Minggu, 21 Agustus 2011

PEMIMPINKU

PEMIMPINKU

Pemimpin………oh…….pemimpin
Di manakah di kau………………...
Di sinilah tempat tinggalmu………
Indonesialah negaramu…………...
                                                                        Pemimpin…….oh….pemimpin……
                                                                        Datanglah ke pangkuan ibu pertiwi
                                                                        Datanglah dengan sepenuh hati…...
                                                                        Jadilah pemimpin Negeri ini……….
Pemimpin…….oh…..pemimpin
Bangunlah negaramu…………
Dengan segenap jiwa ragamu...

                                                                        Pemimpin……..oh…….pemimpin
                                                                        Dengarkanlah suara rakyatmu….
Bukalah mata hatimu…………….
Laksanakanlah amanah rakyatmu
Pemimpin….oh….pemimpin……
Indonesialah tanah airmu……….
Indonesialah tempat lahirmu……
Indonesialah tempat mengabdimu
                                                                                                           
By. Jati Sarwo Edi

Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 181


Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 181
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الأنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (١٨١)
181. Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh Nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar".


Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada Muhammad bin Ishâq dalam Tafsîr Ibn Ishâqnya, serta Ibnu Abî Hâtim dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya:
“Dikemukakan oleh Ibnu Ishâq dan Ibnu Abî Hâtim yang bersumber dari ‘Abdullah bin ‘Abbâs. ‘Abdullah bin ‘Abbâs berkata: “Pernah Abu Bakar ash-Shiddîq masuk ke tempat pendidikan. Ia (Abu Bakar ash-Shiddîq) menemukan orang-orang Yahudi sedang mengelilingi seorang lelaki di antara mereka (orang-orang Yahudi) yang bernama Fanhas. Dia (Fanhas) berkata kepada Abu Bakar ash-Shiddîq: “Demi Allah, wahai Abu Bakar, tidaklah kami (orang-orang Yahudi) butuh kepada Allah, akan tetapi sungguh Allah-lah yang butuh kepada kami (orang-orang Yahudi). Seandainya Allah SWT. kaya, Ia (Allah SWT.) tidak akan meminjam apa-apa dari kami (orang-orang Yahudi) seperti apa yang dianggap oleh temanmu (Nabi SAW.)”. Maka marahlah Abu Bakar ash-Shiddîq dan memukul mukanya (Fanhas). Lalu pergilah Fanhas menghadap Rasulullah SAW. lantas berkata: “Wahai (Nabi) Muhammad, lihatlah apa yang diperbuat temanmu (yaitu: Abu Bakar ash-Shiddîq) itu terhadapku (Fanhas)”. Maka Rasulullah SAW. bersabda: “Wahai Abu Bakar, apa sebabnya kau (Abu Bakar ash-Shiddîq) berbuat demikian (memukul muka Fanhas)?”. Abu Bakar ash-Shiddîq menjawab: “Wahai Rasulullah, dia (Fanhas) berkata dengan perkataan yang amat besar (dosanya), yang mana ia (Fanhas) mengatakan bahwasannya Allah itu faqir (miskin), sedangkan mereka (orang-orang Yahudi) kaya dan tidak butuh kepada Allah”. Fanhas menyangkal perkataan Abu Bakar ash-Shiddîq. Maka Allah SWT. menurunkan ayat:
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الأنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (١٨١)
181. Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh Nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar".



Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengeluarkan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran) dengan menisbahkan kepada Ibnu Abî Hâtim dalam Tafsîr Ibn Abî Hâtimnya:
“Dikemukakan oleh Ibnu Abî Hâtim yang bersumber dari ‘Abdullah bin ‘Abbâs. Abdullah bin ‘Abbâs berkata: “Orang-orang Yahudi datang menghadap Nabi SAW. ketika Allah SWT. menurunkan ayat (245, Surat al-Baqarah):
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً وَاللَّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ (٢٤٥)
245. Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (yaitu: menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat-gandakan pembayaran kepadanya dengan berlipat ganda (yang banyak). Dan Allah-lah yang menyempitkan dan melapangkan (rezeki), dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.
“Mereka (Orang-orang Yahudi) berkata: “Wahai (Nabi) Muhammad! . Tuhanmu butuh (pinjaman), Dia (Allah SWT.) meminta-minta kepada hamba-hamba-Nya”. Maka Allah SWT. menurunkan ayat:
لَقَدْ سَمِعَ اللَّهُ قَوْلَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ فَقِيرٌ وَنَحْنُ أَغْنِيَاءُ سَنَكْتُبُ مَا قَالُوا وَقَتْلَهُمُ الأنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ وَنَقُولُ ذُوقُوا عَذَابَ الْحَرِيقِ (١٨١)
181. Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan: "Sesunguhnya Allah miskin dan kami kaya". Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh Nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka): "Rasakanlah olehmu azab yang membakar".

