzâr meriwayatkan dalam Musnad Abû Bakr al-Bazzârnya (1/392):
“Muhammad bin ‘Abdurrahmân bin al-Mufadldlal al-Harrani telah bercerita kepada kami (al-Bazzâr), katanya (Muhammad bin ‘Abdurrahmân bin al-Mufadldlal al-Harrani): “Telah bercerita kepada kami (Muhammad bin ‘Abdurrahmân bin al-Mufadldlal al-Harrani) ‘Utsmân bin ‘Abdurrahmân, katanya (‘Utsmân bin ‘Abdurrahmân): “Telah bercerita kepada kami (‘Utsmân bin ‘Abdurrahmân) ‘Abdurrahmân bin Tsâbit bin Tsaubân dari Humaid dari Anas bin Mâlik dari Nabi SAW”.
“Dan telah bercerita kepada kami (al-Bazzâr) Ahmad bin Bakkar al-Bahilî, katanya (Ahmad bin Bakkar al-Bahilî): “Al-Mu’tamir bin Sulaimân telah bercerita kepada kami (Ahmad bin Bakkar al-Bahilî), katanya (al-Mu’tamir bin Sulaimân): “Humaid ath-Thawil telah bercerita kepada kami (al-Mu’tamir bin Sulaimân) dari Anas bin Mâlik, bahwasanya: “Nabi SAW. mensholatkan an-Najasyî ketika disampaikan kepada beliau SAW. berita kematiannya (an-Najasyî), lalu dikatakan kepada beliau SAW : “Wahai Rasulullah SAW; anda mensholatkan seorang budak negro (Habsyî)?”. Maka Allah SWT. menurunkan:
وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ لا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (١٩٩)
199. Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya”.


KETERANGAN dan PENJELASAN:
Dalam sanad Hadis di atas ada seseorang yang bernama Humaid yang dinyatakan sebagai mudallis (seseorang yang menyembunyikan cacat dalam sanad dan menampakkan cara periwayatan yang baik), karena dia (Humaid) tidak secara jelas dan tegas menyatakan haddatsanâ (telah bercerita kepada kami).
Akan tetapi Hadis di atas memiliki jalur-jalur lain ke Humaid, yang mana dalam jalur-jalur ini dia (Humaid) juga dinyatakan mudallis, sebagaimana diriwayatkan oleh an-Nasâ-î dalam Sunan an-Nasâ-î al-Kubrânya (Kitab Tafsir, 1/41):
“Telah mengabarkan kepada kami (an-Nasâ-î) ‘Amr bin Manshur, katanya (‘Amr bin Manshur): “Yazîd bin Mihran telah mengabarkan kepada kami (‘Amr bin Manshur), katanya (Yazîd bin Mihran): “Abû Bakr bin ‘Ayyasy telah mengabarkan kepada kami (Yazîd bin Mihran) dari Humaid dari Anas bin Mâlik, katanya (Anas bin Mâlik): “Ketika datang berita kematian an-Najasyî, Rasulullah SAW. bersabda: “Shalatkanlah dia (an-Najasyî)”. Mereka (para Sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah SAW; kami mensholatkan seorang budak Habsyî?”. Maka Allah SWT. menurunkan:
وَإِنَّ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَمَنْ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِمْ خَاشِعِينَ لِلَّهِ لا يَشْتَرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ ثَمَنًا قَلِيلا أُولَئِكَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ (١٩٩)
199. Dan sesungguhnya di antara Ahli Kitab ada orang yang beriman kepada Allah dan kepada apa yang diturunkan kepada kamu dan yang diturunkan kepada mereka, sedang mereka berendah hati kepada Allah, dan mereka tidak menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit. Mereka memperoleh pahala di sisi Tuhannya. Sesungguhnya Allah amat cepat perhitungan-Nya”.





An-Nasâ-î juga meriwayatkan melalui jalur lainnya dalam Sunan an-Nasâ-î al-Kubrânya (Kitab Tafsir, 1/41) dengan redaksi (matan) yang sama sebagaimana Hadis di atas:
“Telah mengabarkan kepada kami (an-Nasâ-î) ‘Amr bin Manshur, katanya (‘Amr bin Manshur): “Ibnu Mihran Abû Khâlid al-Khabbaz telah mengabarkan kepada kami (‘Amr bin Manshur), katanya (Ibnu Mihran Abû Khâlid al-Khabbaz): “’Abû Bakr bin ‘Ayyasy telah mengabarkan kepada kami (Ibnu Mihran Abû Khâlid al-Khabbaz) dari Humaid dari al-Hasan: (dengan redaksi/matan yang sama sebagaimana riwayat an-Nasâ-î di atas)”.