KETERANGAN:
Kata Imâm Jalâludin as-Suyûthî: “Kedua Hadis yang ia keluarkan di atas berkualitas Hasan”.






BIBLIOGRAFI

Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli (as-Suyûthî/Imâm Jalâludin as-Suyûthî).
Tafsîr Ibn Abî Hâtim (Ibnu Abî Hâtim).
Tafsîr Muhammad Ibn Ishâq (Ibnu Ishâq/Muhammad ibn Ishâq).


Minggu, 14 Agustus 2011

Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 172-174


Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 172-174
الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ (١٧٢)
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (١٧٣)
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ (١٧٤)
172. (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.
173. (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung".
174. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.


Ath-Thabranî meriwayatkan dalam al-Mu’jam al Kabîrnya (12/134):
“Telah bercerita kepada kami (ath-Thabranî) ‘Ali bin ‘Abdillah, katanya (‘Ali bin ‘Abdillah): “Muhammad bin Manshur al-Jawwaz telah bercerita kepada kami (‘Ali bin ‘Abdillah), katanya (Muhammad bin Manshur al-Jawwaz): “Sufyan bin ‘Uyainah telah bercerita kepada kami (Muhammad bin Manshur al-Jawwaz) dari ‘Amr bin Dinar dari ‘Ikrimah dari ‘Abdullah bin ‘Abbas. Dan kata Sufyan bin ‘Uyainah pada kesempatan lain: “Telah mengabarkan kepada saya (Sufyan bin ‘Uyainah) ‘Ikrimah, katanya (‘Ikrimah): “Ketika Abu Sufyan dan kaum Musyrikin kembali dari Uhud dan tiba di ar-Rauha’, mereka (Abu Sufyan dan kawan-kawannya) berkata: “Bukan (Nabi) Muhammad yang kalian bunuh dan bukan gadis yang kalian boncengkan. Sungguh sangatlah buruk apa yang kalian lakukan”. Berita ini sampai kepada Rasulullah SAW. lalu beliau (Nabi SAW.) pun menganjurkan kaum Muslimin berangkat hingga sampai di Hamra’ul Asad atau Bi’r Abi ‘Uyainah. Maka Allah SWT. turunkan:
 الَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِلَّهِ وَالرَّسُولِ مِنْ بَعْدِ مَا أَصَابَهُمُ الْقَرْحُ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا مِنْهُمْ وَاتَّقَوْا أَجْرٌ عَظِيمٌ (١٧٢)
الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ (١٧٣) .............................................................
172. (Yaitu) orang-orang yang mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya sesudah mereka mendapat luka (dalam peperangan Uhud). Bagi orang-orang yang berbuat kebaikan di antara mereka dan yang bertakwa ada pahala yang besar.
173. (Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka", maka Perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: "Cukuplah Allah menjadi Penolong Kami dan Allah adalah Sebaik-baik Pelindung". ...................................................................................

“Abu Sufyan sendiri sudah berkata kepada Nabi SAW: “Janji kalian adalah musim Badr, di mana kalian telah membunuh teman-teman kami (kaum Musyrikin)”. Yang penakut tentu kembali, dan yang pemberani akan menyiapkan bekal berperang dan berniaga. Lalu mereka (kaum Muslimin) mendatangi tempat itu tapi tidak menemukan seorangpun. Mereka (kaum Muslimin) pun berjualan, lalu Allah SWT. menurunkan:
 ........................................................................................................................................
فَانْقَلَبُوا بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ لَمْ يَمْسَسْهُمْ سُوءٌ وَاتَّبَعُوا رِضْوَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ ذُو فَضْلٍ عَظِيمٍ (١٧٤)
........................................................................................................................................
174. Maka mereka kembali dengan nikmat dan karunia (yang besar) dari Allah, mereka tidak mendapat bencana apa-apa, mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.

KETERANGAN dan PENJELASAN:
Kata ath-Thabranî: “Para Perawi Hadis di atas adalah para Perawi kitab Shahih kecuali Muhammad bin Manshur al-Jawwaz, dia (Muhammad bin Manshur al-Jawwaz) tsiqqah (kredibel ke’âdilan dan kedhâbitannya)”.
Kata Ibnu al-Atsir al-Jazârî dalam Jâmi’ al-Ushûl li Ahâdits ar-rasûlnya: “Menurut satu dugaan, nisbah ini kepada ‘Adîd al-Jaŵaz”.
Imâm Jalâludin as-Suyûthî mengatakan dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran): “Sesungguhnya sanadnya (hadis di atas) shahih”.
Kata al-Hâfizh Ibnu Hajar al-Asqalanî dalam Fath al-Bâri bi Syarh Shahîh al-Imâm Abî ‘Abdullâh Muhammad bin Isma’îl al-Bukhârînya (9/296): “An-Nasa’î juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam at Tafsîrnya (1/39) dan juga Ibnu Mardawaih, para rawinya adalah rawi kitab Shahih. Hanya saja yang mahfuzh (terpelihara) adalah riwayat mursal (periwayatan Tâbi’în senior maupun yunior secara mutlak tanpa ada penghubung dari seorang Sahabat) dari ‘Ikrimah, dan tidak ada padanya dari ‘Abdullah bin ‘Abbâs. Dari jalur mursal (periwayatan Tâbi’în senior maupun yunior secara mutlak tanpa ada penghubung dari seorang Sahabat) inilah dikeluarkan oleh Ibnu Abî Hâtim dan yang lain”.
 Asy-Syaikh Muqbil bin Hadî al-Wadi’î mengatakan dalam ash-Shahîh al-Musnad min Asbâb an-Nuzûlnya: “Berdasarkan pendapat al-Hâfizh Ibnu Hajar al-Asqalanî, berarti riwayat bersambung adalah syadz (menyelisihi yang lebih kuat). Adapun yang meriwayatkan secara mursal (periwayatan Tâbi’în senior maupun yunior secara mutlak tanpa ada penghubung dari seorang Sahabat) adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Yazid al-Miqrani, sebagaimana dalam Tafsir Ibnu Katsir”.
Asy-Syaikh Muqbil bin Hadî al-Wadi’î melanjutkan: “Sedangkan yang menyambungnya adalah Muhammad bin Manshur ath-Thusi, keduanya telah diungkapkan oleh al-Hâfizh Ibnu Hajar al-Asqalanî dalam at-Taqrîb: “Dia (Muhammad bin Manshur ath-Thusi) tsiqqah (kredibel ke’âdilan dan kedhâbitannya), kalau tidak ada yang mendukung salah satunya, maka kemungkinan Sufyan bin ‘Uyainah terkadang meriwayatkan secara bersambung, dan terkadang pula meriwayatkan secara mursal (periwayatan Tâbi’în senior maupun yunior secara mutlak tanpa ada penghubung dari seorang Sahabat), sebagaimana disimpulkan dari riwayat ath-Thabranî, dan Hadis (di atas) pun shahih”.






BIBLIOGRAFI

Al-Majma’ al-Zawâid wa Manba’ al-Fawâid (al-Haitsamî).
Al-Mu’jam al-Kabîr (ath-Thabranî/Sulaiman bin Ahmad ath-Thabranî).
Ash-Shahîh al-Musnad min Asbâb al-Nuzûl (Asy-Syaikh Muqbil bin Hadî al-Wadi’î).
Fath al-Bâri bi Syarh Shahîh al-Imâm Abî ‘Abdullâh Muhammad bin Isma’îl al-Bukhârî (Al-
Hâfizh Ibnu Hajar al-Asqalanî/Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-Asqalanî).
Jâmi’ al-Bayâni fi at-Ta’wîl al-Qur’âni (Ibnu Jarîr/Abu Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin
Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).
Jâmi’ al-Ushûl li Ahâdits ar-rasûl (Ibnu al-Atsir al-Jazârî).
Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli (as-Suyûthî/Imâm Jalâludin as-Suyûthî).
Tafsîr Ibn Abî Hâtim (Ibnu Abî Hâtim).
Tahdzîb at-Tahdzîb (Al-Hâfizh Ibnu Hajar al-Asqalanî/Ahmad bin ‘Alî bin Hajar al-
Asqalanî).


Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 169-171


Asbâbun Nuzûl Surat ali-‘Imran (3) ayat: 169-171
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (١٧١)
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.


Imâm Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dalam Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbalnya (1/265):
Ya’qub telah bercerita kepada kami (Imâm Ahmad bin Hanbal), katanya (Ya’qub): “Ayahku telah bercerita kepada kami (Ya’qub) dari Ibnu Ishaq, katanya (Ibnu Ishaq): “’Isma’il bin Umayyah bin ‘Amr bin Sa’id telah bercerita kepada saya (Ibnu Ishaq) dari Abu az-Zubair al-Makki dari Ibnu ‘Abbas, katanya (Ibnu ‘Abbas): “Rasulullah SAW. bersabda: “Setelah saudara-saudara kalian mengalami musibah (gugur) di perang Uhud, Allah SWT. menjadikan arwah mereka (kaum Muslim yang sahid di perang Uhud) di dalam rongga burung-burung hijau yang terbang mendatangi sungai-sungai, dan makan dari buah-buahan Surga lalu hinggap di Pelita-pelita emas yang tergantung di naungan ‘Arsy. Ketika mereka (kaum Muslim yang sahid di perang Uhud) merasakan lezatnya makanan dan minuman serta tempat kembali yang indah, mereka (kaum Muslim yang sahid di perang Uhud) berkata: “Duhai kiranya saudara-saudara kita tahu apa yang Allah perbuat untuk kita, supaya mereka (kaum Muslim yang masih hidup) tidak membenci dan lari dari jihad”. Maka Allah SWT. berfirman: “Aku akan sampaikan kepada mereka (kaum Muslim yang masih hidup) tentang kalian (kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan kaum Muslim yang sahid di perang Uhud), kemudian Allah SWT. menurunkan ayat-ayat ini kepada Rasul-Nya:
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (١٧١)
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”.

KETERANGAN:
Imâm Ahmad bin Hanbal juga meriwayatkan dengan redaksi (matan) yang sama sebagaimana Hadis di atas Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbalnya:
“Telah bercerita kepada kami (Imâm Ahmad bin Hanbal) ‘Usman bin Abi Syaibah, katanya (‘Usman bin Abi Syaibah): “Telah bercerita kapada kami (‘Usman bin Abi Syaibah) ‘Abdullah bin Idris dari Muhammad bin Ishaq dari Isma’il bin Umayyah dari Abu az-Zubair dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas dari Nabi SAW”.
Kata al-Hâfizh Ibnu Katsîr dalam Jâmi’ al-Bayâni fi at-Ta’wîl al-Qur’âninya: “Hadis yang kedua di atas lebih kuat, yang mana di dalamnya ada penghubung (yaitu: Sa’id bin Jubair) antara Abu az-Zubair dan Ibnu ‘Abbas”.
Hadis yang pertama di atas juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan Abî Dâwudnya (2/322). Al-Hâkim juga mengeluarkan sebagaimana Hadis yang pertama di atas dalam al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihainnya (2/88 dan 297). Ibnu Hisyâm juga mengeluarkan sebagaimana hadis yang pertama (di atas) dalam Syîrah Ibn Hisyâmnya (2/119). Ibnu al-Mubârak juga mengeluarkan sebagaimana Hadis yang pertama di atas dalam al-Jihâdnya (halaman: 60). Imâm Jalâludin as-Suyûthî juga mengeluarkan sebagaimana Hadis yang pertama di atas dalam Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûlinya (Juz. 4, 3/ali-‘Imran).
Hadis di atas berkualitas shahîh karena diperkuat kerajihannya dengan riwayat al-Hâkim dalam al-Mustadrak ‘ala ash-Shahihainnya (2/387) melalui jalur ‘Abdullah bin ‘Abbas. Dan kata beliau (al-Hâkim): “Shahîh menurut syarat Syaikhain (Bukhârî dan Muslim), tetapi mereka berdua (Bukhârî dan Muslim) tidak meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas”. Imâm adz-Dzahabî dalam al-Mîzan al-I’tidâlnya juga sepakat dengan al-Hâkim.