Al-Hâfizh Ibnu Katsîr juga mengeluarkan sebagaimana redaksi (matan) Hadis-hadis di atas dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Adzîmnya (1/443):
“Diriwayatkan oleh Ibnu Abî Hâtim dan Abû Bakr bin Mardawaih dari Hadis Hammad bin Salamah dari Tsâbit dari Anas bin Mâlik: (dengan redaksi/matan yang sama sebagaimana riwayat an-Nasâ-î di atas)”.





 Al-Hâfizh Ibnu Katsîr juga mengeluarkan sebagaimana redaksi (matan) Hadis-hadis di atas dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Adzîmnya (1/443):
“Diriwayatkan oleh ‘Abd bin Humaid dan Ibnu Abî Hâtim melalui jalur lain dari Hammad bin Salamah dari Tsâbit dari al-Hasan: (dengan redaksi/matan yang sama sebagaimana riwayat an-Nasâ-î di atas)”.





KESIMPULAN:
1.    Hadis yang diriwayatkan an-Nasâ-î, al-Humaidî dan Ibnu Abî Hâtim melalui jalur al-Hasan adalah mursal (periwayatan Tâbi’în secara mutlak, baik Tâbi’în senior maupun junior tanpa ada penghubung dari seorang Sahabat).
2.   Hadis yang diriwayatkan oleh Imâm al-Bazzâr dan Imâm an-Nasâ-î terdapat cacat sanad, Humaid dinyatakan sebagai mudallis (seseorang yang menyembunyikan cacat dalam sanad dan menampakkan cara periwayatan yang baik), karena Humaid tidak secara jelas dan tegas menyatakan haddatsanâ (telah bercerita kepada kami).
Akan tetapi banyak jalur-jalur dari riwayat lain yang menguatkan kerâjihan Hadis-hadis riwayat Imâm al-Bazzâr dan Imâm an-Nasâ-î, sehingga Hadis-hadis tersebut naiklah derajatnya dan dapat dijadikan sebagai pedoman/landasan/dalil dalam beragama, Hadis-hadis tersebut yaitu:
1.    Hadis riwayat ath-Thabranî dan al-Bazzâr yang dinukil oleh Haitsamî dalam Majma’ al-Zawâ-id wa Manba’ al-Fawâ-idnya (3/38) melalui jalur Anas bin Mâlik.
2.      Hadis riwayat al-Hâkim yang dinukil oleh Imâm Jalâluddîn as-Suyûthî dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) melalui jalur ‘Abdullâh bin az-Zubair.  
3.     Hadis riwayat Ibnu Abî Hâtim (melalui dua jalur: jalur Anas bin Mâlik dan al-Hasan), Hadis riwayat Ibnu Mardawaih (melalui jalur Anas bin Mâlik), Hadis riwayat al-Humaidî (melalui jalur al-Hasan), yang dinukil oleh al-Hâfizh Ibnu Katsîr dalam Tafsîr al-Qurân al-‘Adzîmnya (1/443).







BIBLIOGRAFI

Al-Mu’jam al-Awsath (ath-Thabranî/Sulaimân bin Ahmad ath-Thabranî).
Al-Mu’jam al-Kabîr (ath-Thabranî/Sulaimân bin Ahmad ath-Thabranî).
Al-Mustadrak ‘ala ash-Shahîhayn (al-Hâkim/Abî ‘Abdullâh al-Hâkim an-Naîsâburî).
Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli (as-Suyûthî/Imâm Jalâluddîn as-Suyûthî).
Majma’ al-Jawâ-id wa Manba’ al-Fawâ-id (al-Haitsamî).
Musnad Abû Bakr al-Humaidî (al-Humaidî/‘Abdullâh bin az-Zubair al-Humaidî).
Musnad Abû Bakr al-Bazzâr (al-Bazzâr/Ahmad bin ‘Amar al-Bazzâr).
Sunan an-Nasâ-î al-Kubrâ (an-Nasâ-î/al-Hâfizh Abû ‘Abdurrahman Ahmad bin Syu’aib bin
‘Ali bin Bahr bin Sunân an-Nasâ-î).
Tafsîr al-Qurân al-‘Adzîm (Ibnu Katsîr/Abû al-Fidâ-u Isma’îlu bin ‘Amr bin Katsîr al-
Qurasyî ad-Dimasyqî).
Tafsîr Ibn Abî Hâtim (Ibnu Abî Hâtim).