Imâm at-Tirmidzî meriwayatkan dalam al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzînya (4/84):
“Yahya bin Habib bin ‘Arabi telah bercerita kepada kami (at-Tirmidzî), katanya (Yahya bin Habib bin ‘Arabi): “Musa bin Ibrahim bin Katsir al-Anshari telah mengabarkan kepada kami (Yahya bin Habib bin ‘Arabi), katanya (Musa bin Ibrahim bin Katsir al-Anshari): “Saya mendengar Thalhah bin Khirasy mengatakan: “Saya mendengar Jabir bin ‘Abdillah mengatakan: “Rasulullah SAW. menemui saya lalu berkata: “Hai Jabir, mengapa kau bersedih?” Saya (Jabir bin ‘Abdillah) berkata: “Wahai Rasulullah, ayahku (ayahnya Jabir) gugur sebagai syahid dan meninggalkan tanggungan dan hutang”. Kata Beliau (Nabi SAW.): “Maukah kau saya beritakan kabar gembira dengan apa yang Allah berikan kepada ayahmu ketika bertemu dengannya?”. Kata Jabir: “Tentu, wahai Rasulullah SAW”. Beliau bersabda: “Tidaklah Allah mengajak bicara seseorangpun melainkan dari balik hijabnya. Dia (Allah SWT.) menghidupkan ayahmu dan mengajaknya bicara secara langsung”. Dia (Allah SWT.) berkata: “Angankanlah terhadap-Ku (apa yang kamu mau) pasti Aku (Allah SWT.) berikan”. Ayahmu berkata: “Duhai Rabbku, Engkau hidupkanlah aku agar aku (ayahnya Jabir) terbunuh untuk kedua kalinya di jalan Engkau?” Rabb berfirman: “Sesungguhnya sudah terdahulu ketentuan dari-Ku bahwa mereka (yang sudah mati) tidak akan (hidup) kembali”. Katanya (Jabir bin ‘Abdillah): “Dan turunlah ayat ini:
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (١٧١)
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”.

KETERANGAN:
Kata at-Tirmidzî: “Hadis di atas berkualitas hasan gharib, kami (at-Tirmidzî) tidak mengenalnya kecuali dari hadis Musa bin Ibrahim, dan diriwayatkan oleh ‘Ali bin ‘Abdullah bin al-Madinî dan masih banyak ahli Hadis besar yang lain selain ‘Ali bin ‘Abdullah bin al-Madinî yang meriwayatkan Hadis sebagaimana Hadis di atas melalui Musa bin Ibrahim. Dan diriwayatkan juga oleh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Aqil dari Jabir bin ‘Abdillah, dan lain sebagainya”.
Ibnu Mâjah juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam Sunan Ibn Mâjahnya (190 dan 2800). Ad-Darimî juga meriwayatkan sebagaimana Hadis di atas dalam ar-Radd ‘ala al-Jahmiyahnya (halaman: 74).



Ibnu Jarîr meriwayatkan dalam Jâmi’ al-Bayâni fi at-Ta’wîl al-Qur’âninya (4/173):
“Muhammad bin Marzuq telah bercerita kepada kami (Ibnu Jarîr), katanya (Muhammad bin Marzuq): “Telah bercerita kepada kami (Muhammad bin Marzuq) ‘Umair bin Yunus, katanya (‘Umair bin Yunus): “Ishaq bin Abi Thalhah telah bercerita kepada kami (‘Umair bin Yunus), katanya (Ishaq bin Abi Thalhah): “Anas bin Malik telah bercerita kepada kami (Ishaq bin Abi Thalhah) tentang para Sahabat Nabi SAW. yang diutus ke penduduk Bi’r Ma’unah, katanya (Anas bin Malik): “Saya tidak tahu 40 atau 70 orang. Pemimpin kampung itu ‘Amir bin ath-Thufail al-Ja’fari. Berangkatlah rombongan Sahabat Nabi SAW. ini sampai tiba di sebuah gua yang tinggi di atas perairan itu, lalu mereka duduk di sana dan berkata satu sama lain: “Siapa yang mau menyampaikan risalah Rasulullah SAW. kepada penduduk perairan ini?”. Katanya (Abu Milhan al-Anshari): “Saya yang menyampaikan risalah Rasulullah SAW”. Kemudian dia (Abu Milhan al-Anshari) berangkat hingga tiba di sebuah perkampungan (Bi’r Ma’unah) dan bersembunyi di depan sebuah rumah lalu berkata: “Wahai penduduk Bi’r Ma’unah, sesungguhnya saya (Abu Milhan al-Anshari) adalah utusan Rasulullah SAW. kepada kalian. Dan saya (Abu Milhan al-Anshari) bersaksi tidak ada sesembahan yang haq kecuali Allah dan (Nabi) Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya”. Tiba-tiba keluarlah seseorang dari reruntuhan rumah dengan tombak terhunus lalu menikam lambungnya hingga menembus bagian lain. Dia (Abu Milhan al-Anshari) berteriak: “Allahu akbar, aku beruntung, demi Rabb Ka’bah”. Mereka (pasukan yang dipimpin oleh ‘Amir bin ath-Thufail) pun menelusuri jejaknya (Abu Milhan al-Anshari) sampai menemukan teman-temannya (Abu Milhan al-Anshari). Kemudian Amir bin ath-Thufail membunuh mereka (teman-teman Abu Milhan al-Anshari) semua”. Katanya: “Ishaq mengatakan: “Anas bin Malik telah bercerita kepada saya (Ishaq) bahwa Allah SWT. telah menurunkan tentang mereka (kaum Muslim yang terbunuh di perkampungan Bi’r Ma’unah) dan sesudah itu mengangkatnya sampai beberapa lama kami tidak lagi membacanya. Dan Allah SWT. turunkan:
وَلا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (١٦٩)
فَرِحِينَ بِمَا آتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (١٧٠)
يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (١٧١)
169. Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
170. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
171. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”.

KETERANGAN:
Ibnu Jarîr juga mengeluarkan sebagaimana Hadis di atas dalam Târîkhnya (3/36), dan di dalamnya disebutkan bahwa sebab turunnya ayat (169-171, Surat ali-‘Imran) di atas adalah korban Bi’r Ma’unah.
Asy-Syaukanî berkata: “Bagaimanapun ayat ini berdasarkan keumumannya yaitu: mencakup seluruh Syuhada”.




BIBLIOGRAFI

Al-Jâmi’ ash-Shahîh Sunan at-Tirmidzî (at-Tirmidzî/al-Imâm al-Hâfidz Abî ‘Îsâ Muhammad
bin ‘Îsâ bin Saurah at-Tirmidzî).
Al-Jihâd (Ibnu al-Mubarak).
Al-Mîzân al-I’tidâl (Imâm adz-Dzahabî).
Al-Mustadrak ‘Ala ash-Shahîhain (al-Hâkim/Muhammad bin ‘Abdullah Abu ‘Abdullah al-
Hâkim an-Naisâbûrî ).
Ar-Radd ‘ala al-Jahmiyah (ad-Dârimî/’Utsman bin Sa’id ad-Dârimî).
Jâmi’ al-Bayâni fi at-Ta’wîl al-Qur’âni (Ibnu Jarîr/Abu Ja’far ath-Thabarî Muhammad bin
Jarîr bin Yazîd bin Katsîr bin Ghâlib al-Âmalî).
Lubâb an-Nuqûli fî Asbâb an-Nuzûli (as-Suyûthî/Imâm Jalâludin as-Suyûthî).
Musnad al-Imâm Ahmad Ibn Hanbal (Imâm Ahmad bin Hanbal/Ahmad ibn Hanbal asy-
Syaibanî).
Sunan Abî Dâwud (Abû Dâwud/al-Imâm al-Hâfidz al-Mushannif al-Mutqan Abî Dâwud
Sulaimân Ibnu al-‘Asy’ats as-Sijistânî al-Azadî).
Sunan Ibn Mâjah (Ibnu Mâjah).
Syîrah Ibn Hisyâm (Ibnu Hisyâm).